Wan't to be

360 38 12
                                    

Aku membuka mataku, kemudian tersenyum lembut karena pemandangan indah yang ku lihat adalah wajahnya. Ia tertidur sangat damai, sangat tampan dan aku sangat mencintainya.

Perlahan mata nya terbuka, lalu ikut tersenyum padaku.

"Morning bebe"

Chup

Selalu meminta morning kiss. Dan aku memberikannya lagi

Chup

"Morning too Ji"

Aku beranjak dari tempat tidur kami, namun tanganku di tariknya lagi.

Bruk

Tabuhku jatuh kembali ke ranjang kami.

"Ji, aku harus membuat sarapan untuk kita"

"Aku ingin memakan-mu saja boleh?"

"Yak!! Babbo"

Ia hanya tertawa kecil saat aku kesal namun malah menyembunyikan wajahku di dada nya. Nyaman.

.
.
.

Jika kalian berkata aku bahagia, kalian benar tapi aku tidak begitu. Kami sudah 1 tahun satu apartment namun hubungan kami di tutupi karena ayah Jiyong kekasihku tidak merestui ku yang hanya anak yatim piatu.

"Bebe, aku berangkat ne"

"Ne, hati-hati aku mencintai mu" ucapku sambil mencuri kecupan di bibirnya. Ia tersenyum lalu mengusak kepala ku.

"Nado"

Saat pintu itu tertutup, aku bergegas mengambil tas lalu menguntit ke mana pun Jiyong pergi.

.
.
.

Tawa yang tadi nya hanya untukku, senyuman dan usapan lembut yang biasa kau beri untuk ku kini kau beri pula pada wanita di hadapanmu.

Kalian nampak seperti sepasang kekasih yang kasmaran. Tertawa terbahak, saling memberi perhatian tanpa peduli pengunjung cafe memperhatika  kalian. Termasuk aku yang kini berusaha menghapus air mataku melihat kalian.

To: jie 💖

Darl, sedang di mana?

Send

Ku lihat kau terusik karena handphone mu berbunyi.

Lalu dengan wajah masam kau mengetik balasan.

Ting

Handphone ku berdering

From: Jie 💖

Aku sedang meeting sayang.

Aku tersenyum perih.

Kau mulai berbohong sayang.

To: Jie 💖

Cepat pulang, aku merindukanmu

Send

.
.
.

Kau mulai jarang di apartment, bahkan waktu mu begitu langka untukku.

Sayang, salah ku apa?

Kata-kata cinta tak dapat ku dengar dari mulutmu.

Bahkan pelukan hangatmu saat ku tertidur tak dapat ku rasakan lagi.

Salah ku apa?

.
.
.


Tangan itu di genggamnya, di publik. Pinggang itu di rengkuh posesif oleh lengannya di depan jutaan wartawan baik lokal maupun international.

Story of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang