CHAPTER BONUS 3 : vania's love story in Uk

44 4 0
                                    

( ini yang aku janjiin ya?
kalo nggak salah ini ada di bagian epilog, nanti akan ada bagian pengulangan di awal cerita )

*VANIA*

" tunggu gue di atap "

aku tau nathan akan berbicara sesuatu yang serius, karna hari ini nathan nggak banyak bicara, dan itu bukan nathan yang biasanya

Aku berjalan menaiki tangga menuju atap, sudah lama sekali aku nggak merasakan suasana seperti ini,
jakarta yang padat, jakarta yang berisik, aku merindukan suasana seperti ini

Nggak lama kemudian nathan kembali, kami sama sama terdiam memandangi awan awan yang bergumpal di langit,
sungguh ini sangat canggung

" sorry van "

aku terdiam memandangi nathan, wajahnya sangat serius, aku merasa takut dengan semua ini

" sorry for? "

" sebenernya gue udah lama tau sifat adelia, tapi gue malah diam "

aku tau nathan sudah mengetahui hal ini sejak lama, entah apa alasannya aku juga nggak tau, tapi sudahlah, aku nggak ingin membuka luka lama itu

Lalu aku juga meminta maaf tentang kenapa aku nggak pernah hubungi mereka selama ini, dan aku juga bilang bahwa aku punya alasan tentang itu dan aku nggak mau nathan nanya apa alasannya

" gue nggak bisa kasi kabar tentang alvino "

aku menatap mata nathan sekilas, entah apa yang aku rasa, aku juga nggak tau, aku kembali ke indonesia karna aku harus menepati janji yang sudah aku buat, dan juga aku ingin bertemu sahabat sahabatku, aku nggak mau membuka luka lama itu, walau aku tau aku merindukannya

" aku nggak akan bertanya tentang vino "

akhirnya aku memberanikan diri berkata seperti itu,
ya... aku memang nggak ingin mendengar kabarnya, bukan karena aku tidak merindukannya, tapi sungguh aku ingin melupakan segala tentangnya

" tapi mata lo jelas mengatakan lo rindu "

nathan sangat mengenalku, aku nggak bisa membohonginya walau aku sudah berhasil membohongi diriku sendiri

aku memang berusaha keras melupakan segala sesuatu yang telah terjadi,
aku nggak sempat memikirkan atau menangisi apa yang terjadi sebelum aku memutuskan berangkat ke inggris,
aku terlalu sibuk dan aku terlalu lelah untuk memikirkan itu semua

akhirnya, perbincangan kami tentang alvino disingkirkan oleh pertanyaan nathan tentang kehidupan percintaanku selama di inggris,
aku hanya bisa tersenyum jika mengingat semua itu,
lucu, terkadang menyedihkan, terkadang menegangkan

" aku rasa aku nggak pernah beruntung soal itu "

nathan menatapku dengan tatapan bingung,
jujur saja, aku memang kurang beruntung dalam hal percintaan

" aku pernah dekat sama beberapa cowok "

nathan menatapku dengan tajam, seakan memintaku menceritakan hal itu padanya,
aku rasa aku memang harus menceritakan nya, dia sahabat yang paling mengetahui kehidupanku, dan aku rasa dia juga harus tau tentang itu

" aku pernah deket sama cowok berkebangsaan perancis, temen kuliah, dia ngedeketin aku kayak cowok cowok lain "

" trus lo pacaran sama dia? "

aku menggeleng,
tidak, aku tidak pacaran dengannya

" why? "

" dia di jodohkan, tapi dia bilang kalau dia bakalan balik untuk aku, dia nyuruh aku percaya sama dia, dia bilang dia nggak suka sama cewek yang di jodohkan sama dia, karna dia sukanya sama aku "

aku menarik nafas panjang, cowok itu bernama eric, dia laki laki yang baik, walaupun aku sadar, aku nggak pernah mencintainya

" tapi itu hanya janji, dia nggak pernah kembali "

nathan hanya terdiam mendengar itu, dia seakan mengerti,
aku menatap mata nathan, tatapan tajamnya mengatakan aku harus melanjutkan cerita itu

" aku juga pernah, yaaa lumayan dekat lah sama salah satu cowok yang aku kenal di club "

" club? lo clubbing ? "

aku hanya tersenyum miris pada nathan,
selama di inggris aku seakan mengikuti semua budaya negara itu, apalagi faktor teman temanku yang memang hidup dengan budaya barat,
walaupun begitu, aku nggak pernah melakukan hal hal fatal, hal hal yang merugikan diriku,
aku hanya beberapa kali datang kesana untuk menghilangkan stress, karna disana nggak ada nathan, rachel ataupun echa,
sungguh aku jarang sekali pergi ke club, karna waktuku sudah habis untuk belajar dan bekerja

" hanya sekadar ngilangin stress, nggak pernah lebih dari itu "

nathan mengembuskan nafas panjang, aku rasa dia merasa lega

" waktu itu aku lagi jalan sama cowok itu, kami duduk di bangku taman yang di hiasi lampu dan pohon pohon, trus dia nanya apa aku mau jadi pacar dia, aku kaget, aku cuma bisa diam, trus tiba tiba ada cewek datang sambil mukulin cowok itu pake tas "

haha-, aku tertawa miris mengingat kejadian itu,
apa aku terkena kutukan?
kenapa aku nggak pernah beruntung soal cinta?

" why vania? "

" it's so funny, cewek itu bilang , 'heh laki laki pembohong, kau suka sama perempuan ini' sambil nunjuk ke arah aku than ' kau buat aku gila ya! apa kau gila hah?! kau bilang akan menikahi ku, tapi apa?! sekarang kau bilang kau mau pacaran sama dia!' "

" dia mau nikah tapi ngajakin lo pacaran? kenapa banyak banget orang yang nggak setia di dunia ini "

aku hanya bisa tersenyum kearah nathan,
aku benar benar nggak tau kalau cowok itu akan menikah,
tapi itulah kebodohan ku, kenapa aku selalu saja menilai orang dari satu sudut

" trus cewek itu bilang 'apa kau lupa, minggu depan kita menikah! '
haha, ternyata minggu depan mereka nikah than, kalau aku sampe kencan sama itu cowok, mungkin aku bakalan di serang sama satu keluarga mereka "

" terus? "

" dia nyuruh cowoknya milih aku atau dia "

aku mencoba menirukan gaya bicara cewek itu, sungguh kalau di ingat ingat lagi, itu semua sangat lucu,
kalaupun cowok itu memilih ku, aku tetap nggak mau,
dia udah mengkhianati calon istrinya, nggak ada jaminan kalau dia akan setia padaku

" 'heh girl, gak bisa lo liat jari manisnya dia? dia make cincin'
cewek itu ngeliat jari manis cowoknya, tapi cincin itu nggak ada, aku cuma bilang no, dan cewek itu marah besar 'heh laki laki gila, dimana kau letak cincin mu? ya tuhan, mungkin aku yang gila, kenapa aku menerima lamaran mu, kenapa aku bilang iya?!' "

" pernikahannya batal? "

aku terdiam sebentar, aku rasa aku bersalah tentang itu

" ya..., cewek itu ngebatalin pernikahannya, katanya lebih baik kita akhiri disini, aku nggak mau nikah sama kamu, last, go to the hell, cewek itu pergi, dan aku juga "

aku rasa hanya itu yang aku ingat, hal itu tidak menyakitkan karna aku nggak punya perasaan ke mereka, aku bersama mereka hanya untuk melupakan alvino, tapi itu nggak berpengaruh, alvino masih ada di hatiku

" disana lo punya temen deket gak? "

aku mengangguk, banyak orang baik yang dekat dengan ku, walau itu berbeda dengan nathan, rachel maupun echa

" deket, tapi nggak seperti kalian "

yaa, banyak orang baik yang sangat membantu ku, seperti eric yang menyarankan dan membantuku untuk bekerja di salah satu restaurant perancis yang berada di inggris, mr. Takeru yang selalu baik padaku, sharon yang mengizinkan ku tinggal bersamanya, roy yang jadi teman dekat yang selalu membantuku dalam segala urusan, ya walaupun roy sibuk, dia juga menyempatkan diri untuk membantu ku, dia seperti nathan, selalu membantuku, tapi kami tidak sedekat itu, karna dia sibuk dengan segala sesuatu yang dia kerjakan, dan aku juga, jadi kami hanya bertemu sesekali

" besok lo mau kemana? "

" ke suatu tempat "

world of vania [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang