"Eommaaaaaa~~" rengek bocah 10 tahun yang menarik-narik apron eommanya yang sedang memasak sarapan dan untuk bekalnya.
"Ne? wae sayang?" ucap yeoja yang dipanggil eomma.
"Kaos kaki Chim hilang sebelah" ucap anak yang memanggil dirinya Chim.
"Eoh? kau taruh dimana sebelumnya. Coba tanyakan pada appa, emm? eomma sedang memasak tidak bisa ditinggal"
"Appa sedang mandi eomma, dia tidak akan membantuku sama sekali. Dia kan selalu menjahiliku" gerutu anak bertubuh bulat menggemaskan.
"Hei jangan berbicara sembarangan kau bocah kue beras. Jangan mengadu yang macam-macam pada kekasihku" ucap sang namja yang sudah rapi dan terlihat sangat tampan dengan kemeja dan jasnya.
"Dia eommaku bukan kekasihmu pak tua" ucap anaknya tak mau kalah.
"Hei eommamu itu istriku, kekasihku cintaku dan segalanya kau tau" ucap sang appa tak mau kalah.
"Jiyongie, geumanhae! kalian setiap hari bertengkar terus eoh? duduk dan makan dengan tenang!" oh itu lah sang eomma yang bisa membuat ke dua namja berbeda usia itu bungkam dan menurut patuh.
"Eomma, aku mau itu" ucap Jimin menunjuk daging asap yang piringnya didekat Jiyong. salahkan tangan Jimin yang masih pendek dan tak bisa menjangkau piring daging asapnya.
"Kau mau ini? Hap, nyam nyam nyam. Emm enaaaak" ucap Jiyong memakan daging asap yang tidak tersisa sama sekali. Dan sang anak yang melihat appa nya menggodanya terus kini sangat kesal. Ia turun dari kursi makannya dan menghampiri kursi sang appa.
Dukk
"Aaaaarrggghhh" itu teriakan Jiyong.
"Rasakan!!" ini Jimin yang sehabis menendang tulang kering kaki ayahnya melenggang pergi menuju kamarnya dan kembali dengan tas sekolah dipunggungnya.
"Eomma, aku berangkat dulu ne. Chup" ucap Jimin lalu mengecup pipi eommanya yang masih terbengong dengan kejadian yang baru saja terjadi.
"Hei kau bocah ini sangat sakit, kau!!!" gerutuan jiyong tak di dengar anaknya yang melenggang acuh menuju garasi mobil.
"kau ini bisa sehari saja tidak menggoda anakmu? bagaimana dia bisa dekat padamu jika kau selalu seperti itu, heol" ucap Dara sambil memperbaiki dasi Jiyong lalu mengecup singkat bibir Suaminya yang masih kesal.
"Arra, aku berangkat dulu ya sayang" ucap Jiyong dan mengecup bibir istrinya lalu mengelenggang menuju mobil yang sudah berisi gumpalan bulat yang berusia 10 tahun.
.
.
."Aku pulaaaaang" ucap Jiyong saat memasuki rumahnya dan ia di suguhi pemandangan menggemaskan. ia melihat sang istrinya yang kini tertidur di paha sang anak yang mulai beranjak remaja.
Jiyong tau, anak itu pasti bisa menjadi pelindung untuk eommanya.
Tapi Jiyong tetaplah jiyong, ia mendekati mereka lalu dengan sigap menggendong Dara yang tertidur di kedua tangannya.
"Aku sudah pulang, sekarang eomma mu waktunya bersamaku mehehe" ucap Jiyong pada sosok yang masih duduk melongo terkejut akibat aksi sang appa.
"Kau itu merusak suasana saja pak tua. menyebalkan" ucap bocah beranjak remaja itu dan berlalu memasuki kamarnya.
"Kau membuatnya kesal sayang" gumam Dara yang masih di gedongan Jiyong. ia menghirup rakus aroma maskulin dari suaminya.
"Biarkan saja, toh memang ini kan waktunya kau denganku. dan bagaimana jika kita membuat adik untuk Jimin. dia sudah besar perlu adik hem hem?" ucap Jiyong sambil menaik turunkan alis matanya.
"Maaf, aku sedang tidak mood" ucap Dara asal dan melepaskan diri dari gendongan Jiyong dan lalu mengunci diri di kamar membuat Jiyong bertampang bodoh sekarang.
Jadi ia ditinggalkan dan di kunci?
berarti dia tidur diluar begitu?"Muahahahaha" tawa menggelegar terdengar dari kamar sang anak lelakinya.
"Yak!!! cepat tidur besok kau sekolah!" omel Jiyong.
.
.
."Oh tidak sayang, kau mau ke Busan? 3 hari. Sial itu menyiksaku!!!"
