Dara pov
"Bagaimana Jiyong?" Tanyaku pada dokter kejiwaan yang menangani Jiyong. Sungguh aku tidak bisa menjadi dokter pribadinya.. akan ada unsur perasaan saat proses penyembuhannya dan itu akan menghambatnya.. aku tak ingin semakin lama membuatnya seperti ini.
"Ada peningkatan, semua nya cukup terkendali. Jin juga sering memberi masukan padaku. Dan Jimin sering mengunjungi Jiyong. Kau tidak mau menjenguknya? Jangan dari balik pintu saja De~, kadang ia suka mengigau namamu. Temuilah dia, dia sudah lebih tenang saat ini" ucap Lim uisanim.
"Geundae, aku masih tak bisa melihatnya seperti ini uisanim. A-aku-"
"Terimalah segalanya De~ hadapi jangan sembunyi... itu pun sedang dilakukan Jiyong saat ini. Ia sedang berusaha menerima semuanya. Jadi bantulah dia dengan di sisi nya."
"Baiklah, uisanim. Terimaksih" ucapku tersenyum simpul lalu melangkah menuju bangsal Jiyong yang berada di pojok. Bangsal yang biasanya di isi oleh orang-orang yang berpenyakit mental luar biasa yang membahayakan.
Hiks
Melangkahpun ku sudah tak sanggup
Kenapa kau mengalami ini Ji?
Ku tekadkan langkahku, tangan menggapai knop pintu bangsal lalu menekannya kebawah terbuka dan di sana sosok yang ku cintai sedang memeluk lututnya sambil memandang keluar jendela.
"Ji~" panggilku lirih.
Arah pandangnya beralih padaku yang memanggil, tatapan sendu yang ku lihat... bola mata nya memandang bergetar tak fokus. Aku berusaha menatap nya lembut tanpa harus menangis rapuh di hadapannya.
"Ji~" panggilku lagi.
"D-dara~" lirih nya dengan suara seraknya. Sungguh mendengar suaranya membuatku ingin menangis saat ini juga.
Tangannya terangkat, berusaha menggapai ku. Ku mendekat, ia terus berusaha menggapaiku.
Dan saat ku sampai di hadapannya tanpa membuang waktu, ia memelukku erat. Membenamkan wajahnya di perutku karena posisi nya dia sedang duduk di ranjang dan aku berdiri.
"Jeongmal bogoshipo, De~ aku takut" tangisnya.
"Sstt, Gwencana. Ada aku. Aku juga merindukanmu sungguh. Jangan takutkan sesuatu, hadapi bersama denganku Ji. Bagi kesedihanmu, bagi kegelisahanmu denganku.. tapi ji, kesembuhanmu ketakutanmu kau yang harus menghadapinya, kau yang harus menerima ini semua"
Ku tangkup wajahnya yang masih betah di perutku dengan pelukannya yang erat. Ku pandang wajah tirusnya, pertahananku runtuh ketika manik mata kita bertemu.
Ketakutan
Tak menerima
Kekecewaan
Kerinduan
Hampa
Semua terlihat di matanya, ku kecup keningnya lama. Ia meremat jas putih ku.
Ku lepas kecupan di keningnya lalu mataku mengarah pada netranya.
"Terimalah masa lalu mu Ji karena jika tidak ada masa lalu mu kau tak akan bertemu denganku. Terimalah semua yang terjadi, karena aku salah satu kejadian itu. Maafkan lah dirimu di masa lalu, karna-
"Kita bertemu karena masa lalu mu itu Ji"
Chup
Mengecup sekilas bibir pucat yang bergetar. Lalu tersenyum hangat penuh cinta. Sebisa mungkin menyalurkan cinta yang ku punya pada nya lewat tatapan, senyuman dan dukunganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENTAL(Complete)
FanfictionSeorang namja berusia 24 tahun namun karena sesuatu yang buruk menimpa dirinya hingga ia berprilaku seperti anak berusia 5-7 tahun. Bagaimana bisa itu terjadi padanya? Bisakah ia sembuh?