Limabelas

2.2K 321 64
                                    

Mulai besok, hingga seminggu ke depan, kita masuk jam delapan pagi.

.

Pesan pendek dari Yoon Jeonghan memenuhi kotak masuk Jihoon. Membuatnya berdecak sebal sepagian ini.

Bagaimana tidak?

Puluhan pesan pendek yang masuk dan membuat ponselnya tak henti berbunyi ternyata isinya sama semua. Sebaris kalimat yang mengingatkan Jihoon tentang perubahan jam masuk shift mereka seminggu ke depan.

Sepertinya pemuda cantik itu terlalu khawatir Jihoon akan salah jam masuk. Sehingga lupa kalau ingatan pemuda mungil itu sebenarnya kuat. Cukup dikatakan sekali saja, jika itu penting, dia akan mengingatnya.

Jarum jam menunjuk angka tujuh ketika Jihoon telah selesai bersiap diri. Masih ada waktu sejam lagi. Dia berencana keluar untuk mencari sarapan sebelum berangkat ke toko.

BRUK!!!

Lee Jihoon sedang mengunci pintu kostnya dari luar, ketika suara benda berat jatuh terdengar dari kamar kost tepat di sebelahnya.

Ah, itu kamar Soonyoung! Ada apa, sih, pagi-pagi? Jihoon membatin.

Penasaran jualah yang membuat pemuda mungil itu mengintip pintu kamar Soonyoung yang terkuak sedikit. Dia mengintip pelan-pelan untuk terkejut kemudian setelah melihat pemandangan di dalam sana; Kwon Soonyoung, dalam balutan pakaian kerjanya, tergeletak di belakang pintu!

working!

Napas pemuda mungil itu tersengal. Putus-putus. Kelelahan membopong tubuh bongsor Kwon Soonyoung ke tempat tidur. Sendirian.

Sambil menyeka peluh yang membanjir di pelipis, dalam kepalanya, Jihoon menebak berapa kira-kira bobot sang karyawan terbaik itu hingga membuatnya kepayahan begini.

Kemudian mendengus, kesal sendiri, saat menyadari telah melakukan hal yang sama sekali tidak bermanfaat saat memikirkan perihal bobot Soonyoung.

"Hhh, badanmu panas sekali," gumam Jihoon. "Bagaimana ini? Kau harus dikompres. Minum obat juga. Hng, apa kau punya handuk kecil atau air dingin? Kotak obatmu di mana?"

Hening.

Tak ada sahutan apalagi jawaban atas cecaran pertanyaan barusan.

Jihoon spontan menepuk keningnya sendiri. Merasa bodoh telah bertanya pada orang yang sedang tidak sadarkan diri. Dia pun mendesah kasar. Sebal pada dirinya sendiri. Sekali lagi.

Setengah berlari Jihoon kembali ke kamarnya untuk mengambil beberapa botol air dingin di kulkas juga beberapa lembar handuk kecil miliknya. Lantas kembali lagi ke kamar Soonyoung. Meminjam mangkuk di dapur SOonyoung untuk diisi air dingin dan mulai mengompres.

"Astaga, kau berkeringat banyak sekali. Haruskah kubuka bajumu?" Jihoon berdecak lagi. Kenapa pula dia bertanya pada Soonyoung. Hhh...

Hati-hati sekali Jihoon melepaskan kemeja Soonyoung. Mengelap keringat yang mengucur deras di sana dan menggantinya dengan kaos baru berlengan panjang. Celananya dibiarkan saja begitu.

Kan yang berkeringat hanya bagian atas tubuhnya saja. Begitu pikir Lee Jihoon.

Saat sedang rusuh sendiri mengganti air kompres dengan yang baru, tiba-tiba ponsel Jihoon berdering lama. Bergantian dengan ponsel milik Soonyoung.

Jeonghan Hyung. Begitu nama yang tertera di layar ponsel Jihoon.

Eomma Han. Itu nama kontak yang tertera di layar ponsel Soonyoung.

WORKING!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang