Jihoon yang sedang duduk bersila di atas kasur dengan yukata mandi selutut berwarna putih yang membalut tubuh menyambut Soonyoung begitu dia keluar dari kamar mandi. Ekspresi tegang tergambar jelas di wajah bulat pemuda mungil itu. Jangan lupakan rona merah yang mewarnai hampir seluruh wajah hingga kedua telinganya.
Melihat itu tentu saja mengundang senyum gemas di wajah Soonyoung kemudian. Membuatnya ikutan tegang.
"Kau baik-baik saja, Sayang?" Soonyoung mengambil duduk di tepi tempat tidur seraya mengusap rambutnya yang masih basah dengan handuk kecil. "Tolong jangan memasang wajah seperti itu. Kau membuatku takut!" imbuh pemuda Kwon dengan nada suara dibuat-buat ketakutan.
Jihoon yang masih sibuk merapal doa-doa pun mendelik. Dia memaksa kedua mata semi sipitnya untuk membuka lebar. "Ya! Aku baik-baik saja, ara?!" serunya dengan suara bergetar. Jelas sekali kalau apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Ujung bibir Soonyoung terangkat sebelah. "Baiklah," katanya, mengabaikan handuk yang semula berada di kepalanya kini sudah terkulai di lantai marmer yang dingin. Jihoon jauh lebih menarik atensi dibandingkan memungut handuk tadi. "Ittadakimasu!" lanjutnya kemudian mulai menyentuh wajah tembam Jihoon yang kemerahan bak apel ranum.
"A--apa kau gugup?" Jihoon tanpa sadar memejamkan kedua mata saat ujung hidung Soonyoung bertemu dengan ujung hidungnya. Dia bahkan menahan napas saat bibir sang kekasih mulai meraup bibirnya perlahan.
Soonyoung menyelesaikan satu kecupan ringan lantas menjawab dengan suara rendahnya, "Umh, ya. Aku sangat gugup dan juga tegang melihatmu malam ini." Usai berkata demikian, Soonyoung langsung meraup bibir plum Jihoon sekali lagi. Kali ini lebih rakus dan menuntut.
Mengecup, mengulum, dan mengisap hingga menciptakan suara kecipak yang khas. Lebih dari sekadar ciuman ringan yang biasa mereka lakukan sebelumnya. Soonyoung tampak lihai dalam menuntun ke ritme yang menggairahkan.
Lihat saja bagaimana Jihoon kini mulai berpeluh setelah diserang ciuman bertubi-tubi.
"Ah, sudah mulai panas," gumam Soonyoung seraya melepaskan t-shirt yang dikenakannya. Spontan membuat Jihoon mendelik horor kemudian.
Bagaimana tidak?
Di balik t-shirt putih yang sekarang sudah terkapar di lantai bersama handuk basah tadi, tersembunyi sebuah tubuh kekar yang rajin dilatih dan dijaga hingga terbentuk sempurna. Jihoon bisa merasakan aura maskulin yang menguar dari tubuh sang kekasih yang langsung melemaskan seluruh persendiannya karena gairah.
"Kau selalu saja terdiam kaku jika aku membuka baju. Ada apa, hng?" Soonyoung menuntun tubuh mungil Jihoon agar merebah di atas kasur empuk. Tak lupa dia membelai pipi tembam kekasih mungilnya. Sementara oandangan mereka berada pada satu garis lurus yang simetris. Ralat. Tepatnya, Sonyoung sengaja mengunci pandangan Jihoon hanya pada dirinya. Seolah meminta agar Jihoon menyelam ke dalam sana.
Jihoon meraih telapak tangan Soonyoung untuk kemudian dikulum jari telunjuknya, "Melihat tubuhmu semakin membuatku menginginkan milikmu berada di dalam diriku."
Percayalah. Kalimat itu sukses membuat Soonyoung terbakar gairah. Membangkitkan hasrat primitif mahabuas yang semula tertidur lelap di dalam dirinya. Tak pelak serangan demi serangan lantas dilancarkan pemuda sipit itu pada Jihoon yang masih gelagapan menunjukkan reaksi untuk menanggapinya.
Jemari tangan kiri Soonyoung bergerak halus menyusuri lekuk tubuh bagian bawah Jihoon yang masih terbalut yukata mandi dan berhenti di bagian belakang. Telunjuknya lantas menekan pelan bagian belakang itu dan berbisik lembut, "Hari ini aku akan menyentuh bagian ini." Kemudian menekan sekali lagi untuk menggoda sang kekasih. "Apa kau sudah pernah menyentuhnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WORKING!!!
Fanfiction[FINE!] - [Soonhoon] - [BXB] Lee Jihoon, si jenius dalam musik, disuruh jadi SPB (Sales Promotion Boy) untuk merebut gelar karyawan terbaik di toko ayahnya yang dipegang oleh seseorang yang memiliki kepribadian berbanding terbalik dengan dirinya. M...