welcome

965 119 42
                                    

"ku lihat kau semakin akrab dengan Jiyong" ucap kepala rumah sakit pada Dara.

"Imo~aku sedang mempelajarinya. lagi pula kenapa imo memberi kasusnya padaku. Aku kan baru lulus imo" rengek Dara pada imo sekaligus kepala rumah sakitnya.

"Hei kau kan mahasiswa berprestasi jadi ya aku mengujimu"

"Aissh, bisa-bisanya. Jika eomma di sini kau ku adukan"

"Yak!! dasar tukang mengadu. lagi pula eomma mu pasti setuju dengan usulanku"

"Aaah terserahlah. sebulan ini aku berusaha berteman dengannya tapi ia masih belum stabil kadang ia mau berteman denganku kadang ia benci sekali padaku, heol aku sampai benjol karena dilempar mobil-mobilannya"

"Itu resiko De~emm kau harus lebih dekat dengannya."

"Emm kurasa begitu. Imo bagaimana jika Jiyong ku rawat di apartemenku? otte?"

"Tapi itu beresiko De"

"Ayolah imo, aku penasaran padanya"

"Kau penasaran atau kau terpesona dengan ketampanannya?"

"Hehe, memang tampan imo tapi kan dia menganggap dirinya bocah 5 tahun jadi tidak apa kan? ayolaaaah emm emm?"

"Sial, jangan beraegyo didepanku"

"Seorang kepala rumah sakit berbicara kasar tck tidak mendidik sekali"

"Yak!! aku kan bicara pada keponakanku dan itu kau, keponakan menyebalkan"

"tapi aku cantik"

"Hah, terserah. Aku selalu kalah denganmu. Tapi ingat jika terjadi sesuatu langsung hubungi aku. Arra?!"

"Aye yey captain"

.
.
.

"Selamat datang di apartemenku, yeey!!" ucap Dara semangat. Jiyong hanya memiringkan kepalanya tanda ia bingung.

"Aku pulang saja. Di sini tidak ada mainan" ucap Jiyong sambil berbalik menjauhi pintu apartemen Dara.

"Heiii heiii, Jiyongie di dalam aku sudah siapkan banyaaaak sekali mainan. emm bagaimana?"

"Jinjjaaaaa???"

"Ne, kau mau masuk?"

"Kajjaaaa~~~" kini Jiyong yang terlebih dahulu sampai di pintu apartment.

"Kok tidak bisa di buka?" tanya Jiyong polos.

"Hehe ini pintu nya harus di tekan dulu nomor ini kau hafalkan ya, 18888.

"Huaaah, terbuka. huaaah mainaaaaaan" Jiyong langsung berhambur pada mainan yang banyak itu. Ya memang Dara sudah mempersiapkan untuk Jiyong.

"Cha~ kau main dulu. Nuna akan membuatkan makanan untukmu"

Dara pun segera menyiapkam bahan masakannya.  sesekali ia bernyanyi untuk menghalau kesunyian namun nyanyiannya terhenti saat ia merasakan dua tangan melingakari pinggangnya dan deruan nafas terasa hangat di lehernya.

"Nuna, aku sudah lapar~" rengek Jiyong yang sedang memeluk Dara belakang.

deg

nafas pelan-pelan Dara-batin Dara.

(baver hoon, heleeh)

"S-sebentar lagi selesai kau main dulu saja ne?" ucapan yang tergagap Dara tak membuat Jiyong beranjak dari posisinya.

"Bosan main sendirian nuna~~emm ayo cepat aku lapar" gumam Jiyong yang suaranya terendam  karena ia semakin menelusupkan wajahnya di ceruk leher dara.

MENTAL(Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang