We don't talk anymore

929 75 5
                                    

Dua sosok manusia sibuk dengan sarapan mereka masing-masing. Hanya ada bunyi dentingan sendok, garpu dan gesekan piring. Hening tak ada yang mengeluarkan suara barang sepatahpun.

Hingga salah satu dari mereka beranjak dan pergi meninggalkan apartemen yang sudah mereka tinggali bersama 2 tahun ini.

satu sosok lagi memandang sendu kepergian sosok yang meninggalkannya. lalu ia meremat jari manis yang terdapat cicin pertunangannya.









"Sejak kapan kita seperti ini, Dara-aah" lalu sosok itu pun bergegas menuju kantornya.
.
.
.
"Hei darong, kalian itu harus bicara. mengapa kalian selalu saja bertengkar, kalian itu akan menikah sebentar lagi!! imma!!" kesal Bom saat Dara mengunjungi apartemen sahabatnya itu.

"Ayolah, aku hanya menginap semalam saja. Top oppa juga tidak keberatan jika aku menginap. aku akan mengasuh Rouna seminggu jika kau mengijinkanku menginap. ottee?!!" bujuk Dara sambil menggendong gemas bocah kecil yang  bernama Rouna.

"Andwe!! Dara-ah dengarkan aku. Jika kau dan dia seperti ini terus hubungan kalian akan hancur. lagipula Jiyong marah padamu karena kau tidak mengabarinya saat kau bersama teman-teman kantormu saat minum-minum itu hal wajar, dia amat mencintaimu hingga dia sangat protective padamu sayaaang" ucap bom lembut.

"Heum, aku hanya merasa dibatasi olehnya eonni. aku juga kan ingin bersama temanku" ucap Dara mengelak, padahal hatinya juga sama merasakan jika marahnya Jiyong adalah hal wajar.

"Dasar keras kepala!! Jika kau merasa seperti itu ya bicarakan jangan hanya lari dari masalah. Pulang sana, aku ada jadwal malam ini dengan Top untuk membuat adik baru untuk Rouna" ucap Bom sambil menyeret tubuh mungil Dara.

"Aiishh, ne eonni. Jangan menarikku seperti kucing aiish. Heol, Rouna masih kecil eonnie. memang saja kalian hobby. Baiklah aku pulang" ucap Dara mengecup pipi Bom lalu bergegas menuju apartemen nya dengan tunangannya itu.



Di lain tempat. Jiyong sedang bersama sahabat popoknya Yongbae.

"Apa tindakanku salah? aku kan hanya khawatir padanya" ucap Jiyong.

"Iya kau wajad khawatir padanya, tapi tidak dengan menghajar teman-teman pria kantornya seenakmu. Mereka kan hanya teman lagipula bukan hanya Dara yeoja di sana tapi banyak. Kenapa kau berfikiran Dara di manfaatkan oleh teman-teman prianya di kantor? kau berlebihan Ji" ucap yongbae lalu menyeruput americano nya.

"Bahkan aku ingin membunuh siapa saja yang menatapnya dengan tatapan nafsu"

"Woooo, tenang brother. ingat Ji, dia memang milikmu tapi jangan memenjarakannya dengan sikap posesif mu itu. dia akan tercekik dan lepas darimu secara perlahan" ucapan youngbae membuat Jiyong tertegun, dilihatnya cincin yang menghiasi jari manisnya. ia teringat pagi tadi, Dara sudah tidak memakainya lagi.

huuuft~~ helaan nafas Jiyong membuat Yongbae tersenyum lalu menepuk-nepuk pundak sahabatnya yang sedang kalut.

"Heii, aku tau dia juga sangat mencintaimu. Kalian hanya butuh bicara"

Jiyong tersenyum menanggapi nasihat sahabat popoknya.

pembicaraan mereka terpotong saat handphone yongbae berdering.

"yobose-"

"..."

"ne, dia bersamaku nuna. wae?"

"..."

"Jinjja!! ne aku akan memberi tahunya. gumawo"

"Ji, Dara menunggumu di depan apartemen kalian. dia sudah berulang kali menelefon mu tapi kau tak kunjung menjawabnya."

"Sial" jiyong melihat 17 misscall dan 10 pesan.

Jiyong bergegas mengambil coatnya dan melesat langsung menuju apartemennya dengan kecepatan mobil yang tidak dibilang pelan.








"Bom nuna!!" teriak Jiyong saat melihat Bom yang sedang mengompres Dara.

"Maaf aku merusak sistem keamanan pintu apartemenmu Jiyong-ah"

"tidak apa nuna. Gumawo"

"Dara menunggumu di luar dan ia kedinginan. Kau harus menuliskan password pintu apartemen di handphone nya. kau tau dia itu pelupa"

hanya anggukan Jiyong.

"Baiklah aku pamit. Jaga Dara ya"

"Gumawo, nuna" jawab Jiyong masih menatap intens yeoja yang tertidur diranjangnya.

"Maaf sayang" lirih Jiyong mengecup punggung tangan Dara yang kini ia sudah mendapati cincin tunangan mereka telah dipakai dara lagi.

"Euung" gumam Dara saat tersadar. kelopak mata itu terbuka dan dilihatnya sang tunanagan yang sedang mengecup punggung tangannya.

"Jiyong-ah. Minahae" ucap Dara sambil mengelus rambut Jiyong.

"Maaf aku terlalu kekanakan menyikapi masalah kita. Terimakasih mencintaiku dengan begitu besar. Maaf ne" ucap Dara yang kini sudah terduduk dan memegang wajah tunangannya dengan kedua tangan kecilnya.

Jiyong terharu sehingga ia memutuskan untuk memejamkan mata menikmati tangan yang ia rindukan.

"Maaf karena membuatmu terluka karena terlalu menghawatirkanku" ucap Dara lagi kini menghapus lelehan yang keluar tanpa di undang dari mata terpejamnya milik Jiyong.

"Ssstt, uljima. Aku tidak apa-apa. Aku sudah baik-baik saja sayang" ucap Dara lagi kini memeluk tubuh tunangannya yang balas memeluk dengan erat. Dara tau bahwa Jiyong sedang merutuki dirinya sendiri karena membuat Dara sakit, kedinginan dan itu ulah nya.

"Mianhae De~~, aku tidak tau jika kau menelfon handphone ku tadi dalam mood silent. Maaf membuatmu menunggu dan kedinginan. maaf karena sikap posesifku yang terlalu mengukungmu. Bebe, please forgive me" ucap Jiyong wajahnya tenggelam di ceruk leher Dara. menghirup aroma yang di rindukannya beberapa hari ini.

"Maaf membuatmu menangis, maaf karena memukul teman-teman kantormu. a-aku hany-"

"Ssttt, gwencana. kita hanya perlu bicara. benar begitu?" ucap Dara merenggangkan pelukannya menatap tunangannya dengan penuh cinta. Yang di tatap mengangguk setuju lalu tersenyum bersamaan.

"Saranghae Kwon Dara"


"Heiii, margaku masih Park tuan Kwon"

tak lama keduanya terlalu dalam ciuman panjang, menyalurkan kerinduan yang beberapa hari tak bisa saling menyentuh. Kini mereka habiskan beberapa round. Ahaaay!!!

The End

Ku tahu ini gaje~maafkan wkwkw mngkin banyak typo bertebaran~maafkan hihi

Story of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang