43. Bahagia

835 42 21
                                    


Hati memang tak bisa berbohong, lama tak jumpa membuat rasa rindu kian tumbuh dan berkembang bak bunga yang bermekaran. Kadang kala, rasa membuncah itu menghantarkan degub kuat di dada. Hakudoshi Ryunosuke, hanya bisa menghela napas pasrah karena tak sabar berjumpa dengan sosok yang didamba.

Walau sudah mendapat nasihat-nasihat dari para Petua khususnya Hakudoshi Ryuzetsu, tetap saja masih ada getir-getir kekhawatiran di dada. Kenapa pula dirinya yang tak berpengalaman ini harus sendirian untuk melakukan proses ujian hidup. Tanpa kedua orang tua, kakak dan pamannya. Mereka semua tak ada di sisinya ketika ia membutuhkan.

Perasaan sedih dan kesepian sering kali menghampirinya akhir-akhir ini, merindukan sosok-sosok terkasih, khususnya sang Kakak. Hakudoshi Aoda yang sangat menyayanginya dan selalu mengajarinya banyak hal, sekarang lelaki itu telah tenang bersatu bersama kedua orang tuanya yang juga telah tiada. Meski kesalahan pernah ia lakukan, seperti membangkitkan kembali sosok kakaknya yang telah tiada, tetapi Ryunosuke paham betul kenapa ia melakukan hal tersebut. Tentu saja karena tak ingin sendirian dan ditinggalkan lagi oleh orang terkasih.

"Aniue, kalau kau ada di sini, apakah kau akan menyetujui niat baikku ini? Aku akan menikahi seorang gadis yang pernah menjadi istri Achiromaru Akashi, panjang penjelasannya, tetapi aku meyakini kalau dirinyalah pasangan hidupku yang sudah ditakdirkan Sang Penguasa Alam." Sasuke bermonolog kepada dirinya sendiri, seolah-olah itu adalah sang kakak yang sedang duduk bersamanya.

.

.

.

Desa Kitsune di musim gugur dipenuhi dengan daun-daun oranye yang mulai berguguran, para rakyat yang bermukim di sana sesekali turun ke jalan untuk membersihkan desa mereka dari daun-daun yang memenuhi jalanan dan pekarangan. Shizuka dan anak-anak yang tinggal di kediaman Nenek Aiko pun melakukan hal yang sama, bekerja bakti untuk membersihkan desa.

Tabib yang menjadi paling mujarab di Desa Kitsune itu terlihat riang dan penuh semangat, apalagi ketika mereka akhirnya membuat ubi bakar dari daun-daun kering yang sudah terkupul saat sore hari, di samping Shizuka anak-anak berteriak girang. Miko Rieshi sampai dibuat pusing karena berusaha menengkan mereka yang asik berlari-lari menunggu ubi bakarnya matang.

Pulang ke rumah dengan perut kenyang, Ayako yang tertidur pulas karena lelah membersihkan daun kering akhirnya digendong Shizuka di punggung. Gadis berusia hampir 19 tahun hanya bisa tersenyum dan berusaha agar Ayako tidak terbangun saat dipindahkan ke atas kasur nanti.

Anak-anak telah selesai mencuci kaki, mereka memutuskan tidur setelah memanjatkan doa kepada Nenek Aiko yang telah tiada. Di depan tungku, Rieshi menghidupkan api, memasak seteko air untuk teh hijau yang ingin dinikmati antara guru dan murid itu.

"Jadi, laki-laki dari Istana Hakudoshi akan datang ke sini beberapa hari lagi, Shizuka?"

Shizuka hanya menganggukkan kepalanya, dan kemudian menjawab setelah menyesap tehnya.

"Iya, Shisou. Mungkin dia hanya ingin mengunjungi seperti beberapa bulan yang lalu." Anak rambut yang ada di dekat wajah, ia selipkan ke belakang telinga.

"Merutumu, sambutan apa yang ingin kita berikan, jamuan makan saja atau harus kita informasikan hal ini kepada Kepala Desa seperti kunjungan pertamanya dahulu?" kedatangan seorang Raja ke Desa Kitsune yang kecil dan terletak di dekat bukit ini bukanlah hal yang sering terjadi, maka dari itu ketika kunjungan pertama Ryunosuke, laki-laki muda yang menjabat sebagai Raja Kerajaan Langit itu disambut dengan besar-besaran.

"Ryunosuke tak memberitaku kalau kunjungan ini untuk kepentingan desa seperti kunjugnan pertamanya. Mungkin, hal itu tak diperlukan, Shisou. Bagaimana menurutmu?"

The Prince's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang