Kantin mungkin adalah tempat yang paling menyenangkan dari seluruh ruangan yang ada di kampus.
Apalagi kantin FK. Oh, ralat. TERUTAMANYA, kantin FK.
Mau tau apa alasannya?
1. Wifi-nya kencang. Banget. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi mahasiswa seperti aku dan teman-temanku. Aku dan Tiara yang gemar nonton video karya youtubers bisa mendownload video mereka agar dapat ditonton sepulang kami ke kosan nanti, sementara Wulan dan Shafira si pecinta film bisa mendownload film dari LK21.
2. Makanannya murah. Banget. Di kota Surakarta ini, makanan banyak dijual dengan harga yang relatif murah. Di kantin kampus, bisa lebih murah lagi. Semangkuk soto ayam bisa didapatkan dengan harga empat ribu rupiah saja. Jadi enam ribu kalau pakai es teh. Sepiring ayam geprek lengkap dengan es teh juga dijual dengan harga sepuluh ribu rupiah saja. Jadi, nikmat Tuhan yang mana lagi yang bisa kau dustakan, wahai mahasiswa?
3. Ini yang paling penting. Banyak calon dokter yang berkeliaran di sini. Walaupun nggak semua mahasiswa FK adalah mahasiswa pendidikan dokter, sih. Tapi tetap saja bisa menghilangkan dahaga kami, anak-anak psikologi yang jarang bertemu dengan cowok kece. Rezeki banget emang masuk ke kampus yang prodi psikologi dan pendidikan dokternya berada di bawah fakultas yang sama.
Sekarang jam setengah empat. Aku dan Tiara baru sholat dan memutuskan untuk jajan es krim dulu di kantin sebelum pulang, sekalian menunggu Wulan yang masih ada urusan di sekre BEM.
"Ini ada apa sih kok pada bawa-bawa kertas gitu?" tanya Tiara begitu kami sampai di kantin.
Aku mengalihkan pandanganku ke sekeliling. Benar saja, beberapa mahasiswa terlihat sedang membawa kertas. Beberapa malah sudah sibuk mengisinya.
Formulir kepanitiaan?
"Tata!" Aku memanggil salah satu anak psikologi yang kukenal. "Itu kertas apaan, sih?"
"Formulir kepanitiaan buat TO anak SMA, Cit," jawab Tata. "Kamu nggak daftar?"
"Nggak," jawabku.
"Tiara nggak daftar juga?"
Ganti Tiara yang menggeleng. "Nggak."
"Coba daftar lah... Ini cuma sekali, lho. Kepanitiaannya khusus buat anak tingkat satu doang. Tahun depan udah nggak bisa daftar lagi."
Aku tetap menggeleng. "Nggak deh, hehehe. Udah capek ditolak sama kepanitiaan mulu!"
Aku dan Tiara lalu pamit, memilih untuk duduk di meja yang jauh dari kerumunan orang-orang. Tiara tetap melirik ke arah orang-orang yang sedang mengisi formulir itu.
"Cit, lo nggak mau coba daftar?" tanya Tiara.
"Nggak," jawabku mantap.
"Kenapa?"
"Sakit hati gue ditolak mulu. Daftar BEM sama hima ditolak, nggak usah lah ya gue tambah-tambahin daftar kegagalan gue di tahun ini dengan ikutan daftar kepanitiaan TO."
"Ih, lo nggak boleh pesimis gitu, dong!"
Yeu... Dia nggak tahu aja gimana rasanya ditolak berulang-ulang.
"Ikut yuk, Cit? Hari ini terakhir daftar, lho. Kita tinggal print formulir, isi, terus wawancara," ajak Tiara.
"Lo aja, lah. Gue males."
"Ih, gue juga nggak mau kalau lo nggak ikut!"
"Ya udah gue tungguin lo wawancara, tapi gue tetap nggak mau ikut," usulku. "Gimana?"
"Lo beneran nggak mau, ya?"
Aku menggeleng mantap.
"Ikut aja yuk, Cit," Tiara masih pantang menyerah.
"Nggaaak!"
"Ayo dong, temani gue," pintanya. "Sekali-sekali, Cit..."
*
*
*An:
Cerita baru lagii hehehe. Efek liburan panjang bgt nih, kangen kampus, jadi aku iseng pengin bikin cerita yg menceritakan kehidupan kampus gitu... hehehe. Enjoyyy!!!