"Hyung, ada apa?" Seorang pria berzodiak aquarius yang baru kembali dari kamar kecil melangkah mendekati kenalannya yang berdiri di depan pintu ruang kuliah.
"Oh, Dino. Aku tidak—
"Dia tidak ada urusan denganmu. Jeonghan oppa kemari untukku, Dino," potong gadis yang baru saja keluar dari kelas. Di tangannya, ia menenteng sejumlah buku sejarah korea. Gadis bermata indah itu lalu menatap Jeonghan. Ia menyodorkan tangannya yang penuh buku dan terkekeh pelan "Aku tidak pernah lihat kau membaca buku, kau kerasukan ya?"
Jeonghan cemberut. Ditatapnya judul – judul buku itu. Seketika ia merasa mual. Kemudian pria itu mendecak sebal. "Kalau bukan karena mata kuliah wajib sialan ini, aku juga tidak akan membacanya."
Sejak tadi, Dino tak lepas memerhatikan dua orang di depannya itu. Alisnya berkerut dalam saat mendapati gadis tadi, y/n, keluar di tengah – tengah perkuliahan hanya untuk menemui Jeonghan. Kerutan di dahinya bertambah dalam dan matanya meletot saat melihat gadis itu tertawa renyah ke Jeonghan. Rahangnya mengeras saat Jeonghan mengucapkan terimakasih pada y/n, tersenyum lebar, dan tangannya bergerak mendekati pucuk kepala gadis tersebut.
"Ya! Hyung!" seru Dino kencang. Jeonghan dan y/n serentak menoleh, yang ditatap justru tergagap - gagap. Satu telunjuknya menunjuk ke balik punggung Jeonghan "Ah itu tadi. Siapa? itu professor sejarahmu memanggil."
Jeonghan berkacak pinggang tanpa tertarik menoleh ke belakang sedikit pun. Dengan bukunya, ia menunjuk – nunjuk Dino. "Kau jangan mengada – ngada ya. Aku baru akan masuk kelas itu siang ini. Jadi tidak mungkin professor itu tahu namaku."
"Sudah ah. Aku harus pergi." Jeonghan melanjutkan. Kini ia menatap wajah y/n. Bibirnya lalu membentuk senyum. "Kau hari ini pakai perona pipi baru ya? Manis sekali." Tangannya bergerak ingin mencubit pipi y/n.
"Aaah!" Dino menangkis tangan Jeonghan. Wajahnya merah padam. Matanya melirik Jeonghan tajam, lalu ia mendorong pria yang dipanggilnya hyung itu. "Sudah sana pergi, Hyung!"
Alih – alih marah Jeonghan justru menyengir jahil dan tak mau pergi. "Warna itu cocok sekali di pipimu, cantik."
Dino langsung meraih pergelangan tangan Jeonghan agak kasar. Ia menarik – menarik pria itu menjauh dari y/n. Namun Jeonghan tidak menyerah. Sambil tumbuhnya diseret – seret Dino, ia tetap melambaikan tangan pada y/n. "Daaah~ uri y/n (y/n ku)"
***
"Uri y/n? cih!" Dino daritadi marah – marah sendiri. Ia protes mengenai Jeonghan yang harus meminjam buku pada y/n. Protes karena y/n keluar di tengah - tengah perkuliahan. Sampai protes atas perona pipi y/n yang baru. Katanya, "Jangan beli make up baru kecuali kau belanja bersamaku"
"Kau tidak mau melepaskan tanganku?" Sejak Jeonghan akhirnya pergi, selama kelas, sampai sekarang mereka berjalan di koridor, Dino tak melepaskan genggaman tangannya. Tangan y/n sampai merah karenanya.
"Tidak." Dino menoleh pada y/n, menatap wajah wanita itu dengan seksama. "Kau juga. Kenapa kau malah tersipu malu saat Jeonghan hyung bilang kau manis?"
"Apa salahnya?" protes y/n dengan dahi berkerut. Ia balik menatap Dino. Melihat mimik wajah Dino yang marah, y/n terkekeh pelan.
"Salah. Nah itu juga. Jangan tertawa seperti itu pada pri—
"Uri y/n!" Dari kejauhan, seorang pria setinggi 187 cm mendekat sembari melambaikan tangan. Ia memakai kaus lengan pendek hitam dan celana jeans.
Dino refleks menarik y/n ke balik punggungnya saat Mingyu sampai di hadapan mereka. Ia menyapa Mingyu jutek "Ada apa, hyung?"
"Oh aku harus bicara pada y/n." Mingyu berusaha meraih lengan y/n, tapi Dino dengan sigap menghalangi. Mereka terlihat seperti sedang bermain ekor ular naga dimana Dino menjadi kepala yang menjaga ekornya dari Mingyu yang berusaha menangkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seventeen Imagines (If You Were Sebong's Girls/Women)
FanfictionPart 1-14 terbit 2017, new story (terbit 2020)start from part 15 kumpulan cerita cerita pendek imagine about kpop group, Seventeen. Disini ceritanya 'aku' sebagai kalian (reader). Y/n = your name. Hope you like it carat 🤗🤗