PESTA KOSTUM

196 7 0
                                    

Undangan;

     Selembar kertas karton tertera namamu bergambar sepasang merpati. Mati aku menerimanya. Sungguh tega nian kau bertamu mengenakan cincin emas, sedang aku masih menenangkan rindu yang cemas.

Berbentuk persegi;

     Rasanya ingin ku bunuh mempelaimu, tidak dengan pisau atau sesuatu yang tajam, tapi dengan menculikmu ke hutan. Disana hukum adat tidak berlaku bukan? Kita bisa beranak pinak tanpa mengenyam pernikahan. Belum sempat dari itu, aku sudah jatuh, sudut undangan itu lebih dulu menikam jantungku. Tidak satu, tapi empat sudutnya. Sial! Seharusnya kau buat lingkaran atau oval yang tidak memiliki sudut, bukan persegi.

Pintamu aku harus datang;

     Manis benar pintamu, ingin rasanya kulumat merah gincu bibirmu. Ah tidak!  Ucapan terimakasihmu pasti akan melayang, mendarat dipipiku bergambar lima jari warna merah. Semakin merona luka ku.

Aku akan datang;

     Berengsek! Lagi-lagi mulut ku mengiyakan segala titahmu, padahal hati masih basah dengan merah darah seperti bercak perawan. Baiklah, aku akan datang. Dengan sesuatu yang pantas ku kenakan. Apa sajalah, asal bisa menutupi luka yang menganga. Ini hanya sebuah pesta kostum bukan? Kau berdandan dengan kostum tuan putrimu seperti impimu sedari kecil, hanya saja tokoh pangeran dalam pesta kostummu tidak diperankan oleh ku.

Ranu Ambara
Desember '17

BAIT KURUSETRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang