Aku membayangkan ini semua setiap hari karena ini adalah mimpi yang berarti
Jongin merapikan kemejanya dan menekan bel pintu apartemen Kyungsoo, "Kyungsoo-ya."
Perlahan pintu apartemen Kyungsoo terbuka, "Jongin-ah."
Kyungsoo mempersilakan Jongin untuk masuk dan duduk di ruang tamu, "Ada apa?"
Jongin menghela nafas dan memeluk Kyungsoo, "Esok aku akan menikah. Hanya kerabat ayahku dan teman calon istriku yang datang. Kau ingin datang?"Kyungsoo mengusap punggung Jongin, lalu menggeleng, "Aku tidak akan datang."
Jongin meletakkan dagunya di bahu Kyungsoo, "Aku mengerti perasaanmu."
Kyungsoo menatap ke sudut ruangan cemas, "Apa sebaiknya kita akhiri saja hubungan ini? Aku tidak yakin bahwa kita tetap bisa bersama setelah kau menikah."
Jongin melepas pelukannya dan menggeleng keras, "Aku tidak mau meninggalkanmu."
Kyungsoo mendengus, "Apa calon istrimu tahu bahwa kau penyuka sesama jenis?"
Jongin tidak menjawab, lalu menggeleng.
"Bukankah itu akan menyakiti hatinya sebagai seorang wanita?" Tanya Kyungsoo lagi.
"Aku tidak peduli bagaimana perasaannya nanti. Yang terpenting adalah kita tetap menjalin hubungan di belakang ayahku." Ujar Jongin.
Kyungsoo menghela nafasnya, "Bukankah itu terlalu egois?"
"Berhentilah bertanya! Apa kau ingin meninggalkanku? Apa perasaanmu telah berubah? Apa ada lelaki lain di sampingmu?" Cerca Jongin.
Kyungsoo menggeleng, "Bukan begitu. Aku mempunyai seorang adik wanita, dan aku takut menyakiti calon istrimu sama seperti menyakiti adikku."
Jongin mengerutkan dahinya bingung, "Kau memiliki seorang adik? Kenapa tidak bercerita?"
Kyungsoo menatap mata Jongin, "Bukan adik kandungku, ia adalah sahabatku yang kuanggap adikku sendiri. Dia sangat lucu, dan dia juga sangat manja. Namun, sangat disayangkan."
"Kenapa?" Tanya Jogin ketika Kyungsoo tidak melanjutkan ucapannya.
"Dia sama sepertimu." Kyungsoo menghela nafas, lalu menunduk.
"Sama?" Jongin semakin mengernyitkan dahinya.
"Dia akan menikah dengan orang lain besok. Aku menjaganya mulai dari gadis kecil yang lucu hingga wanita dewasa yang hendak menikah. Jujur saja, sulit bagiku untuk melepaskan dia kepada lelaki lain." Ujar Kyungsoo.
Jongin mengangguk paham, lalu terdiam sesaat, "Kau mengatakan bahwa dia sahabatmu?"
Kyungsoo mengangguk.
"Dia seorang wanita?" Tanya Jongin.
Kyungsoo kembali menganggukkan kepalanya.
"Apa kau mencintainya?" Jongin meremat sofa yang didudukinya.
Kyungsoo menatap Jongin was-was, "Tentu tidak. Aku mencintaimu. Namun, dia sering sekali bertanya apakah aku melihatnya sebagai wanita atau tidak dan aku menjawab bahwa ia hanya adikku, tidak lebih."