CELOTEH HATI KAUM PATAH HATI

225 4 0
                                    

Entah ini sabtu malam yang keberapa, yang jelas aku masih tertatih menata kembali puing-puing yang masih berserakan di sudut hati. Terlebih lagi, malam seakan mendiskriminasi kaum patah hati sepertiku. Itu sebabnya malam ini aku memilih bersembunyi di antara barisan dinding kamar, ketimbang menikmati malam di muka jalan yang dihiasi panorama muda-mudi menebar kemesraan.

Bising kenalpot racing tersadur pekik manja "unch unch atu ayang amu" semakin membuat jok motorku iri saja. Jelas saja iri, sudah lama aku tidak menggunakannya untuk memboyong wanita yang mau duduk anteng sembari gelendotan di pundakku.

Namun nahas, nyatanya aku belum bisa benar-benar bersembunyi dari segala bentuk pencitraan romansa asmara muda-mudi.

Di era modernisasi yang semakin rasis, ada-ada saja lakon muda-mudi di media sosial. Dengan unggahan foto berdua di bbm whatsup line path atau caption di instagram menebar kemesraan yang lagi-lagi "unch unch atu ayang amu" membuat hp ku yang sudah lama berpuasa notif dari dia semakin iri.

Tak ada salahnya mengumbar kemesraan asal dalam tahap wajar, tidak berlebihan apalagi keseringan karna anniversary setiap tahun bukan tiap bulan apalagi minggu. Sebab lucu ketika nama yang dicantumkan dalam bio nantinya berbeda dengan di buku nikah atau orang yang selalu diserukan "ayang" ternyata berbeda dengan yang diseruka sewaktu ijab qobul. Seperti kata bung Fiersa Besari "kemesraan dalam sebuah hubungan yang belum dihalalkan itu sama seperti celana dalam, bukan untuk dipamerkan"

Sebelum menjadi kaum patah hati, aku pun sama seperti itu. Mengumbar kemesraan agar semesta tau aku bahagia memilikinya. Memang benar yang dikatakan imam besar kaum patah hati Wira Nagara "Sayangnya kita sulit sejernih itu saat jatuh cinta. Ada banyak permaafaan yang mengurung nalar, kita sudah lebih dulu terbuai oleh kisah kasih fana yang memenuhi kepala. Hati hanya bisa menyangka, waktu yang menentukan luka"

Pembaca, ini bukan keritikan ataupun hinaan. Jadi tolong jangan hakimi saya. Saya hanya menceritakan celotehan iri dari hati saya yang sulit diatur untuk melangkah maju.

Ranu Ambara
Sabtu malam
Pada cerita dalam buku yang belum ada.

BAIT KURUSETRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang