14. Dua Orang Kapten

1.2K 169 28
                                    

BAB XIV

Dua Orang Kapten

Kelopak mata tertutup kembali, Aoda yang bersandar di pohon sama sekali tak memedulikan ketiga orang yang menatap heran dirinya. Ia ingin menganalisis sesuatu, menggali ingatan dan memprediksi apa yang sebenarnya terjadi di dalam istana? Adanya mata-mata yang tinggal di istana, membuatnya bertanya-tanya, apa penyebab orang itu bisa tak dicurigai jika melakukan aksinya? Tak mungkin dia bisa seleluasa itu, jangan bilang dia dilindungi oleh seseorang yang memiliki kedudukan tinggi hingga selalu bisa mengubur kecurigaan?

"Aku sudah lama menutup diri dari istana ... tidak, ada yang memengaruhi Ryunosuke dan para petinggi untuk tak mengikut sertakan aku dalam tugas keistanaan lagi, dengan dalih kekhawatiran atas tubuhku yang semakin memburuk."

"Apakah Tuan Muda sudah mendapatkan gambaran dari semua ini?" Shishio menatap Aoda yang mengerutkan alisnya, lelaki itu menarik napas dan menggelengkan kepala.

"Aku harus menyelidiki beberapa bagian lagi, untuk bisa menyimpulkannya dan meyakinkan diri, kalau firasatku memang benar mengarah kepadanya."

"Tu-tuan Muda, sudah mengetahuinya?" Shizuka terbelalak.

"Ini hanya firasatku."

"Tetapi, firasat Tuan Muda Aoda selalu tepat sasaran." Renji membenarkan apa yang dikatakan Shishio karena Aoda tak pernah salah jika sudah mencurigai sesuatu.

"Aku harus bertemu dengan Tuan Muda Ryunosuke untuk membenarkan ini semua."

Shishio dan Renji menganggukkan kepala, saat ini tuan muda bungsu itu sedang berperang di wilayah timur, walau tabib berambut cokelat ikal ini mengatakan kalau nanti sang tuan muda akan menjemput mereka di hutan kematian, jika dia bisa menghadapi perang dan merenggut kemenangan .

Semua orang tahu, kalau perang lebih banyak membawa kesedihan dan kesengsaraan, hidup tuan mudanya sedang di ambang kematian, mereka juga tak tahu pasti apakah sang bungsu Hakudoshi bisa menyelamatkan diri atau malah telah terbujur kaku.

"Tuan Muda Ryunosuke mengatakan kalau dirinya akan menjemput kita nanti, setelah peperangan berhasil mereka menangkan. Kita harus percaya kalau beliau pasti bisa."

"Aku lebih mengkhawatirkan, apakah Ryunosuke memikirkan seperti yang kupikirkan tentang perang ini?" Aoda berbisik, dalam batin ia berucap semoga adiknya tidak terkecoh dengan semua keadaan ini.

Lelaki itu yang sekilas tatapan menunduk ke bawah karena memikirkan adiknya, sekarang kembali melihat dua orang di depannya.

"Istirahatlah, kalian harus menyimpan tenaga untuk perjalanan ini. Beberapa jam setelahnya kita akan mencoba keluar dari desa dengan jalur Selatan. Tidak perlu menunggu Ryunosuke, dia harus berkonsentrasi dengan permasalahan desa." Aoda mengatakan hal itu, tetapi dirinya sendiri tidak yakin.

.

.

.

Malam yang dingin tak dipedulikan, Ryunosuke sekarang sedang membuka baju zirah perang dan kimononya sebatas pinggang, sabuk dari penyangga pedang menghalangi kain untuk terjatuh ke tanah. Lelaki itu lalu menajamkan aura iblisnya, dan seketika tubuh yang seputih pualam berubah mejadi cokelat, bibirnya menghitam. Jika diperhatikan ke arah wajah, bagian putih pada mata Ryunosuke kini telah menghitam. Jari lelaki itu dihiasi kuku-kuku panjang yang hitam dan runcing, dan di bagian punggunya perlahan muncul sepasang sayap yang terlihat seperti kalilawar raksasa dan berbentuk mengerikan.

Ia yang berada di halaman sepi bagian belakang dan di bawah pohon, kini mengepak sayapnya, sesekali mengawasi sekeliling dan membatin, apakah perampok itu akan menemukannya dan berusaha untuk mengejarnya? Setelah berada di langit, Ryunosuke menambah kecepatan terbangnya, aura iblis yang menguar dari tubuhnya membuat langit menjadi gelap dengan awan hujan yang langsung mengelilingi sekitar dirinya.

The Prince's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang