Aku menunggu nya di salah satu halte persimpangan yang biasa tempat kami bertemu.
Agak lama menunggu nya, hingga lampu jalan di nyalakan menyinari jalan yang sudah terlihat gelap karena sinar sore sudah mulai meredup.
"Kemana bocah itu" gerutu ku, ini sudah hampir 2 jam aku menunggu nya. Ya walau seperti memaksa tapi aku harus bertemu dengannya.
Aku semakin mengeratkan jaket ku, udara malam sudah mulai terasa.
30 menit
"Nuna!!!" Seseorang sedikit berteriak dari jalan yang agak buram karena pencahayaan yang kurang namun tak menghalangi Dara mengenal sosok yang kini terengah-engah di hadapannya mengatur nafas.
"Hos, hos maaf ya nuna. Aku diminta rapat osis tadi dan maaf tak bisa menghubungi mu karena hp ku mati dan-"
"Jiyong-ah gwencana. Aku belum lama di sini" ucapku bohong.
"Tck, kau berbohong nun. Dari wajahmu aku sudah tau kau sudah menunggu lama. Maafkan aku nun jeongmal" Jiyong memeluk tubuhku erat. Wajahnya berada di ceruk leherku nafas beratnya amat terasa, membuat ku hangat seketika.
"Tak apa" ucapku singkat. Ia pun melepaskan pelukan nya. Menatap ku lekat.
"Lalu apa yang ingin nuna bicarakan hingga menunggu ku pulang sekolah?" Tanya nya. Ku gigit bibir bawahku perlahan mewakili kegugupanku. Ia malah mengelus pipi ku dengab ibu jarinya.
"Ji, ayo kita akhiri hubungan ini. Aku sudah tidak kuat lagi dengan hubungan ini" ucapku yang membuat pergerakannya di pipiku terhenti lalu tangannya jatuh di samping tubuhku.
Wajahnya mengeras.
"Nun apa yang kau bicarakan?"
"Ayo kita putus Jiyong-ah. Kita sama-sama lelah"
"Tidak!! Aku tidak lelah dengan hubungan ini. Apa kau yang lelah, huh? Apa kau lelah menjalin hubungan dengan anak sekolahan seperti ku? Apa kau sudah mempunyai seseorang yang lebih kau cintai di kampus kedokteran mu? Apa kau malu punya kekasih anak sekolahan apa hiks-"
"Ji~"
"-aku tau nuna, aku memang masih sekolah. Aku tau aku terkesan bocah ingusan di banding dengan teman-temanmu. Tapi apa itu mempengaruhi hubungan ini?"
"Ji~ aku tidak malu, aku hanya tak ingin kau di ledek teman-temanmu karena berpacaran dengan yang lebih tua dari mu. Aku tak ingin kau menjadi tak fokus dalam pelajaranmu, aku-"
Chup
Bibir ku di ciumnya. Lalu ia menatapku lembut namun tampak sangat kacau.
"Aku tidak apa-apa dengan semua itu. Hal apapun aku bisa jalani semuanya, asal kau masih milikku disampingku dan mencintaiku. Biarkan apa kata orang lain, aku tak perduli. Yang aku perdulikan bagaimana aku agar cepat lulus dengan predikat baik lalu menyusulmu di fakultas kedokteran yang sama. Rasanya aku tak sabar agar bisa memegang tanganmu di kampus. Aku tak sabar memamerkan bahwa kau milikku. SandaraPark milik Kwon Jiyong."
Chup
Ia mengecup bibirku lagi.
Kini aku yang menangis. Dia hanya bocah sekolahan namun bisa sedewasa ini. Ia mencintaiku dengan tulus dan begitu besar.
Aku bodoh ingin melepasnya tadi.
"Mianhae" lirihku dan mencuri kecupan di bibirnya.
Ia tampak terkejut karena mungkin ini pertama kalinya aku mencium nya terlebih dahulu.
Blank~
"Ji kau tak apa? Wajahmu kenapa seperti itu?"
"Aaaaaaarrgggghhh, aku tak kuat jika kau bersikap lucu dan menggemaskan seperti itu nunaaaaa~rasanya aku ingin menikahimu sekarang juga agar bisa malam pertama dengan mu"
Oh aku lupa, jika dia bocah sekolahan yang dewasa sekaligus mesum.
"Yak!!!! Kwon-mesum-Jiyong!!! Aku membenci mu!!"
"Aku juga mencintaimu De~"
"Yak!! Panggil aku nuna bodoh!!"
"Shirro mulai sekarang aku akan memanggilmu, darl, baby, De~ atau emm bebe? Tak ada penolakan"
"Terserah" ucapku malas. Lalu dia mengecup keningku cukup lama.
"Aku amat sangat mencintai mu. Jangan pernah meninggalkan ku" ucapnya
Dan saat itu aku tak akan peduli apa yang orang lain ucapkan tentang kami.
Karna aku dan dia
Saling mencintai.
Bukan mereka.
Fin~
Y jombs jan galau. Wkwkwkw 😂 voment juseyoooo~
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of Us
Fanfictionkumpulan oneshoot or drabble Daragon. Iseng2 ala author kekeke~