childhood friend (Jun)

1.7K 190 1
                                    

[Note : y/n = your name]

"Wooh! Ya!" Seruku kaget.

Aku sedang berjalan di persimpangan jalan, saat aku berbelok, aku hampir saja menambraknya. Aku mendongak untuk melihat siapa pemilik sepatu nike hitam itu.

"Jun?" Tanyaku ragu.

Pikiranku terbang ke memori 10 tahun yang lalu, saat aku tinggal di cina. Saat itu aku berumur 9 tahun. Aku menangis memeluknya saat ayah mengatakan kalau kami harus pindah. Jun adalah teman kecilku. Kata ayah, yang membuatku tertawa untuk pertama kalinya saat kami baru pindah ke cina adalah Jun. Dia juga yang membuat masa kecilku menyenangkan.

Aku menatap dirinya lamat lamat, masih ragu dengan dugaanku. Begitu juga dengannya.

"Y/n?" Dia ikut ragu menyebutkan namaku.

Aku mengangguk pelan.

"Benarkah?" Jun tersenyum lebar, lalu dia memelukku.

Pelukannya terasa hangat seperti 10 tahun yang lalu. Aku membalas memeluknya erat. Setelah cukup lama kami berpelukan, Jun melepaskan pelukannya, lalu mengelus rambutku lembut.

"Ah aku sangat merindukkanmu." Ucapnya. Matanya masih berbinar menatapku.

"Kau benar Jun?" Tanyaku bergurau. "Kenapa kau jadi tinggi begini."

"Benar, aku juga jadi tampan kan." Jun memasang muka sok tampan.

"Eish, aku jadi yakin itu kau." Kataku. Aku tertawa kecil.

"Apa kau sudah makan siang?" Tanyanya.

"Hmmm bagaimana dengan ayam pedas?" Jawabku sambil tersenyum. Itu adalah makanan kesukaanku.

"Ayo." Jun menarik tanganku.

Kami makan siang sambil bertukar kabar, bercerita banyak hal, bercerita bagaimana hari hariku tumbuh dewasa. Tak perlu waktu lama, kami menjadi dekat seperti kecil dulu. Kami sering keluar bersama.

Seperti hari ini, aku sedang pergi ke festival bersamanya. Aku membeli harum manis. Setelah harum manis ku jadi, aku mengambil secuil harum manisnya.

"Aaah." Aku yang berdiri di depan Jun mengulurkan tanganku ke mulutnya, ingin menyuapinya.

Jun menyeringai, "aku tak percaya padamu. Pasti kau mau jahil kan."

"Tidak. Percayalah." Aku berusaha meyakinkannya dengan ekspresiku. "Aaaah."

"Baiklah." Jun mulai membuka mulutnya.

Tapi tetap saja, aku menjahilinya. Aku menjauhkan tanganku dari mulutnya. Aku sudah bersiap ingin tertawa, tiba-tiba Jun menarik tanganku sampai tubuhku terbawa dan mendarat di pelukannya.

"Aku tahu kau akan melakukannya." Ucap Jun.

Aku terdiam dalam pelukannya.

"Tapi sepertinya aku membalasnya dengan baik? Kau sampai terdiam begini." Ucapnya, Jun terkekeh.

Aku segera melepaskan pelukannya.

"Ooooh jadi sekarang kita sedang main si jahil dan si lebih jahil?" Ucapku agak kesal. "Aku balas kau."

Jun menggeleng.

"Y/n-ah." Dia menatapku.

"Ya, kenapa?" Ucapku.

Tiba-tiba Jun kembali menarikku ke pelukannya.

"Aku merindukan pelukanmu. Tetaplah seperti ini." Ucapnya pelan.

Aku terdiam beberapa saat. Lalu membalas pelukannya.

"Kau tahu, aku berusaha untuk bisa sampai ke sini hanya untukmu." Katanya. Dia mengelus kepalaku lembut.

"Benarkah?" Aku berkata pelan, aku jadi gugup.

"Iya. Jadi, bolehkah aku meminta sesuatu?" Aku mendengar jantungnya berdegup lebih kencang.

"Apa itu?" Aku tambah gugup.

Jun melepaskan pelukannya, lalu menatapku.

"Jadilah milikku." Ucapnya.

Aku terdiam menatapnya.

"Hmmm" aku bergumam ragu. Lalu menanggukan kepalaku pelan.

Jun memelukku girang.

"Iyalah aku kan sudah jadi tinggi dan tampan bagaimana kau bisa menolakku." Dia kembali bergurau.

"Kalau gitu, kita putus." Aku tertawa, lalu berbalik, berjalan meninggalkannya di belakang.

Lalu Jun mengejarku dan memelukku dari belakang sambil tertawa.

"Jadi kau menerimaku bukan karena aku tampan? Aku jadi kecewa tapi juga senang." Jun mengacak acak rambutku.

-the end-
By Traissa-lan

Terimakasih buat yang udah baca 😊

Jangan lupa vote dan komennya 😊

Seventeen Imagines (If You Were Sebong's Girls/Women)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang