-

81 6 1
                                    

Flashback : 4 tahun lalu

Saat itu hujan turun di siang hari.
rasa malas mengatakan pada diriku untuk segera pulang dan minum teh hangat bersama ibuku,
walau hari ini aku les matematika.

Aku segera menyetop taxi yang lewat di depanku, lalu bergegas mengatakan alamat rumahku.

Hujan maaih saja turun, bintik bintik air di kaca jendela taxi mengisaratkan sesuatu.

Aku sudah di depan rumah, aku berlari lari kecil kedalam rumah agar seragam putih biru ku tidak terlalu basah,
tapi, dirumah tidak ada siapa siapa, aku mencoba memanggil manggil ibuku, mencari ke semua ruangan.
yang aku temukan hanya asisten rumah tangga yang sedang menangis di pojok dapur.

" bibi, kenapa? "

Dia tak bisa menjawab, hanya memelukku erat.
ada apa? apa yang terjadi?

" bapak, meninggal non "

Kata kata itu serasa menyambarku,
menghujam dadaku dengan batu batu besar

" ga.
ga mungkin "

Entah kenapa tubuhku kaku, aku hanya bisa meneteskan beberapa bulir air mata.
sebuah rasa sedih yang tak bisacdi ungkapkan.
aku marah pada tuhan, kenapa dia merenggut ayahku secepat itu,
aku masih sangat membutuhkan sosok ayah dalam hidupku.

" mobil bapak tergelincir di tol,
mobilnya masuk jurang non, terbakar "

Tanpa pikir panjang aku segera berlari keluar rumah, menyetop taxi lalu menuju rumah sakit yang telah di katakan bibi
Apakah hujan ini pertanda?


Sesampainya di rumah sakit, aku melihat ibuku menangis.
dia bersandar pada dinginnya dinding rumah sakit.
apa yang harus aku lakukan? siapa yang pantas aku salahkan?
kenapa ini terjadi?
ini sungguh tidak adil!
kenapa harus ayahku? Kenapa harus dia?!

aku duduk termenung di luar rumah sakit,
bajuku yang basah sudah mulai mengering,
mataku merah menahan amarah.
Tiba tiba, seseorang menyodorkan kantong plastik berisi air mineral dan tissue,
wajahnya tidak asing, tapi sungguh aku tak mengetahui namanya.
memakai hoodie berwarna abu abu dan celana sekolah berwarna biru.

" semuanya memang harus terjadi "

Aku menatapnya dengan tatapan tajam.
apa yang dia tau tentang hal ini?
betapa sakitnya mengetahui kenyataan bahwa ayahku meninggal karna kecelakaan tunggal.
betapa mengerikannya bahkan aku sampai tidak mengenali ayahku

" lo nggak akan ngerti rasanya kehilangan ayah, kehilangan orang yang selalu  memberikan hadiah hadiah kecil untukku, orang yang nggak pernah lelah bermain bersama walau aku tau dia capek, orang yang selalu bawa gue kemanapun yang gue mau, orang yang nggak pernah marah walau nilai gue merah semua "

" kita gak tau berapa lama manusia hidup di dunia ini.
yang kita harus lakukan adalah membuat semuanya baik baik saja, melakukan yang terbaik buat kita "

" kenapa ya, orang yang paling kita sayangi dan kita butuhkan pergi begitu cepat? "

Baru kemaren ayah berjanji akan liburan ke bandung dan ziarah ke makam nenek dan kakek,
tapi hari ini kami akan mempersiapkan makam ayah.
hidup ini terlalu singkat untuknya, masih banyak mimpi mimpi yang belum di capainya, maaih banyak halhal yang ingin di lakukannnya, tapi ayah sudah pergi.

" mengaislah untuk yang terakhir kalinya, janji padanya untuk hidup bahagia "

Pemakaman itu terasa sangat menyedihkan,
ayah harus di kremasi karna kondisi tubuhnya sangat mengerikan,
nathan dan anak laki laki yang baru aku tau beenama alvino terus berada di sisiku.
mulai saat itu aku sadar hidupku mulai berubah,
tak ada lagi sosok ayah,
tak ada lagi kejutan kejutan kecil.

Penderitaan kami tidak berakhir secepat itu,
orang orang yang mengatas namakan bank datang sehari setelah pemakaman ayahku,
mereka berkata bahwa ayahku melakukan peminjaman kepada bank,
aku dan ibuku tak mengetahui bahwa ayahku mengalami ke bankrupt-an.
salah satu pegawai ayahku mengambil uang pembayaran pajak selama 5 tahun, dan ayahku tidak tau.
maka dari itu ayahku meminjam uang ke bank untuk membayar denda pajak.

Tidak ada yang bisa ibuku lakukan,
satu satunya hal yang bisa kami lakukan adalah menjual perusahaan itu,
sisa dari hasil penjualan perusahaan dan pembayaran hutang hanya sedikit.
ibuku berupayq memutar otak untuk menghidupi kami berdua,
akhirnya ibuku membeli sebidang tanah dan bangunan tepat di sebelah rumahku, rumah yang memang tidak berpenghuni.

Lalu ibuku dengan nekat membuka sebuah caffe & restaurant.
caffe & restaurant satu satunya yang kami punya sampai saat ini.
caffe & restaurant yang merangkap sebagai rumah di lantai 3 & 4.

Aku sudah berjanji pada alvino untuk tidak menangisi hal itu lagi,
dan mulai dari hari itu aku selalu di jaga oleh nathan dan alvino,
mereka selalu ada di sisiku.

Butuh waktu lama untuk berhenti menyalahkan tuhan, untuk meyakinkan ini bukan siapa siapa,
waktu hidup ayahku sudah berakhir.
semua orang pasti mengalami hal seperti itu,
tapi, aku sadar, hidup sudah berubah.
bukan vania tan yang dulu.
separuh jiwaku sudah pergi.

«««

Sebenarnya aku tak ingin mengingat dan membuka luka lama itu,
tapi melihat alvino begitu nyaman bersama adelia, aku merasa takut.
karna hanya vino yang menjaga dan mengerti hidupku.
mereka yang menuntun dan membawaku pelan pelan menuju hidup yang lebih baik.

***

*NATHAN*

Malam ini kondisi hati. Ku dan vania sama,
vania mulai tersakiti oleh vino, dan aku berakhir dengan chatty.
aku menyibukkan diri bermain game,
tapi vania masih saja teemenung, tidak melakukan apa apa.
vania sudah mengalami masa sulit selama 4 tahun ini,
apalagi yang akan vania rasakan jika vino benar benar pergi?
sudah cukup aku melihatnya seperti ini.
sudah seharusnya vania melepaskan semua kepedihan tentang semua itu,
4 tahun bukan waktu yang sebentar untuk menyimpan rasa sakit itu sendirian.
perlahan lahan vania sudah mulai berubah.
tapi apa jadinya kalau vino pergi? aku rasa efeknya akan lebih buruk, karna vania sangat membutuhkan alvino.

" besok weekend, lo mau bantuan gue? "

" tapi gak dibayar ya "

" it's oke, tapi gue bantuinnya siang, cause besok gue harus jemput nyokap sama adek gue dirumah nenek "

Vania selalu menyimpan kesedihannya sendiri,
dia nggak mau membebani orang lain dengan masalahnya.
tapi sebenarnya hal ini yang membuat orang merasa terbebani.
ibu vania nggak bisa melakukan apa apa, semua orang yang mengenal vania dari kecil akan merasakan perubahan besar pada vania,
terutama ibunya, ibunya sedih melihat anak semata wayangnya seperti ini.
ibunya vania bilang pada ibuku, dia nggak bisa melakukan sesuatu untuk vania, ibunya juga sedih tentang kepergian ayah vania,
ibunya mengalihkan kesedihan itu dengan bekerja, memasak di dapur,
sementara vania mengalihkan kesedihan itu dengan tekun belajar.

" kayaknya aku harus minta maaf ke chatty "

" gausah, sebentar lagi dia juga sadar "

Entah kenapa aku sedikit merasa sedih, padahal aku tau pasti kalau aku gakpernah mencintai chatty.
tapi kenapa aku rindu dengan semua kelucuannya?

" tapi ini salah paham "

" gue balik ya van, kayaknya tadi tv masih nyala "

Aku berbohong.
aku sama sekali nggak ingin membahas chatty.
aku rasa keputusan untuk berpisah sudah sangat benar,
chatty tidak menyukai vania,
jadi aku tidak bisa terlalu dekat dengan vania,
kalau aku tidak bersama chatty, aku bisa lebih dekat dan menjaga vania.
karna vania segalanya buatku.

world of vania [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang