XIII - Bantuan Nadhif

16.6K 2.4K 52
                                    

Semua orang datang rapat hari ini. Lengkap delapan orang. Tanpa terkecuali. Hebatnya lagi, tak ada satu pun yang datang terlambat. Bahkan aku, si tukang ngaret ini, juga datang tepat waktu, lho. Hebat sekali!

"Jujur, ini pertama kalinya aku di publikasi. Jadi aku minta tolong untuk bantuan teman-teman semuanya, ya. Karena aku nggak bisa kerja sendirian. Kita ini tim, kan?"

Semua yang ada di forum ini - tak terkecuali aku - kompak mengangguk.

"Nah, dari EO kan kita belum tahu ya konsep acara ini nanti bakal seperti apa. Untuk sekarang kita catat aja dulu to do list-nya, jadi nanti begitu EO kasih konsep, kita bisa langsung eksekusi," jelas Nadhif panjang lebar. "Aku udah tanya-tanya ke Mas Fajar - manager publikasi tahun lalu - kira-kira apa aja yang dibutuhkan selama publikasi. Nah, Mas Fajar bilang untuk seminar dan lomba ilmiah semacam esai kita gencarin di sosial media, karena target peserta kita kan mahasiswa se-Indonesia. Tapi kalau untuk puncak acara - karena nanti rencananya kita akan bikin celebration dan ngundang guest star juga - kita bakal gencarin ke masyarakat Solo, mahasiswa khususnya, lewat CFD-CFD gitu. Ada yang mau menambahkan? Supaya kita ada bayangan kira-kira bakal menghabiskan dana berapa, soalnya bendahara udah minta rancangan anggaran dananya ke setiap divisi."

"Coba mulai sekarang kita cari universitas yang ada di Indonesia - yang ada psikologinya khususnya, terus kalau bisa kita juga list OA himpunan atau BEM mereka supaya kita bisa gampang untuk nyebarin acara kita," Mbak Laksmi memberi usul. "Sama cari list OA-OA tentang informasi lomba gitu. Pokoknya kita gencarin aja gimana caranya supaya sosial media ini jalan terus."

"Wah, boleh tuh. Noted ya Mbak," ujar Nadhif.

"Poster sama flyer? Perlu nggak kira-kira?"

"Perlu!"

"Pakai X-Banner nggak untuk di CFD?"

"Bisa..."

"Pakai pasang reklame nggak? Kalau nggak salah papan reklame yang di depan FMIPA itu gratis, cuma memang nanti kita kudu sabar untuk urus surat perizinannya."

"Gitu? Aku catat ya, nanti tolong kamu coba cari tahu prosedur perizinannya gimana,

"Siap, Bos!"

"Banner untuk longmarch? Tahun lalu kita ada longmarch juga, kan?"

"Sabi tuh..."

Semua orang terus mengeluarkan pendapat masing-masing, Nadhif menanggapi pendapat mereka, mendiskusikannya menjadi sebuah ide yang matang, lalu mencatatnya dan memberikan tanggung jawab pada masing-masing orang.

Aku? Cuma diam. Sesekali mengeluarkan pendapat, namun aku merasa pendapatku tak cukup "oke" dibandingkan dengan pendapat yang lain. This is my very first serious meeting and I just confuse with everything. Banyak ide muncul di kepalaku, tapi rasanya berat sekali untuk diungkapkan.

Hah! Aku tak menyangka rapat yang biasanya dilakukan mahasiswa lain itu seperti ini. Padahal tak ada yang mengintimidasi — semua orang di divisi ini ramah dan welcome sekali dengan beginner seperti aku — tapi rasanya mulutku tak punya kata yang pas untuk mengungkapkan apa yang ada di kepalaku. Aku jadi bingung sendiri. Apa semua orang mengalami ini di rapat pertama mereka?

"Cit?"

Mendengar namaku di sebut, aku sontak menoleh. Sudah tak ada orang di depanku, kecuali Nadhif, yang barusan memanggilku. Ugh, sudah berapa lama aku melamun?

"Rapatnya... Udah selesai?"

"Lo kalau lagi ngelamun tuh parah banget, ya?"

Aku menghela napas. "Emang. Parah banget. Sori..."

Once In A WhileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang