Pagi Hari (Mingyu)

2.1K 219 3
                                    

Hari sudah pagi. Sebenarnya aku tidak ingin keluar kamar dengan penampilan berantakan seperti ini, tapi aku benar benar harus ke kamar mandi. Dengan rambut berantakan aku keluar kamar, berjalan menuju ke kamar mandi. Masih setengah sadar aku menekan saklar lampu kamar mandi yang berada di sebelah pintu dengan lemah. Tiba - tiba mingyu berlari dari arah belakang, masuk ke dalam kamar mandi, dan menutup pintunya tepat di depan wajahku.

"Mingyu!" Seruku sambil memukul pintu. Lalu aku menyandarkan kepalaku, dan kembali memukul pintu seiring aku berkata sambil sesekali menguap "mingyu..., mingyu..., mingyu...,"

Satu menit berlalu, aku sudah mulai tidak kuat menahannya.

Aku mengangkat kepalaku dan berseru "Mingyu kenapa kau licik sekali! Cepat buka pintunya!"

Setengah menit kemudian, gagang pintu toilet berderak. Pintu terbuka.

"Berisik." Kata pertama mingyu pagi ini setelah ia membuatku tersiksa.

Aku berusaha tidak menghiraukannya.

"Hei tunggu!" Mingyu menghentikan langkahku. Ia mengenggam kedua bahuku, lalu menatapku. "Apa kau bangun seperti ini? Kau sungguh berantakan."

Aku menghela nafas kesal. "Sudah ya bawel. Aku benar benar harus buang air kecil sekarang."

"Bisakah kau menahannya sebentar? Aku ingin menatapmu seperti ini lebih lama lagi." Mingyu menatapku lamat lamat.

Aku memutar bola mataku. "Tidak. Minggir!" Aku berusaha melepaskan tangannya dari bahuku.

Tapi mingyu tidak melepaskannya. Ia terus menatapku lamat lamat. Aku pun mulai terdiam.

Keadaan hening beberapa saat.

Kemudian suara lembutnya berbisik, "Aku mencintaimu."

Aku tersenyum. "Kau mengatakan itu setiap pagi mingyu." Aku mendorongnya agar dia tidak menghalangi pintu. "Sekarang minggir."

"Tapi kan kau sedang berantakan dan aku mengatakan itu, apa kau tidak tersentuh?" Seru mingyu seiring aku melangkah ke dalam kamar mandi.

"Tidak." Balasku, kemudian menutup pintu.

Lima menit kemudian. Aku keluar kamar mandi dengan keadaan yang lebih baik. Aku sudah lebih rapi dan wangi. Aku melihat sekeliling ruangan. Tidak ada mingyu.

"Mingyu." Aku memanggilnya beberapa kali.
Tidak ada jawaban. Baiklah mungkin ia pergi latihan. Aku kembali ke kamarku.

"Disitu kau rupanya." Ucapku, begitu melihat mingyu tertidur di kasurku. Aku mendekatinya dan berbisik. "Mingyu?"

Tiba tiba mingyu berbalik dan mendekapku.

"Ya!" Seruku kaget.

"Sekarang kau tidak harus terburu buru kan? Diamlah seperti ini. Aku merindukanmu." Ucap mingyu sambil mendekapku lebih erat.

"Aku juga merindukanmu. Tapi..." suaraku tersendat. "Bisepmu mencekikku."

"Hahahaha. Maaf." Mingyu tertawa, kemudian merenggangkan pelukannya.

"Aku menyukainya, senyuman mu." Ucapku.

Kemudian mingyu mengeratkan kembali pelukkannya.

"Aku benar benar mencintaimu." Bisik mingyu lembut.

-the end-
By : Traissa-lan

Terimakasih buat yang udah baca. Mohon maaf juga kalau ada salah salah kata.🤗🤗

Jangan lupa komen, vote dan sarannya 😀😀

Seventeen Imagines (If You Were Sebong's Girls/Women)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang