"Halo ini dengan siapa?"
Azel, Viola dan Zahra saling bertatapan, karena seharusnya sebagai orang tua, Nomor telepon anaknya sendiri harus di save.
"Papa? Ini Shela, Pa..."
"Shela? Oh ini kamu, apa kabar kamu? Bagaimana keadaan kamu disana?" Tanya Papa Shela singkat.
"Hehh... emang nya Papa masih ingat sama Shela? Shela cuma mau tanya sama Papa, Mama ada sama Papa gak? Mama gak ada dirumah, dan Shela gak di kabarin kalau Mama akan pergi." Shela terkekeh pelan.
"Kamu tanya Mama kok sama Papa? Kamu kan tau Papa gak di sana, Shel..."
"Hah? Sebagai suami emang Papa gak pernah ngabarin Mama yaa seperti Papa gak ngabarin Shela? Iya gitu? Papa bener-bener keterlaluan ya! jangan-jangan Papa gak akan pulang dan akan cari istri baru disana! sekalian aja gak usah peduliin Shela sama Mama lagi! Karena di mata Papa yang penting itu kerja kan? Papa gak tau kan gimana keadaan Mama sekarang? Dan satu lagi! Papa gak usah repot-repot save nomor Shela, gak penting juga lagi!" ucap Shela mulai mengeluarkan air mata nya dan mematikan telepon nya.
Azel memeluk Shela dari belakang, disusul oleh Zahra dan Viola. "Lo sama nyokap lo masih punya kita kok, Shel." ucap Azel sembari mengusap lembut pundak Shela.
"Yaudah kita pulang aja ya, kita coba cari lagi besok pulang sekolah. Sekarang sudah mulai petang." kata Viola melepas pelukan nya.
"Yaudah yuk pulang." Azel menuntun Shela pergi dari rumah Mama nya.
***
Ayo dong angkat, Ma...
Hanya kalimat itu yang sedari tadi yang memenuhi mulut Shela, karena Mama nya tidak mengangkat telepon nya.
"Shel, percuma. Nyokap lo gak aktifin hp nya!" pekik Zahra keras.
"Ih bisa gak si lo lembut sedikit? Keadaan lagi kayak gini masih aja marah-marah," protes Viola yang sedari tadi duduk di sebelah Shela dan menenangkannya.
"Shel, kalo hp nya gak aktif gimana dia tau kalo lo neleponin dia berkali-kali?" Azel berusaha memberhentikan yang Shela lakukan.
Shela mulai menurunkan ponsel yang digenggam nya dari telingan nya. Menunduk dan menutup wajah nya tanda Shela menangis. "Nyokap gue mau lupain gue kali ya, guys." ucap Shela dengan suara yang mulai seguk-segukan.
"Enggak, mungkin nyokap lo butuh refresing, Shel..." ucap Viola.
"Nyokap gue udah capek urus gue... gue aja di titip di kos ini, berarti nyokap gue gak mau urus gue lagi... hiks..." Shela semakin mendalami tangisan nya. Azel, Viola dan Zahra sama sekali tidak bisa membujuk Shela untuk berhenti menangis. Sampai esok harinya, Shela tidak mengikuti pelajaran.
"Shel, kita berangkat sekolah ya, lo jangan kemana-kemana, besok kan kita tour ke luar kota. Jadi besok jangan sampai sakit lagi, okeh?" pamit Azel tersenyum seraya menyelimuti Shela yang tengah berbaring di ranjangnya.
"Iya, santai aja, gue pasti jaga kesehatan kok." sahut Shela dengan suara lemas.
#Di Sekolah
"Eh gue mau ke kamar mandi nih, anterin gue yuk, Zel..." ringis Viola kebelet.
"Emang gak bisa sendiri ya? Kayak bocah aja deh." pekik Azel.
"Pliss... ayo anter gue ah. Lo duluan aja, Ra." ucap Viola langsung menarik Azel ke kamar mandi.
"Oke." sahut Zahra sambil tertawa kecil, tiba-tiba ada Devan yang berdiri di hadapannya.
"Shela mana, Ra?" tanya Devan sembari melihat sekeliling Zahra.
"Penting banget ya buat lo?" Zahra terkekeh pelan.
"Penting lah. Dia bidadari di hati gue." ucap Devan membuat mata Zahra membulat.
"Hah??? Apa?? Kurang jelas... Lo bilang bidadari? Dasar Play boy cap badak!" Zahra berteriak lalu mendorong pelan bahu Devan dan meninggalkannya.
Devan hanya berdiri keheranan ketika Zahra mendorongnya. Lalu Devan mengejar Zahra dan menjegatnya. "Gue serius. Shela gak masuk?" Devan mengulang kata-katanya.
"Gak penting! Awas gue mau ke kelas!" Zahra bolak-balik kanan kiri berusaha mencari jalan agar dia tidak terus menerus ditanya.
"Lo tinggal jawab apa susah nya sih?" sahut Devan yang masih menjegat Zahra.
"Eh lo minggir atau lo gue gampar?!" perkataan pedas keluar dari mulut Zahra.
"Nih gampar nih," ucap Devan mendekatkan pipi nya ke Zahra.
PLAKKK!!!
"Mampus lo!" tamparan keras melayang pada pipi Devan. Zahra pun pergi ke kelas nya."Gila sakit woi! Kok di tampar beneran sih?" kata Devan tetapi Zahra tidak memperdulikan Devan.
Sesampai nya Zahra dikelas, Zahra langsung mengeluarkan ponsel nya dan mengetik pesan untuk Shela, yang isinya...
'Awas ya lo minum es! pokoknya gue nanti cek kulkas, kalo sampe es nya abis gue gak mau seranjang sama lo lagi ya! Pokoknya gue pulang lo harus udah sehat! Gak boleh ngeluh-ngeluh lagi! Jangan pikirin apa-apa dulu, nyokap lo pasti baik-baik aja kok'
Namun Shela hanya read pesan itu.Tak lama Viola dan Azel datang dengan Bu Yani di belakangnya, karena bel telah berbunyi. "Pagi anak-anak, bagaimana? Sudah izin pada orang tua masing-masing kan? Disini siapa yang tidak ikut? " tanya Bu Yani. Melihat Shela tidak ada di kelas, Bu Yani bertanya pada Azel.
"Shela dimana, Zel? Dia tidak ikut?" tanya Bu Yani.
"Anu Bu, Shela sakit, tapi tenang aja, bu, Shela ikut kok, segala urusan nya diserahin ke Zahra." jawab Azel.
"Kita ke sana naik apa, Bu?" tanya Rendi mengacungkan tangan.
"Kita kesana naik kapal, Ren."
"Kalo saya muntah gimana, Bu? Ibu siapin plastik yang banyak ya..." ucap Rendi membuat seisi kelas tertawa.
"Lebay banget si ih." pekik Zahra.
"Yeh... bukan lebay, buat jaga-jaga aja. Kali aja lo juga muntah, Ra." balas Rendi.
____________________________________
Maaf baru Update, makin gak ada waktu buat bikin cerita😭 karena belakangan ini masih MPLS.
mungkin sekarang Update nya seminggu sekali ya... tetep stay disini jangan bosen. Janji bakal terusin ceritanya kok😚Makin gaje aja ni cerita ya😅
Vote and comment💝
KAMU SEDANG MEMBACA
Shine Bright Like a Diamond
أدب المراهقين"Kini harapan gue hangus ketika dia membalas cinta Devan. Ya Tuhan... apa aku harus mundur? Kenapa ini terjadi disaat kita sudah dekat?" batin Shela. Ketika aku bahagia karena kamu telah berada didekat aku, seketika, aku berfikir bahwa itu hanya ima...