05

2.2K 247 6
                                    


tekan vote diujung kiri bawah dan baca catatan author dibagian akhir.






“Cal, kenapa?”

“Enggak apa-apa”

Bara menghela nafas pelan, ia memperhatikan Calya yang kini duduk di sofa sampingnya sambil melihat kartun Upin dan Ipin di televisi.

Bara sudah berada dirumah Calya sejak jam empat sore dan sekarang sudah menunjukan pukul tujuh malam. Namun, tidak seperti Calya yang biasanya banyak omong dan menggoda Bara, ia hanya terfokus pada televisi di hadapannya.

“Cal aku─” Ucapan Bara terputus ketika tiba-tiba Calya menidurkan dirinya di sofa dan menjadikan paha Bara sebagai bantalan kepalanya.

Bara memperhatikan Calya, lalu mengulum senyum. Ia tahu bahwa Calya mencegahnya yang akan pulang barusan dengan pergerakan seperti ini.

“Cal”

“Hm”

“Mau cium”

Calya melihat kearah Bara, lalu di detik selanjutnya ia melihat kepala Bara menunduk kearahnya dan mencium bibirnya singkat, padat, dan tentunya memabukan.

Bara tersenyum, sedangkan Calya melotot dan langsung bangun dari tidurnya lalu duduk menghadap Bara dan melihat Bara dengan galak.

“Apa-apaan?”

“Cium”

“Ngapain cium-cium?”

“Kayak baru sekali aja Cal, kan udah sering”

Calya mencoba menahan agar rona merah di pipinya tidak terlihat akibat ucapan Bara barusan. Sebuah ciuman memang sudah tidak asing lagi diantara mereka berdua, Calya ingat saat pertama kali Bara ingin menciumnya, Bara bertanya apakah Calya sudah menginjak umur tujuh belas tahun apa belum, karena Bara tidak ingin mencium anak dibawah umur.

Mengingat itu kembali pipi Calya menjadi merona merah, namun ketika ingat bahwa Bara menolak ajakan makan siangnya dan memilih makan siang bersama Shanaz, hati Calya mulai terbakar api cemburu lagi.

“Aku lagi marah loh sama kamu. Harusnya kamu enggak cium aku”

“Marah kenapa?” tanya Bara dan melihat kearah Calya

Calya semakin kesal ketika melihat Bara yang memajang wajah tanpa dosanya, “Kamu nolak makan siang sama aku, tapi kamu makan siang sama Kak Shanaz. Yang pacar kamu itu aku atau Kak Shanaz?”

“Kamu”

Dengan segenap hati Calya menahan agar ia tidak lepas kendali dan memeluk Bara yang terlihat menggemaskan, “Terus kenapa kamu milih makan sama Kak Shanaz?”

“Shanaz yang ngajak duluan, aku udah iyain”

Calya membuat kakinya jadi bersila, lalu melipat kedua tangannya dibawah dada. Wajahnya cemberut lalu kembali menghadap televisi dan menonton kartun disana.

“Kamu sendiri kenapa makan sama Gama?”

Calya melihat Bara galak, “Ya terus aku makan sama siapa? Tembok? Orang ngajak pacar sendiri malah gak mau”

ABCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang