TEMPAT BERLINDUNG

88 6 0
                                    

Sekarang aku berada di lantai tujuh gedung utama kampusku. Tepatnya di studio Fakultas Komunikasi yang berada di ujung utara. Ruang 7x7 m yang dihimpit oleh dua ruangan lain: studio-audio di sisi barat dan studio-editing di sisi timur. Di sini banyak peralatan broadcasting: kamera, tripod, lampu kino, lampu red head, dan lemari berisi kamera DSLR dan lensa beragam ukuran. Bagian atas ruangannya terdapat jajaran rangka besi untuk dudukan lampu-lampu besar untuk keperluan shoting indoor. Selain itu juga ada perlengkapan yang aku dan teman-temanku bawa: Meja saji, kompor, mixer, blender, serta peralatan masak lainnya yang masih terpasang lengkap di tengah studio. Termasuk APAR (Alat Pemadam Api Ringan) yang menjadi syarat izin dari fakultas agar kelompokku bisa shoting program acara demo masak yang aku gagas. Dan sekarang aku sedang duduk sendiri di sofa berwarna krem yang tadinya akan diduduki oleh host program ketika makanan sudah siap santap. Santapan yang tidak pernah tersaji, akhirnya, karena semua ini terlanjur terjadi.

Kelompokku beranggotakan tujuh orang. Tiga pasang kekasih plus satu orang, siapa lagi kalau bukan aku, yang belum memiliki tambatan hati ini. Oh, bukan, bukan tak memiliki tambatan hati. Sebenarnya sudah berkali-kali aku menambatkan hati, hanya saja pihak keduanya tidak melakukan hal serupa. Karena itu, aku bagai kapal nelayan yang terombang-ambing di lautan luas, tak ada pelabuhan, tiada tambatan, tak jua sandaran. Terombang-ambing dalam kegalauan. Cintaku selalu bertepuk sebelah mata karena selalu dipandang sebelah tangan.

Diantara tiga pasangan, aku nyempil sendirian. Kalau kalian pernah mendengar istilah 'obat nyamuk' yang berarti sosok sendiri diantara pasangan kekasih, maka aku adalah obat nyamuk paling ampuh. Sendiri di antara tiga pasang kekasih! Sedih!

Kalian pikir aku payah karena tak berdaya keluar dari himpitan kemesraan kawan-kawanku? Kalian salah! Aku ingin sekali keluar dari belenggu pergaulan ini, tapi tak bisa! Aku terjebak! Terjebak dalam kisah cinta enam mahasiswa dimabuk cinta. Aku tak bisa menjauh dari mereka karena merekalah yang mendekatiku! Lagi pula tak semua dari mereka sudah jadian sebelum aku membentuk kelompok ini. Salah satunya bahkan jadian setelah kelompokku terbentuk. Sue bener! Kalau kata orang betawi.

Yah, satu-satunya kutipan motivasi yang selalu aku ingat untuk tabah menjalani semua ini adalah 'Mohon bersabar, ini ujian.' Lawas, tapi kuanggap klasik. Masih terpakai sampai sekarang.

Tentang mereka, anggota kelompokku. Awalnya hanya Fandi dan Intan yang sudah jadian. Pasangan yang soedah berdiri sedjak mereka masuk kampoes. Pasangan yang meneruskan kisah cinta SMA ke jenjang yang lebih tinggi. Aku mengira, kisah cinta mereka akan terus bersama sampai S3. Fandy seorang pria berbadan lebar dengan wajah bulat. Bibirnya tebal, hidungnya, matanya sedang, dan berambut cepak. Terlihat kurang serasi dengan Intan yang mungil, berkulit putih, dan berambut hitam sebahu. Setiap kali melihat mereka dari belakang, aku seperti melihat seorang diva dan bodyguardnya. Kontras sekali. Di antara pasangan yang ada, pasangan ini yang paling kalem, tidak menggebu-gebu, dan malah terlihat tidak mesra. Mungkin karena mereka sudah lama bersama, jadi sudah bosan. Dan kalau melihat gelagat Fandy, yang masih sering mengaku jomblo, sepertinya memang demikian. Menyisakan sikap Intan yang kerepotan dalam kecemburuan dan kecurigaan.

Pasangan kedua adalah Alex dan Ratna. Aku menerima mereka sebagai anggota kelompok ketika Alex sedang pedekate pada Ratna, yang sudah memberi sinyal kuat untuk menerima. Alex, pria kurus berambut keriting dengan hidung bengkok dan pipi tirus, memiliki pesona bahasa Inggris yang mumpuni. Rayuan-rayuannya pada Ratna seringkali bercampur bahasa semisal, "Kamu itu so beautiful more than angel, sayangku.", atau "Honey, bunny, I cant live tanpa kamu."

Makan lemper di tengah sawah.

What ever, lah.

Sementara Ratna, gadis semampai dengan rambut panjang yang meruncing di bagian bawah, pirang buatan, berhidung mancung dengan tahi lalat di bagian ujung, gemar memakai kontak lens. Kesendirian, pasca ditinggal kekasih SMA-nya membuat celah-hati-penuh-lukanya mudah dimanfaat Alex untuk luluh. Aku mendengar sendiri cerita-cerita Ratna tentang mantan kekasihnya dulu, dan bagaimana Alex, calon kekasihnya waktu itu. Dan karenanya aku tahu bahwa pendekatan Alex hanya trend pergaulan semata, karena tinggal menunggu diterima saja. Hanya butuh waktu tiga hari pedekate intensif, mereka jadian pada hari yang sama ketika kami baru mendapat tugas produksi acara televisi.

ZOMBLO APOCALYPSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang