Little Surprise from Jihoon

2.2K 256 3
                                    

"Jiiiihoooon." Panggilku dari balik pintu apartemennya.

Tak lama kemudian Jihoon membukakan pintu untukku. Dia membukakan pintu tanpa melihatku, menunduk. Matanya tertuju pada layar ponsel, bermain game.

"Jihoon aku bawa ini loh." Aku menunduk nunduk berusaha melihat wajahnya sambil menunjukan kotak kue yang kubawa. "Kue coklat."

"Hmmm. Oh tidak! Oi hampir saja." Tapi itulah jawaban darinya. Avatarnya hampir terbunuh tadi.

"Dasar. Aku akan mengalahkanmu nanti." Ucapku lalu masuk kedalam rumahnya, mengikuti Jihoon yang sudah duluan masuk.

Jihoon duduk di sofa ruang tengah tanpa berpaling dari ponselnya.

"Jihoon kau punya minuman tidak?" Tanyaku. Aku berdiri di depannya.

"Ada jus apel di lemari pendingin." Jawabnya masih belum berpaling.

"Wiiii!" Seruku sambil sedikit mengacak acak rambutnya. Lalu berlari ke dapur. (Aku sangat suka jus apel.)

Aku mengambil gelas dan menuangkan jus apel untukku dan Jihoon, juga menyajikan kue coklat yang ku beli. Aku kembali ke ruang tengah. Menaruh gelas dan piring di coffetable lalu duduk di karpet, membelakangi Jihoon. Aku mengambil satu potong kue dan mulai melahapnya. Kemudian memulai pembicaraan.

"Jihoon kamu masih ingat tidak temanku  yang waktu itu aku pernah ceritakan? Yang pacarnya seorang manajer itu." Aku berkata sambil tidak berhenti melahap kue. Kuenya enak sekali.

"Ya masih." Jawab Jihoon singkat.

"Tau tidak? sekarang dia sedang ke eropa bersama pacarnya." Aku mengatakannya dengan semangat.

"Ya baguslah." Jihoon masih belum berpaling dari ponselnya.

"Baiklah kau tidak menghiraukanku. Sekarang ayo kita main." Aku menyudahi makan ku, lalu bergabung di sofa bersamanya.

Jihoon memberhentikan gamenya. Menoleh, lalu berkata. "Kau tidak akan bisa mengalahkanku."

"Ok lihat saja nanti." Aku membuka ponselku, lalu membuka game yang sama.

Aku memperbaiki posisi duduk ku, tapi Jihoon malah menjadikan kaki ku sebagai bantal. Bahkan dia memperbaiki posisi kepalanya.

"Baiklah mari kita mulai." Seruku.

Kemudian pertarungan antara avatar milikku dan miliknya dimulai. Pertarungan berjalan seru. Kita sama sama tidak bisa diam.

"Awas kau ya." "Hei kenapa kau menghindar." "Oh hampir saja." "Dasar kau." Begitulah, kita saling menyoraki.

Pertarungan selesai. Seperti biasa, aku selalu kalah.

"Ah kau curang." Ucap ku. Aku menunduk untuk menatap Jihoon yang masih tiduran di kaki ku.

Jihoon menatapku balik. Ia mengangkat tangannya lalu mengusap ujung bibirku dengan ibu jarinya.

"Dasar, kalau kalah ya kalah saja." Dia melihat ibu jarinya yang sekarang terkena saus coklat karena membersihkan ujung bibirku tadi. "Sepertinya kuenya enak."

Aku terdiam menatapnya.

"Mataku sudah lelah ayo kita makan." Ucap Jihoon sambil mengangkat kepalanya dari kaki ku, kemudian duduk di karpet.

Aku pun mengikutinya, duduk disebelahnya. Aku memakan kue yang tadi kusisakan, dan Jihoon mengambil satu potong untuknya.

"Oh ya ngomong ngomong tentang temanmu yang diajak pacarnya itu ke eropa. Apa kau mau aku mengajakmu juga kesana?" Ucapnya sambil melahap kue.

"Ya sepertinya. Tapi memang mungkin? Kau pergi dari ponselmu saja tak bisa." Balasku kemudian tertawa.

Jihoon menghentikan makannya, ia membuka laci yang ada di bawah coofetable, lalu mengeluarkan dua tiket pesawat tujuan Santorini, Yunani.

"Ini." Ucapnya.

Aku menjatuhkan sendok ku, lalu berseru. "Jihoon ini sungguhan?"

"Ya sebenarnya aku memanggil mu kesini hari ini memang ingin memberikan itu." Balas Jihoon yang terlihat sedikit malu. "Kenapa mukamu sangat berseri begitu."

Aku menatap Jihoon lamat lamat dengan mimik yang seperti dikatakannya tadi, sangat berseri.

"Ah sudah lah, berhenti menatapku seperti itu." Jihoon berdiri lalu beralih ke dapur. Ia menaruh piring kotornya di wastafel.

Aku mengikutinya. Masih tidak tahu harus bilang apa. Aku berdiri di belakangnya sambil terus tersenyum. Mungkin aku terlihat seperti orang gila. Kemudian aku memeluknya girang.

"Aku menyayangimu Jihoon." Ucapku senang.

"Apa kau senang?" Tanyanya. Menoleh, menatap wajahku yang bersandar dibahunya.

"Sangat senang." Jawabku.

Aku bisa melihat Jihoon tersipu malu. Mukanya menjadi merah dan tidak bisa berhenti tersenyum. 😶

-the end-
By : traissa_lan

Makasih ya udah baca. Jangan lupa komen, saran, dan votenya 🤗😊

Terimakasiiiih 😀😀

Maaf kalo gak baper :')

Seventeen Imagines (If You Were Sebong's Girls/Women)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang