Jujur atau Tantangan (Vernon)

1.8K 180 4
                                    

Note : y/n = your name
Kalau ada typo komen aja ya, biar dibenerin :))

"Bukankah seharusnya kau bilang iya?"

Aku menoleh padanya sesaat setelah dia menutup mulut. Dia seorang pria yang tingginya sekitar 170 itu sudah berdiri di belakang ku sejak tadi. Aku sedang berdiri di depan rak buku karena meja perpustakaan penuh. Entah mengapa hari ini begitu banyak anak yang mampir baca buku. Setelah sekitar dua menit dia terdiam disitu, dia mulai bicara.

"Mau kah kau jadi pacarku." Dia terdengar gugup.

Aku yang membelakangi tidak menghiraukannya. Ya ku kira ada seorang pecundang yang sedang menembak wanita idamannya.

Tapi setelah kalimat tadi, aku menoleh.

Sekarang aku jadi terkejut. Ternyata pria itu, yang seingatku namanya Dino, sedang bicara padaku. Dia menatapku.

"Iya." Ini sebenarnya adalah sebuah pertanyaan. Tapi karena aku terkejut dan bingung , kata 'iya' tersebut terdengar menjadi sebuah pernyataan.

Setelah itu tiba-tiba dari balik rak, muncul seorang pria yang kalau kau lihat saja, kau tahu kalau dia blasteran.

"Jadi kau menerimanya?" Dia berkacak pinggang di belakang Dino.

"Vernon?" Seruku. Aku sudah menyandang status his girlfriend sejak tiga bulan yang lalu. Jadi aku menjadi sangat bingung, saat Dino, yang kutahu dekat dengan Vernon akhir akhir ini, tiba-tiba menembakku.

Sebelum aku menghampiri Vernon dan menjelaskan maksud dari 'iya' ku tadi, Dino sudah berbalik dan mulai berkata pada Vernon. "Sudah puas kan? Sekarang giliranku. Truth or dare?"

"Baiklah. Aku pilih truth." Jawab Vernon. Dia menoleh padaku saat mengucapkan kata truth.

"Ok. Kebetulan sekali ada pacarmu. Kau harus jawab dengan jujur ya." Serunya. Dia terdengar seperti orang yang siap puas tertawa karena kelicikannya.

Vernon menangguk percaya diri.

"Kemarin aku lihat kau tersipu sendiri saat kau sedang chattingan dengan pacarmu itu. Bahkan wajahmu sampai merah seperti buah persik. Kau sungguh seperti anak perempuan. Dan lagi, kalau kau sedang dirumah, kalau kau memutar sebuah lagu. Kau akan menari nari aneh sendiri. Benarkan?" Dino mengangkat satu alisnya. Dia sudah bersiap tertawa.

Vernon diam sejenak. Wajahnya mulai memerah, entah malu atau marah. Dia menatapku sesaat. Lalu kembali menatap Dino. Kemudian Vernon menghela nafas berat. Sedangkan aku sedang berusaha menahan tawa.

"Iya benar." Ucapnya.

Belum sempat Dino tertawa keras. Vernon sudah mendekap mulutnya. Lalu berkata sambil menyeret Dino pergi. "Sekarang diamlah."

Sebelum menghilang di balik rak buku. Vernon sempat menoleh padaku sambil tersenyum malu, memperlihatkan barisan giginya yang rapi.

Aku tahu dari bahasa tubuh Vernon, bahwa aku tidak boleh mengikuti mereka dan harus menunggunya disini. Ya disini, tidak kemana - mana, karena Vernon bisa benar benar mencariku kemanapun kalau aku pergi. Dan dia akan mendatangiku dengan terengah - engah, lalu mengomeliku. "Kan sudah kubilang jangan kemana - mana. Kau tau kan aku mudah tersesat."

Sebenarnya aku tahu tentang kebiasaan dia menari aneh itu. Bahkan bukan hanya dirumah, terkadang saat kami pergi di akhir pekan, di depan sebuah toko musik, dia akan menari. Lalu aku akan pergi meninggalkannya seolah tidak pernah mengenalnya. Kemudian dia akan mengejarku dan tertawa. Tapi aku tidak menyangka dia akan tersipu malu hanya karena bertukar pesan denganku. Aku jadi tersipu setelah mendengar ucapan Dino tadi, bahkan sekarang aku tersenyum senyum sendiri membayangkannya.

Seventeen Imagines (If You Were Sebong's Girls/Women)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang