✓✓ BAB 16 - Lagi & Lagi

2.5K 303 1
                                    

Beberapa hari setelah kejadian itu, penghuni gedung dua, tiga, dan empat mulai curiga. Mereka terkadang bertanya.

Kemana Zara, kenapa tidak pernah muncul?

Pertanyaan yang wajar saja keluar dari mulut mereka. Karena biasanya Zara selalu muncul, setidaknya berjalan di antara mereka untuk sekadar mengecek keadaan.

"Kurasa, kita harus mengatakan yang sebenarnya pada mereka," ucap Darius.

"Kau lakukan itu dan mereka akan merasa di sini tak aman dan mereka mencoba pergi, bahkan memaksa untuk pergi," jawab Dokter Deri.

Saat ini, kami berada di rumah Dokter Deri. Darius berdiri--bersender di pintu keluar--yang tertutup. Aku dan Rendy duduk di kursi dekat meja, begitu juga Reth dan Ibuku mereka juga di sini. Sementara Nob yang masih terlihat sedih, ia selalu diam sejak kejadian Ibunya itu.

"Ke mana Ben?" tanya Darius yang berjalan mendekati kami. Benar juga, ke mana dia?

"Di rumahku, mungkin tidur," jawab Rendy.

"Kau yakin?" tanya balik Darius.

"Ya."

Di tengah kesunyian saat ini, suara perempuan berteriak meminta tolong terdengar. Darius langsung berlari menuju suara itu dan beberapa saat ia kembali, "Kalian, ikut aku!"

Kami segera mengikuti Darius, kecuali Reth, Ibuku, dan Dokter Deri.

Tepat di depan gedung nomor dua, satu perempuan sudah tak bergerak. Terdiam kaku dengan pakaian yang berlumur darah. Kami memeriksanya, mukanya menghadap ke tanah.

Darius memegang kepalanya, saat ia membalikkan badannya ....

"To-tolong ..., a-aku ...," ucap perempuan itu dan langsung tak sadarkan diri.

"Ben?" ucap Darius sambil memandang kami dan langsung berdiri. Ia berlari ke arah rumah Rendy.

"Hei!" kuikuti dia sampai ke rumah Rendy, saat aku berada di depan rumah itu, Darius keluar dari dalam sana.

"Ia tak ada di sana, Ben? Sialan!" Darius begitu kesal saat ini.

"Apa?" Aku memperjelas apa yang akan dimaksud oleh Darius.

"Kemungkinan Ben adalah pelakunya."

Kemungkinan Ben pelakunya semakin terbukti. Ia tak ada dari tadi dan kini ia menghilang. Entah ke mana.

"Reth, kau dengar itu Rik?" tanya Darius. Dan aku tak mendengar apapun apa yang di dengar oleh Darius. Ia berlari ke rumah Dokter Deri dan ketika kami sampai di depan pintu, seseorang keluar dari dalam.

Reth.

Ia keluar tidak sendiri, keadaannya sekarang adalah sebagai sandera. Ben yang melakukan itu, ia membekapnya.

Sialan, ternyata memang benar tuduhan Darius. Ia tak salah dari awal, malah aku, Rendy yang ngotot. Bahkan Vard sudah meninggal karena Ben sialan itu.

"Mundur!" teriak Ben, kami terpaksa mundur beberapa langkah dan tetap waspada.

"Sial, ycapanku benar!" seru Darius.

"Mundur, ttau kupotong lehernya!" teriak Ben lagi.

Perlahan kamu berjalan mundur.

Di belakang Ben dan Reth--cukup jauh--Rendy dan Nob muncul.

"Apa yang kau lakukan Ben!?" seru Rendy bertanya. Ben menghadap ke arah mereka, lalu membuang ludah.

"Apa yang kulakukan katamu!? coba kau tanyakan pada dirimu sendiri! kenapa kau membunuh Bobi!? lalu meninggalkanku dengan para manusia gila itu!?" Ben sepertinya punya dendam pada tempat ini dan orang di dalamnya.

Rendy terdiam. Entah apa yang dikatakan Ben, itu benar atau tidak. Atau hanya alasan Ben.

"Cepat buka gerbang itu, sekarang!" teriak lagi Ben.

Rendy segera berlari ke belakangnya, di mana itu adalah gerbang, pintu keluar. saat sampai, ia terlihat menarik salah satu batu yang tersusun rapi, dan seperti menekan sebuah tombol. Tak lama, gerbang itu terbuka, bergerak ke dalam tanah dan sebuah jalan keluar terbuka lebar.

Reth berlari ke arahku saat dilepaskan begitu saja oleh Ben. Ben, ia berusaha lari menuju pintu keluar. Namun, ia tak bergerak dan terjatuh--menghantam tanah--saat sebuah anak panah bersarang di kepalanya, Rendy berlari menghampiri Ben yang sudah tak bernyawa.

"Siapa yang memanahnya?" ucap Darius bertanya-tanya.

Seseorang keluar dari rumah Dokter Deri, itu Sophie dengan membawa panah dan di belakangnya Gally yang menggendong seorang laki-laki. Dan itu Dokter Deri.

Kami semua menghampirinya, benar itu dokter Deri dalam keadaan tak bernyawa. Ben sudah keterlaluan, bahkan ia membunuh orang yang gak bersalah sama sekali dan tak tahu akan apapun dengan masalahnya.

"Kau!?" seru Darius yang memperhatikan Sophie. Ia tampak kesal karena kami menyembunyikan Sophie dan Gally. Namun, semua teralihkan oleh para penghuni gedung tiga dan empat, yang kini tengah berjalan menuju pintu keluar, Darius langsung berlari--menghalangi orang-orang itu.

"Maaf, aku tidak tahu kalau Dokter Deri terbunuh oleh seseorang yang masuk ke dalam, aku tak tahu ..., di dalam juga ada seorang perempuan, ia juga telah mati." ucap Sophie.

"Perempuan?"

Apa mungkin, itu ....

Ibuku?

***

OutbreaK (Wattys Winner 2018)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang