SATU

311 28 2
                                    

Hai gais, ini bakal jadi satu-satunya cerita ongoing yang insyallah bakal aku fokusin sampe tamat. Kalau pembaca lama pasti tau dulu banget aku punya banyak cerita yg aku publish tapi ga satu pun yg tamat, so... Untuk cerita ini semoga aku bisa konsisten sampe tamat ya. Masa iya, aku gabung Wattpad dari 2015 sampe 2022 gaada satupun cerita yang tamat kan ngaco bgt ygy 🥲

Rintik hujan yang awalnya hanya turun setitik-titik, akhirnya menjadi bulir-bulir air yang turun dari langit, mendung malam itu rupanya berhasil menurunkan hujan yang sebentar lagi pasti akan turun lebat.

Gia berlari kecil ke arah halte yang ada beberapa meter di depannya untuk menghindari hujan yang turun mulai deras. Tapi, percuma saja, rambut dan bajunya sudah sedikit basah.

Saat Gia sudah sampai di halte, dia berdiri di depannya. Dengan mata yang sesekali melihat ke arah langit yang semakin gelap, dia berharap hujan segera berhenti. Tapi, itu hanya sebuah harapan karena nyatanya hujan yang turun justru semakin deras.

Gia melipat tangannya di depan dada, lalu matanya melihat sekeliling. Sepi. Di halte ini hanya ada dirinya, lalu dia maju selangkah ke depan dan mengulurkan tangan, seketika tangannya langsung basah karena air hujan.

Saat dia sedang merasakan dinginnya air hujan, tiba-tiba saja gelegar petir terdengar dengan keras, seketika Gia langsung mundur beberapa langkah ke belakang dengan mata terpejam. Jantungnya berdegup dengan kencang karena kaget.

Beberapa saat setelah petir turun, sebuah motor berhenti di depan halte. Lalu, seorang pria turun dari motor dan berjalan ke arah halte. Dia berdiri di samping Gia sambil melepaskan helm. Sementara baju dan ransel yang menggantung di punggungnya sudah basah kuyup.

Gia menoleh ke arah pria itu, pun dengan pria itu, dia menoleh ke arah Gia. Mereka berdua sama-sama tersenyum.

Lalu, Gia mundur ke belakang dan duduk di bangku halte. Sementara pria itu masih berdiri di depan halte sambil memerhatikan hujan yang masih turun dengan deras.

Gia memerhatikan pria itu dari belakang, pria itu terlihat tinggi, saat berdiri di sampingnya, tinggi Gia hanya sebatas bahunya.

Saat sedang memerhatikan pria itu, tiba-tiba dia menoleh ke arah Gia, buru-buru Gia langsung membuang pandangannya ke segala arah sebab malu jika ketahuan sedang memerhatikan.

Kemudian dia duduk di samping Gia, lalu mengeluarkan ponselnya yang mati total akibat terkena air.

Tidak ada yang berbicara sedikitpun, sampai tiba-tiba pria itu menoleh ke arah Gia lalu mengalihkan pandangannya pada jam tangan yang melingkar di tangan Gia.

"Sekarang jam berapa, ya?" tanyanya.

Gia yang sedang melamun langsung tersentak, lalu dia menoleh ke arah pria itu.

"Kenapa?" tanya Gia.

Pria itu tersenyum, "sekarang jam berapa?" ucapnya mengulangi pertanyaannya.

"Oh." sahut Gia pelan, lalu melihat jam yang melingkar di tangannya.

Gia sedikit terkejut, sudah hampir setengah sepuluh malam tapi hujan belum ada tanda-tanda akan berhenti. Seketika dia langsung khawatir, bagaimana caranya dia pulang?

Heavy RainfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang