After School (Jeonghan)

1.6K 161 5
                                    

Huuft, Pelajaran hari ini selesai. Ini adalah hari yang cukup berat, aku ditunjuk menjadi ketua kelompok. Dan menyebalkannya, kelompokku sulit diajak kerjasama.

Aku merapikan meja dan lokerku, aku melangkah keluar setelah hanya beberapa orang dikelas. Bunyi mesin mobil dan motor, juga klaksonnya terdengar dari depan gerbang sekolah.

"Oh!" Seruku, melihat Jeonghan ada di depan kelas, menunggu.

"Ayo." Katanya, lalu ia mengepal tanganya, mengangkatnya ke atas, sejajar dengan wajahnya.

Aku hanya menghela nafas, lalu melakukan hal yang sama.

"Suit." Serunya, lalu membuka telapak tangannya, dia mengeluarkan kertas.

Dan aku mengeluarkan batu. Jadi aku kalah.

"Ah kenapa kita selalu suit? Aku kan payah dalam hal ini." Ucapku kesal.

"Itu kenapa aku lebih memilih suit." Ucapnya meledekku, lalu menarik tanganku. "Ayo antar aku pulang."

Seminggu yang lalu kami sepakat, jika ada yang kalah suit, dia akan mengantarkan yang lain sampai ke rumah.

"Aaa....ah aku kan harus jadi bolak balik." Aku menghela nafas. Mengikutinya dengan malas.

Sebenarnya rumah kami berada di jalan yang sama, rumahku no 85, dan dia no 88. Aaaah kenapa juga aku harus jatuh cinta pada tetanggaku dan berakhir pacaran dengannya seperti ini.

"Ayolah. Semangat." Katanya sambil mengusap rambutku beberapa kali. "Kau mau es krim?"

"Es krim!" Seruku, aku jadi bersemangat , lalu menatapnya.

"Kenapa dengan matamu itu?" Ucap Jeonghan melihat mataku berbinar menatapnya.

Aku tersenyum lebar. Es krim, oh aku sangat menyukainya, apalagi saat panas begini. Dan lagi, kalau kau ditraktir. Wooh aku sangat suka.

"Sepertinya kau lebih menyukai es krim daripada aku. Kau tidak terlihat senang bisa mengantarku pulang." Katanya, dia terdengar kecewa, tapi aku tau itu bercanda.

"Iya. Aku sangaaaat suka es krim." Aku menganggukan kepalaku sambil tersenyum.

"Baiklah baiklah, berhenti tersenyum seperti itu." Ucapnya, lalu mengalihkan pandangannya, dan melangkah pergi.

"Kenapa? Ya! Tunggu." Aku mengejarnya.

Berhasil menyusulnya, aku bertanya lagi, "Jadi kita mau ke kedai es krim yang mana?"

"Kenapa ke kedai? Aku kan tidak bilang kita mau ke kedai." Jawabnya. Sambil tetap melihat lurus ke jalan.

"Hah?" Tanyaku bingung.

Jeonghan berhenti, lalu menoleh padaku.

"Di rumah ku ada es krim. Jadi kalau kau mau es krim, kau harus mengantarku sampai ke rumah." Dia tersenyum.

"Ah! Sudah kuduga." Aku tersenyum masam, lalu memukulnya dibagian perut.

"Aaah." Dia menjerit sambil memegangi perutnya.

"Aku tahu itu tidak sakit. Ayo cepat pulang." Aku memukul punggungnya, mengambil kunciran di tasku, lalu mengikat rambutku. "Aah panas sekali."

"Ya!" Jeonghan menyusulku yang memang sudah berjalan dari tadi saat mengikat rambut.

Berhasil menyusul, kemudian Jeonghan menarik kunciranku sampai rambutku tergerai dan tertiup angin.

"Ya!" Sontak aku berbalik.

Aku ingin memukulnya lagi, tapi saat aku berbalik dan melihatnya, dia terpejam. Bibirnya sedikit melengkung ke bawah, muka masam.

"Kenapa?" Tanyaku heran.

"Rambutmu menamparku." Dia berkedip beberapa kali, berusaha membuka matanya. "Dan terkena mataku."

"Bodoh. Siapa suruh menjahiliku." Aku tertawa. Kemudian mendekatkan wajahku untuk melihat matanya. "Coba ku lihat."

Jeonghan mendekatkan wajahnya. Aku terkejut, karena wajah kami jadi benar benar dekat.

Aku berdebar.

Beberapa saat, aku memperhatikan wajahnya. Mukaku jadi merah, lalu aku mundur selangkah.

"Ah.... eeem... menjauhlah. Kau membuatku berdebar." Ah! Kenapa jadi bilang begitu. Refleks, aku mendekap mulutku.

"Hah?" Jeonghan masih memejamkan matanya.

"Ah lupakan! Ya sudah, cepat buka matamu. Ayo pulang." Aku segera berbalik dan berjalan cepat. Aku menunduk karena malu.

Tiba tiba Jeonghan menyusul, lalu memelukku dari belakang.

"Ah kau imut sekali." Ucapnya.

Aku tersenyum. Mukaku pasti jadi makin merah.

"Y/n-ah." Dia berkata pelan persis di sebelah telingaku. "Hari ini hari yang berat ya? Ceritalah padaku kalau kau mau."

"Matamu sudah tidak sakit?" Ucapku.

"Tidak. Aku memang melakukannya untuk membuatmu tertawa. Apa candaanku berhasil?" Jeonghan melepaskan pelukannya.

"Tidak. Sama sekali tidak." Aku memutar tubuhku. Tersenyum jahil padanya.

Aku senang, aku punya dia di sisiku, karena tanpa harus aku berkata apa pun dia tau apa yang aku rasakan. Seperti hari ini, aku bahkan belum mengeluh padanya. Tapi dia sudah berhasil menghiburku.

"Oh ya?" Kemudian Jeonghan mengulurkan tangannya dan menggelitiki ku. "Bagaimana dengan ini."

"Ya! Berhenti." Aku mengatakannya sambil terus tertawa, menggeliat, berusaha melepaskan tangannya dari pinggangku. "Ya! Jeonghan. Hahahaha.... ah hentikan."

"Ya sudah. Ayo kita makan gelato." Jeonghan berhenti menggelitiku, kemudian dia menarik ku. "Aku tahu kedai yang enak."

Tak lama kemudian Jeonghan berhenti.

"Oh ya. Aku yang antar kamu pulang hari ini. Spesial hari ini." Katanya, lalu kembali berjalan.

"Spesial apanya? Lagi pula kalau kau pulang memang lewat rumahku." Ucapku.

"Ya sudah ayo kita makan gelato." Jeonghan merangkul tanganku, lalu kami kembali berjalan.

Sepanjang perjalanan, Jeonghan menggodaku dan membuatku tertawa.

"Pukulanmu itu tadi benar benar sakit." Katanya menggodaku.

"Oh ya? Seperti apa rasanya? Seperti kau dipukul tongkat?" Aku membalas menggodanya.

"Seperti ini." Tiba tiba Jeonghan memelukku.

"Ya!" Aku mendorongnya mundur.

"Kenapa? Kau malu dipeluk seperti ini?" Dia kembali memelukku.

Aku kembali mendorongnya, lalu berjalan cepat sambil menahan tawa.

"Ya! Jadi kau malu?" Dia masih saja terus berusaha memelukku sambil terus berjalan.

Aku berjalan lebih cepat. Kenapa dia lucu sekali. Aku tertawa sambil sesekali menengok ke belakang. Melihatnya yang mengejarku.

"Yaaa y/n, kau mau kabur kemana?" Dia juga tertawa.

- the end -
By : traissa-lan

Thank you for reading 💕😄

Dont forget to vomment 😀

Maaf ya kalo banyak typo typo 😔🙏

Makasih banyak buat yang udah ngingetin 👍💕

Kalo ada salah salah lagi tolong dikomen ya. Biar aku juga tau :))

Seventeen Imagines (If You Were Sebong's Girls/Women)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang