Tujuh

2K 307 36
                                    

'Jihoon-ah, Tuan Lee... berdarah!'

.

Langkah Jihoon saling buru dengan deru napasnya ketika menyusuri koridor rumah sakit. Tepat di belakangnya ada Choi Seungcheol yang kepayahan menyamakan langkah karena dia akan tertinggal satu--dua langkah tiap kali berhasil sejajar saat melewati tikungan.

Aroma khas bangunan serbaputih yang biasanya membuat Jihoon mual hingga enggan berlama-lama di dalam sama sekali tidak mempengaruhi raut wajah tegangnya. Tampak jelas kekhawatiran terpancar di sana. Dia bahkan tidak sempat mengganti baju apalagi mandi.

Dari kejauhan tampak eomma Jihoon duduk di bangku panjang. Wanita itu memeluk erat Bibi Choi, ibu Seungcheol. Pundaknya bergetar, sesekali terdengar suara isakan. Ada beberapa pelayan juga di sana termasuk Kepala Pelayan Song yang langsung membungkuk sopan empatpuluh lima derajat pada tuan mudanya. Wajah mereka sama tegang dan khawatir. Apalagi Kepala Pelayan Song yang sudah bersama dengan appa Jihoon sejak masa susahnya.

"Eomma...." panggil Jihoon yang langsung disambut pelukan eomma-nya. "Sssh, gwaenchanha. Uljima, eoh!" Gemetar tangan Jihoon ketika menepuk pelan pundak eomma-nya, berusaha menenangkan wanita paruh baya itu juga dirinya sendiri. Tak ada kata lain yang bisa diucapkannya. Pundak kecilnya bergetar perlahan, dia ikut terisak kemudian.

Di belakang Jihoon, ada Seungcheol yang masih terengah-engah habis mengejar Jihoon tadi. Dia membungkuk sebentar untuk menetralkan napas. Bibi Choi menghampiri putranya, mengulurkan sebotol air mineral. Seungcheol menyambut, menenggak, dan tidak lupa berterima kasih saat dibantu duduk.

"Eomma, ada apa dengan Paman Lee?" Seungcheol setengah berbisik bertanya pada ibunya. Bibi Choi melirik Jihoon dan eomma-nya kemudian menghampiri putranya.

"Pamanmu pingsan. Sebelum pingsan sempat mimisan banyak sekali tadi," jawab wanita yang sebenarnya lebih muda dari eomma Jihoon tapi justru tampak lebih tua karena tak pandai berdandan. Mata Seungcheol membulat. "Dokter Kim baru memeriksanya di dalam. Dugaan sementara pamanmu itu kelelahan!"

Seungcheol membekap mulutnya sendiri. Kesal akibat dibangunkan mendadak oleh Jihoon lenyap seketika. Pasti tuan muda mungil itu gelagapan saat membangunkan dirinya. Terbukti dengan betapa lemah tendangan yang mendarat di wakah Seungcheol, sangat berbeda dari biasanya yang bahkan bida membuat dirinya terjengkang dari tempat tidur.

"Semoga Oppa tidak apa-apa...." bisik ibunya Seongcheol sambil menangkupkan kedua tangannya ke wajah, mencegah tangisnya pecah. Namun sekuat tenaga ditahan, butiran kristal itu luruh juga. Membentuk dua aliran sungai kecil yang meliuk-liuk di pipi dan jemarinya. Seungcheol segera mendekap tubuh ibunya. Bagaimana pun juga appa Jihoon adalah saudara kandung satu-satu ibunya---mereka berdua, appa Jihoon dan ibunya Seungcheol, sudah sebatang kara sejak kecil. Menghadapi kerasnya hidup hanya berdua tanpa keluarga lain.

Atmosfer tegang dan khawatir masih setia menyelimuti mereka, seperti belum ingin beranjak. Perasaan takut akan kehilangan bercokol dalam kepala hingga doa tak henti dirapalkan bibir-bibir bergetar menahan tangis itu.

working!

"

Minumlah! Tenangkan dirimu!" Seungcheol meletakkan secangkir coklat hangat di depan Jihoon yang masih menunduk dalam. Pemuda mungil itu tampak jelas sedang memikirkan sesuatu. Tadi dia sempat terlonjak halus ketika Seungcheol meletakkan cangkir di depannya.

Jihoon memaksa senyum. Jemarinya menggenggam cangkir porselen tersebut. Hangat. "Gomawo yo, Hyung!" Kemudian menyesap perlahan isinya. Rasa manis pekat khas coklat langsung melewati kerongkongannya. Menciptakan sensasi lega dan menenangkan. Dia menyesap sekali lagi sambil sesekali menghirup aroma harum yang segera memenuhi ruang hirupnya. Lagi-lagi ada sensasi nikmat yang terasa. Ah, Jihoon benar-benar suka coklat. Aroma dan rasanya selalu bisa membuatnya lebih baik dan Seungcheol tentu tahu betul itu. Mereka sudah bersama sejak masih kecil hingga kini. Segala hal yang disukai dan dibenci, mereka sudah saling tahu. Apa pun itu. Termasuk suasana hati.

WORKING!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang