/1/
Di atas pentas ia menari dengan indah.
Tanpa piringan hitam bernada minor, juga mayor.
Atau iringan lagu klasik dari orkestra simfoni
Ia menari, mempertontonkan luka pada tiap lekuk./2/
Telanjang kaki tak bersepatu,
menari diatas panggung berbalut sembilu.
Matanya kian sayu,
membendung deru yang masih biru.
Pipinya lautan deras air mata,
tempat mengarung segala biduk nestapa.
Napasnya memburu kian sesak,
terengah-engah menahan sebak di dada./3/
Dentingan melody mengalun seirama.
Bersama riuh gemuruh sorak penonton yang hingar.
Mempercepat metronom sendu empat-perempat.
Mengantarkannya pada teluk nelangsa lebih dalam.
Gemerlap lampu sorot menghujam, menambah kesan pilu./4/
Sekejap, tercipta ruang lengang.
Kala tangisannya terdengar lebih bising dari apapun yang ada.
Namun ia tetap meliuk menari tak ma(mp)u berhenti.
Mempertontonkan tarian dengan nelangsa sebengis kematian.Ranu Ambara
1 April 2017
Di sebuah teater tari bersama penari luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAIT KURUSETRA
PoesíaKelak bacalah bait-bait ini, sebagai sebuah perayaan sepi dari hati yang terlampau kecewa; tentang bengisnya kehilangan tanpa kerelaan yang menjelma menjadi hantu-hantu tanpa belas kasihan yang segera mencengkeram malam demi malam, menjadikannya ner...