✓ BAB 5 - Lawan Yang Gila

4.2K 464 12
                                    

Aku menuruni tangga perlahan. Sesekali aku menengok ke belakang, dan tak ada yang memang bisa menolongku.

Saat ini, aku hanya sendiri.

Orang itu, belum juga turun. Banyak sekali yang mendukungnya lewat sorakan semangat tiada henti. Akhirnya, terlihat seseorang yang menuruni tangga. Ia melompati pagar pembatas, lalu menarik napas dalam, lantas menatapku tajam.

Jelas aku bukanlah tandingan orang itu. Badannya jauh lebih tinggi dan besar. Otot yang terlatih terlihat jelas. seandainya dia punya rambut, mungkin wajahnya akan mirip dengan orang gondrong bernama Ward, bahkan namanya pun hampir sama, Vard.

"Apa kau kembar dengan Ward?" tanyaku, yang saat ini berhadapan dengannya.

Dia tertawa mendengar pertanyaanku, seolah dia orang jahat dari Planet lain dan aku akan dimakannya. Aku sedikit risih dengan dia, mulutnya bau, seakan habis makan bangkai.

"Kenapa kau menutupi hidungmu? Kau mengejekku, huh!?"

Sial, dia tersinggung karena aku menutupi hidungku dengan telapak tangan. Sekarang matilah aku.

Tidak, aku takkan berucap lagi. Takutnya itu malah memancing dirinya untuk menghajar ku.

"Kapan kau mau memulai?" tanyanya, memang sudah beberapa menit aku diam saja.

Dia bersiap menghajarku kali ini, badannya menunduk layaknya banteng dan aku adalah matadornya.

Aku menghindarinya saat dia menyeruduk, tapi dia terlihat lambat, mungkin karena badannya terlalu besar. Lengannya terlihat kuat, aku bisa pingsan kalau terkena pukulannya.

Sial, apa-apaan siluman banteng ini!

Aku terus berlari dan menghindar dengan sesekali ingin berteriak minta tolong, tetapi aku tidak akan melakukannya. Aku akan ditertawakan, pasti.

Lariku semakin melambat karena Vard terus mengejarku, rasa lelah sudah menghampiriku. Ia berputar-putar di arena ini. Tenagaku terkuras, hewan buas ini seperti tak punya rasa lelah. Sekarang aku yakin dia ini perwujudan manusia banteng.

Ya, dia seperti siluman banteng dengan wujud manusia.

Vard menabrakkan pundaknya sembari meranggkul tubuhku dari belakang. Aku tersungkur, tengkurap menghantam tanah, badanku rasanya tak karuan. Aku coba melawan semampuku. Namun, genggaman Vard sangatlah kuat, ia membalikkan badanku dan sekarang berada tepat di atasku.

Apa pekerjaan dia sebelumnya tukang pukul?

Kutahan pukulan ke wajahku dengan kedua tanganku. dia benar-benar tanpa ampun, tinjuannya terus menerus dilancarkan.

Sakit, perih yang kurasakan di wajahku, mataku bahkan tak bisa kubuka. Oh, aku akan mati.

Setelah puas meninju wajahku, dia sekarang menarik kakiku. Menyeretku dan menyenderkan tubuhku di pohon, entah apa yang akan dilakukannya kali ini, yang jelas aku bisa mati.

Kalau saja ada yang menolongku? Sophie, kenapa diam saja? Atau dia berniat menolong dan dicegah oleh Nobita?

Seseorang tolong aku!

Kemudian Vard meninjuku lagi, ke arah perut, aku beberapa kali memuntahkan darah. Setelah beberapa saat dia berhenti dan terdengar pula sorakan penonton.

Beberapa detik kemudian kudengar suara Sophie, "Hei, hei, bertahanlah."

Setelah itu suara langkah kaki beberapa orang mendekati, memegangku dan mengangkatku dalam sebuah tandu, mungkin.
Entah aku mau di bawa ke mana.

-------

Setelah tubuhku dibawa oleh tandu, kudengar seseorang berbicara, "Kita harus melepaskan pakaiannya."

Terdengar juga suara seorang perempuan. Lembut, sepertinya aku agak mengenal suara ini. Semoga.

Setelah mereka melucuti pakaianku, terasa ada sesuatu ditempelkan pada tubuhku, sedikit nyeri, perih. Namun, agak dingin, membuatku sedikit mengerang kesakitan.

"Jangan bergerak dulu, biar tubuhmu membaik," ucap seorang laki-laki.

Mataku pun masih susah untuk dibuka. dasar Vard sialan! Dia meninju tepat di mataku, masih terasa bengkak dan perih. Memang siluman banteng gila!

"Lebih baik kau tidur, nak. Mungkin itu akan membuatmu sembuh lebih cepat."

Dengan rasa sakit ini, aku seperti susah untuk terlelap dalam tidur. Namun, perlahan aku menyelami dunia mimpi.

Semoga esok aku masih hidup.

-------

OutbreaK (Wattys Winner 2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang