Sosok Kwon Soonyoung, dalam benakku, adalah definisi kesempurnaan sebenarnya.Dia itu seolah tanpa cela.
Tampan, menawan, cerdas hampir jenius, aktif, ekspresif, dan tidak pernah main-main jika sudah serius pada sesuatu. Apa yang sudah menjadi komitmennya, akan dipertahankan hingga titik darah penghabisan.
Bukan bermaksud berlebihan. Akan tetapi, dia itu memang selalu bisa diandalkan.
Aku mengenalnya sejak usia tujuh tahun. Waktu itu appa membawanya ke rumah bersama eomma-nya. Appa menikahi eomma Soonyoung yang merupakan seorang janda beranak satu setelah mereka menjalin hubungan rahasia selama beberapa bulan.
Rahasia maksudnya, appa tidak bilang-bilang kalau dia menjalin hubungan dengan seseorang pada keluarganya maupun keluarga pihak keluarga almarhumah eomma-ku.
Urusan orang tua selalu rumit memang. Tapi, yang jelas, sejak saat itu Kwon Soonyoung jadi kakak tiriku.
Kami berempat tinggal di sebuah rumah sederhana di daerah Busan. Appa resign dari perusahaan keluarga almarhumah eomma-ku dan membuka kedai jjajamyeon.
Eomma Soonyoung-hyung baik sekali padaku. Mirip anaknya. Sikap beliau benar-benar mengingatkanku pada almarhumah eomma-ku. Dia sangat telaten dan setia membantu di kedai itu. Keceriaan yang dimilikinya juga memberi dampak positif pada kedai kami.
Sementara Soonyoung-hyung bertugas menjagaku sambil sesekali membantu di kedai.
Sekitar lima tahun lamanya kami tinggal di Busan dan kedai yang dikelola appa dan eomma Soonyoung-hyung sukses, semakin maju.
Appa bahkan sudah berencana akan membuka cabang di Seoul. Appa jadi semakin sibuk karena banyak pekerjaan dan sering melakukan perjalanan pulang-balik ke Seoul-Busan berdua dengan eomma Soonyoung-hyung.
Saking sibuknya, mereka pun sering menitipkan aku dan Soonyoung-hyung ke rumah nenek dari pihak almarhunah eomma---tapi mereka tidak suka dengan Soonyoung-hyung dan sering terang-terangan memperlihatkan sikap tidak sukanya itu pada hyung.
Meski demikian Soonyoung-hyung tetap terlihat baik-baik saja dan bersikap seperti biasanya, sehingga appa terus saja menitipkan kami di sana.
Aku pernah ingin mengadu pada appa. Tapi, Soonyoung-hyung melarang dan berkata dengan senyum berkembang kalau semua akan baik-baik saja. Sepertinya dia tak ingin mengacaukan kesibukan appa. Maka aku pun menurut saja apa kata Soonyoung-hyung.
Mereka berdua, appa dan eomma Soonyoung-hyung, semakin sibuk mengurus pembukaan cabang. Semakin sering keluar kota. Kami pun semakin sering ditipkan pada kakek-nenek dan semakin jarang bertemu dengan mereka berdua.
Hingga suatu hari kecelakaan tragis menewaskan mereka berdua.
Aku yatim piatu, begitu pun Soonyoung-hyung. Namun aku beruntung karena masih memiliki kakek-nenek dari pihak almarhumah eomma yang mau merawat.
Tidak seperti Soonyoung-hyung. Dia sebatang kara.
Akhirnya, dia memutuskan untuk pindah ke Seoul. Berbekal peninggalan kedua orang tua kami, Soonyoung-hyung tinggal seorang diri di sana. Usianya baru enambelas tahun tapi dia sudah mandiri, benar-benar hidup seorang diri. Menyewa sebuah kost sederhana dan bekerja paruh waktu untuk tetap bertahan hidup.
Aku selalu kagum padanya. Dengan keenceran otak dan sikap yang mudah berbaur, dia bisa bertahan bahkan menyelesaikan studinya dan meraih gelar strata satu dengan bantuan beasiswa di usia duapuluh satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WORKING!!!
Fanfiction[FINE!] - [Soonhoon] - [BXB] Lee Jihoon, si jenius dalam musik, disuruh jadi SPB (Sales Promotion Boy) untuk merebut gelar karyawan terbaik di toko ayahnya yang dipegang oleh seseorang yang memiliki kepribadian berbanding terbalik dengan dirinya. M...