Jeonghan menarik segaris senyum ketika ekor mata lentiknya menangkap bayangan seorang pemuda bermata super sipit memasuki rest room.
Melirik sekilas jam analog yang melingkar di tangan kirinya. Pukul satu lewat tigapuluh lima menit. Begitu yang ditunjuk jarum-jarum jam Jeonghan. Seperti biasa. Sang karyawan terbaik toko selalu datang lebih awal dari yang lain.
Termasuk dirinya sendiri.
'Eomma, sepertinya, aku menemukannya....'
Sebaris kalimat itu kembali terlintas dalam kepala Jeonghan. Terlontar dari bibir seorang Kwon Soonyoung melalui sambungan telepon.
Membuat senyumnya makin terkembang sempurna. Dia segera mempercepat gerakan merapikan rambut kemudian menghampiri Soonyoung yang sedang memasang dasi di depan lokernya.
Dalam kepala pemuda bersurai sewarna karamel sebahu itu sudah berjejal banyak sekali pertanyaan. Itulah alasan dia berada di sini jauh lebih awal dari biasanya.
Bahkan mendahului kecepatan datangnya sang karyawan terbaik toko ini.
"Ah, Eomma. Aku bisa sendiri," tolak Soonyoung halus ketika jemari lentik Jeonghan tiba-tiba sudah mengambil alih untuk menyimpulkan dasinya. Namun, seolah tuli, pemuda cantik di depannya tampak asik saja menyimpul tanpa peduli perubahan wajah Soonyoung yang kini bersemu.
Jeonghan mengulum senyum. Benar-benar tidak tahan dengan perubahan wajah Soonyoung yang dianggapnya menggemaskan itu. "Jadi, siapa dia, hmm?"
Pertanyaan barusan sukses membuat Soonyoung makin merona bahkan gelagapan. Meski berusaha ditutupi dengan wajah innocent dan hanya ber-eh pendek.
Soonyoung adalah Soonyoung yang telah lama dikenal Jeonghan. Lima tahun bukanlah waktu yang sebentar. Jeonghan yang memang dasarnya termasuk orang peka mudah saja memahami sosok di depannya itu.
Mereka bisa saling kenal dan akhirnya akrab karena sekelas dan sebangku ketika kelas duabelas. Bahkan saat kuliah, mereka sering berada di kelas yang sama karena memang mengambil fakultas yang sama juga.
Pribadi Soonyoung yang easygoing dan terbuka pada siapa pun sebenarnya kontras dengan Jeonghan yang pendiam cenderung introvert. Namun, dengan sendirinya, sikap positif Soonyoung sedikit banyak menular pada pemuda cantik itu.
Selama ini, Soonyoung hanya sering membahas tentang kelakuan Chan, adik tirinya, yang semakin lama semakin imut dan menggemaskan. Meski di toko atau saat jam istirahat dia sudah membahasnya. Jarang sekali membahas tentang dirinya apalagi percintaan.
Tapi, semalam, Soonyoung menelepon Jeonghan. Membahas kembali tentang seseorang istimewa yang menjadi cinta pertamanya ketika duduk di bangku SMP dulu. Berkata kalau dia telah menemukan kembali orang tersebut.
Meski masih ada sedikit keraguan dikarenakan Soonyoung tidak begitu tahu banyak tentang orang itu. Namun, Soonyoung sedikit banyak menyakini kalau orang yang ditemuinya saat ini adalah orang yang sama.
"Katakan pada eomma, siapakah orang beruntung itu?" Senyum khas malaikat Jeonghan terukir nyata di wajah cantiknya. Dia telah selesai menyimpulkan dasi Soonyoung. Kini giliran kerah kemeja yang dirapikannya.
Termasuk menepuk pelan bagian pundak, menyingkirkan debu tak kasat mata dan kecanggungan yang sukses menguasai bahkan membekukan Soonyoung.
"Err... aku masih belum yakin, tapi—"
"Uwaaa...!!!" Teriakan Chan memotong kalimat Soonyoung. Juga membuyarkan perhatian Soonyoung dan Jeonghan. "Hyung! Tanganku berdarah!" pekiknya dengan ujung mata berair.
KAMU SEDANG MEMBACA
WORKING!!!
Fanfiction[FINE!] - [Soonhoon] - [BXB] Lee Jihoon, si jenius dalam musik, disuruh jadi SPB (Sales Promotion Boy) untuk merebut gelar karyawan terbaik di toko ayahnya yang dipegang oleh seseorang yang memiliki kepribadian berbanding terbalik dengan dirinya. M...