Jangan ambil anakku, Tuhan.
Satu-satunya yang aku miliki hanyalah dia.
Aku tak ingin kehilangan orang yang aku cintai lagi.
Cukup ambil saja diriku, jangan anakku.
Semua kemalangan yang Kau beri untukku sudah cukup.
Izinkan aku bahagia di surga nanti.
Walaupun sedikitpun aku tak merasa bahagia di dunia.
Aku kehilangan kedua orangtua ku.
Namun, masih teringat dengan jelas bagaimana mereka menyayangi ku dengan penuh kasih hingga aku berusia tujuh tahun.
Setelah aku kehilangan mereka, Kau hadirkan seorang malaikat baru untukku.
Seseorang yang menjagaku cukup lama.
Seseorang yang memberi perhatiannya dan waktunya hanya untukku.
Seseorang yang bisa memberi secuil kebahagiaan setelah kematian orangtua ku.
Sampai-sampai aku mencintainya.
Memiliki keinginan untuk memilikinya dan menjadi miliknya.
Hingga akhirnya aku tahu bahwa ia hanya menganggapku tak lebih dari seorang saudara.
Dan memberi fakta bahwa ia tidak pernah mencintai seorang wanita.
Aku cukup sedih dan kecewa.
Andaikan ia berkata jujur, aku akan mencoba memakluminya.
Tetapi Kau kembali membiarkan aku menerima kebahagiaan yang lebih besar.
Mempertemukan dengan seseorang yang pada akhirnya menikahiku.
Setelah akhirnya ia memberi fakta yang lebih mengejutkan.
Ia sama halnya dengan sahabatku. Tak pernah mencintai atau bahkan merasa tertarik kepada seorang wanita.
Bagaimana keadaanku saat itu?
Kecewa, marah, sedih, bercampur menjadi satu.
Seolah ia hanya mempermainkanku.
Menikahiku hanya karena keinginan orangtuanya.
Semua menjadi berubah setelah fakta mengejutkan itu.
Aku mencoba untuk menerima keadaan.
Menerima bagaimana keadaan Kim Jongin, suamiku.
Aku bertekad satu hal.
Aku akan mencintainya dengan semua apa yang aku punya.
Dan, aku juga akan membuatnya mencintaiku dengan apa yang ia miliki.
Akhirnya, aku merasa berhasil.
Setelah ia membuktikannya empat bulan yang lalu lewat sebuah penyatuan cinta.
Hingga, janin tumbuh di rahimku.
Bahagia? Tentu saja.
Aku memiliki keluarga yang utuh saat itu.
Tak ada lagi kesedihan.
Jongin sama bahagianya denganku. Terlihat jelas dari sorot matanya.
Namun, takdir kembali berubah.
Rentetan fakta yang lebih mengejutkan kembali datang.
Saat aku mengetahui suamiku, Kim Jongin, memiliki hubungan istimewa dengan sahabat yang menjagaku sejak orangtua ku meninggal.
Dan, mereka masih melanjutkan hubungannya sampai detik itu.
Jantungku berdebar kencang.
Aku menyadari sesuatu dalam hidupku.
Bukan kebahagiaan yang datang setelah kesedihan.
Tetapi kesedihan yang menghancurkan kebahagiaanku.
Terlihat bagaimana orangtua ku meninggal setelah aku menikmati kasih sayang mereka selama tujuh tahun.
Saat aku mengetahui bahwa sahabatku yang aku anggap seorang malaikat, hampir menyakitiku.
Saat aku tahu bahwa Jongin diam-diam masih memiliki hubungan dengan orang lain di belakangku setelah aku merasa dia mencintaiku.
Terlebih saat aku tahu hubungannya adalah dengan sahabatku sendiri.
Dan sekarang, bayiku dalam keadaan bahaya.
Setelah aku merasa bahagia karena kehadiran bayiku, sesuatu yang tragis menimpaku.
Janinku tertusuk dan terbentur.
Tempatnya berlindung mengeluarkan banyak sekali cairan kental berwarna merah.
Aku bahkan tidak bisa merasakan tubuhku sendiri.
Karena aku hanya memikirkan bayiku.
Apa yang akan terjadi setelah ini?
Aku hanya ingin bayiku terlahir ke dunia dan melihat bagaimana indahnya dunia.
Meskipun aku sendiri tak pernah tahu bagaimana dunia yang indah itu.
Tetapi setidaknya bayiku tidak bernasib sama sepertiku.
Jika ia adalah seorang lelaki, aku berharap ia mencintai semua yang ia lakukan dan menikahi seorang wanita yang dicintainya.
Dan jika ia seorang wanita, aku berharap ia adalah wanita yang kuat dengan segala hitam putih kehidupan.
Ambil saja nyawaku, jangan bayiku.
Aku merelakan nyawaku demi bayiku.
Tetapi, izinkan aku menemui Baekhyun dan Chanyeol yang berhasil menghiburku.
Izinkan aku menemui malaikatku.
Izinkan aku mengusap pipi Jongin dan mengecupnya pelan.
Dan izinkan bayiku selamat tanpa luka.
Dan setelah itu, aku akan pergi meninggalkan mereka.
Aku tidak akan menuntut hal lain di dunia.
Hanya itu, dan terima kasih untuk waktu yang indah bersama kalian, sahabatku, dan suamiku.
Tbc