"Eomma, chim ikut ne?"
"Jiyong, kau kan ada meeting penting tidak bisa kau meninggalkan tanggung jawabmu. dan kau namja eomma kan harus sekolah jadi eomma akan pergi sendiri, haelmoni sedang sakit dan kalian harus saling menjaga diri, arraseo?!" ucap final Dara.
"Yasudah, malam ini chim tidur bersama eomma" ucap Jimin.
"Oh tidak, semalam aku tidur di sofa dan aku tidak ingin malam ini tidur sendirian di kamar. Sayang kau bersama ku kan malam ini" Jiyong.
"Eomma, jika eomma tidak tidur malam ini dengan ku. aku tidak akan mau sekolah" ancam jimin.
"Hei, kau curang buddy, jangan mengancam seperti bayi" ledek Jiyong.
"Berisiiiiiik" teriak Dara. Mereka pun diam namun saling memasang tatapan laser.
"Chim sayang, malam ini eomma akan tidur denganmu. Kau masuk dulu ne ke kamar eomma harus bicara pada appa"
"Yeeyyy!! baiklah" ledek Jimin pada Jiyong yang menekuk wajahnya sebal.
"Kenapa kau selalu memenangkannya? huft aku kan rindu padamu sayang dan kau akan pergi 3 hari, huaaah neraka sudah" keluh Jiyong.
"Sayang, aku janji sepulang dari Busan. Aku untukmu sepenuhnya. Emm service terbaik ku padamu, bagaimana?" ucap Dara menggoda sambil mengecup jajaran garis rahang Jiyong.
"euung, sayang jangan menggoda. Baiklah. aku setuju" ucap Jiyong mengecupi wajah Dara.
.
.
.
"Eomma kenapa lama sekali, aku kan sudah mengantuk" rengek Jimin yang baru saja melihat Dara merebahkan dirinya diranjang Jimin."Mian sayang, cha kajja kita tidur"
"eomma, appa tak sayang padaku ya?dia selalu menjahiliku menyebalkan sekali"
Dara tersenyum lembut lalu ia memeluk sang anak dan mulai berbicara.
"Appa sayang padamu, kau tau saat kau belum berbentuk apa-apa saat eomma memberi tahu bahwa kau ada diperut eomma, appa yang sangaaaat bahagia ia berlarian dikoridor perusahaan sambil berteriak memberi tahu pada pegawainya bahwa ia akan menjadi appa, lalu saat kau ada di perut eomma selama 9 bulan appa selalu menjaga kita berdua padahal ia bekerja namun malamnya ia masih berjaga takut-takut eomma mual-mual dan terjadi sesuatu pada kita"
Jimin memperhatikan, mendengar tiap kata yang diucapkan eomma nya.
"saat kau akan dilahirkan, dia disamping eomma menyemangati dan menenangkan eomma tak perduli tangannya yang sakit karena eomma mencengkramnya dengan kuat. Appa yang menangis melihat kau yang masih berlumuran darah. Appa yang selalu menjaga mu saat malam hari saat eomma tidur jika kau terbangun dan menangis, appa yang paling berdiri didepan saat kau dan eomma dalam keadaan sulit. appa yang panik saat kau dikatakan sakit saat umur mu 3 tahun. Dan dia pun yang amat bahagia saat kau dinyatakan sembuh dari penyakit itu"
tak terasa Dara menangis menceritakan semuanya. Sang anak menghapus lelehan air mata sang eomma dengan ibu jarinya.
"Dia menjahilimu, dia yang terlihat acuh dari luar itu karena dia tidak bisa menampakkan rasa sayangnya padamu secara langsung. Percayalah dia sangat menyayangimu, Jiminie"
"Emm, arraseo. aku pun menyayanginya eomma. aku akan baik-baik dengan appa saat eomma tidak di sini. eomma jangan khawatir" ucap Jimin dan merekapun berpelukan.
di pintu kamar sana terlihat seorang ayah yang menyaksikan dan mendengarkan dari awal interaksi ke dua orang yang sangat berarti baginya. Ya Jiyong sudah berdiri di sana sejak Dara bercerita. Ia menghapus lelahan air matanya. lalu melangkah menuju anak dan istrinya yang sudah tertidur.
Dikecupnya ke dua kening orang-orang yang di cintainya itu.
"Kalian sangat berarti di hidupku" ucapnya lalu berjalan menuju kamarnya dan kembali menangis.
"Sial, aku harus tahan malam ini dan 3 malam selanjutnya" ucap Jiyong nelangsa sambil memeluk guling.
the end~
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Us
Fanfictionkumpulan oneshoot or drabble Daragon. Iseng2 ala author kekeke~