Aku dan Wina dijamu banyak sekali makanan oleh tentara Australia. Seolah mereka sedang memafaatkan benar-benar promo yang ada. Makan malam bersama di aula yang berada di lambung kapal perang 157 milik Royal Australian Navy. Kami duduk di kursi yang bersebelahan. Meja saji kayu memanjang menopang aneka makanan orang barat. Sepuluh tentara lain sedang menikmati makanan penutup mereka sambil berbincang. Hanya ada satu orang tentara yang bisa bicara dengan kami, yaitu Mike. Dengan logat mirip kompeni di film si Pitung yang pernah aku tonton di Youtube, Mike bertanya jawab dengan aku dan Wina menggunakan Bahasa Indonesia.
"Eu, jadi, " Mike tampak memilah-milah kata sebelum bertanya. "Jakarta is down?"
"Maksudnya hancur?" tanyaku sambil ngunyah daging burger.
"Yeah, iya. Hancur." tunjuk Mike dengan gelas anggur di tangan. "Jakarta is hancur?" tanyanya.
Aku dan Wina ngangguk bersamaan. "Yes!" jawab Wina. "Very very hancur."
"Yes. Hancur of the lebur!" tambahku.
Mike menghela napas. Tampak kecewa.
"Bagiamana dengan negara Anda, Mike?" tanyaku. "How Australia? Is down or up?"
Mike menggeleng tanpa mengurangi kemurungan. "Down enough." katanya. "Cukup hancur. But, our Navy, euu, angkatan laut, bertahan."
"Survive!" seruku pamer Bahasa Inggris pada Wina.
"Yeah, survive." sahut Mike. "Karena kami jauh dari darat."
Aku melamun membayangkan bagiamana mereka sebagai tentara angkatan laut lebih aman dari para penggigit. Lalu aku tak sabar untuk bertanya hal lain yang sudah mengendap.
"Kalian tau apa yang jadi penyebab semua ini?" tanyaku.
Mike menatapku, mencoba mengerti kalimatku lalu mengangguk. "Vaksin Covid 19."
Wina langsung menatap tajam ke Mike. Melongo sampai mangap. Hampir-hampir aku jejelin sawi sisa burger yang jatuh ke meja. "What?" katanya, lumayan pernah nyaut pakai Bahasa Inggris.
Aku tak kalah kaget. "Serius?"
"Yeah." jawab Mike. "Itu adalah hasil investigation kami. Produksi, eeu, vaksin second generation. Eu, generasi kedua dari Cina and Rusia. Vaksin itu adalah penyebab this problem."
"How?" tanyaku belum puas.
"Why?".Wina menambahkan.
Mike menatap kami bergantian. "Salah dalam duplication." jawabnya. "Vaksin, euu, termix, eeu, terkontaminated dengan virus yang lain, yang lebih kuat. Kami menyebutnya Virus X. Penyebab banyaknya, euu, orang-orang sakit and bermutasi jadi seperti monster."
Aku melihat Wina masih belum berhenti melongo. Aku pun merasakan tak karuan. Jadi banyak yang ingin aku tanyakan. "Kenapa tidak semua orang sakit?"
"Karena tidak semua, eeu, vaksin yang beredar adalah vaksin generasi kedua. Not all vaksin." jawab Mike. "And, beberapa orang punya kekebalan body yang cukup strong."
Aku mengangguk mengerti. Lalu teringat sesuatu. "Dan kalian punya anti virus dari Virus X ini?"
"Yes, we do." jawab Mike. Itu sangat membuat aku lega. Wina tampak berhenti melongo dan mulai santai. "Kami sudah membuat anti virus sejak satu tahun lalu, karena kasus penggigtan pertama. Sayangnya kami, eeeu, tidak menyangka bakal semasif ini. Jadi hanya ada sedikit."
"Kita boleh minta?" tanya Wina.
"Of course." jawab Mike. "Kami memang come here untuk memberi itu."
Wina tersenyum riang. Aku mau senyum tapi menahan diri. Ada yang harus aku tanya lagi. "Why?" tanyaku. Aku tak bisa begitu saja percaya kalau orang dari negara lain memberi anti virus begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZOMBLO APOCALYPSE
HumorHanya aku yang bertahan hidup di dalam kampus. Teman-temanku mati atau berubah jadi penggigit. Saat makanan di kampus habis, aku terpaksa keluar. Keadaan di luar sangat berbeda. Aku harus memastikan nasib keluargaku. Mungkin aku bukan satu-satunya p...