37. Kekuatan Legendaris

1K 119 68
                                    

BAB XXXVII

Kekuatan Legendaris

Suhu yang menurun membuat tubuh itu semakin meringkuk, dalam gelap dan nyala api oranye, tatapan Akashi melembut saat melihat gadis yang sudah menemaninya selama beberapa bulan, kini menggenggam telapak tangannya tanpa sadar karena udara yang mencabik kulit. Laki-laki berambut kecokelatan pendek tersebut hanya bisa menyunggingkan lekukan kecil di bibir, ada rasa nyaman saat melihat wajah Shizuka yang tertidur dalam dekapannya.

Bagian tempat yang berbeda, di sana terlihat dalam temaram api yang semakin memadam, sesosok pemuda berwajah ceria, sesekali kekehan kecil keluar dari mulutnya yang membentuk seringai meremehkan. Ikatan dan welas kasih itu, ia bersumpah dalam hidupnya akan membuat mereka merasakan yang namanya kepahitan hidup. Sotaru duduk menyandar pada batu, bahunya berguncang, kala tawa kecil tak juga hilang dari bibirnya.

Embun-embun yang membasahi batu, ranting ataupun daun, kini mulai berkilau saat mentari telah terlihat di balik bukit pasir Gurun Neraka. Dari arah Barat, pasukan Kerajaan Matahari berjalan pelan dengan kuda-kuda, prajurit yang mengibarkan bendera dengan lambang matahari berseru lantang menyamangati diri. Mereka berbaris sejajar, dengan Sotaru yang berkuda di depan prajurit yang terlihat rapi, di sebelahnya sedikit ke belakang ada Shizuka dan Akashi yang duduk di satu punggung kuda. Ribuan orang tengah bersiap, menanti musuh yang akan segera tiba saat matahari tepat keluar dari balik bukit.

Dari arah Ttimur, pasukan Kerajaan Langit dan aliansi Kerajaan Bulan berjalan pelan. Kuda-kuda mengikik melewati pasir-pasir yang terasa lembap karena embun yang masih belum mengering. Mereka berbaris rapi seperti sang lawan yang ada di arah barat, berhadapan antara pasukan yang satu dengan yang lain. Saling memandang dalam nyala api untuk membela negeri. Terompet ditiup, gong dipukul hingga teriakan dan bendera kembali bersautan dalam suara dan gerakan mengibarkan.

Suara-suara penuh semangat untuk negeri saling menyahuti, dan saat itu Ryunosuke hanya bisa terdiam ketika matanya yang perak dan tajam menatap satu-satunya gadis yang diikutkan dalam pertempuran dua negeri ini. Chizuuru Shizuka, terlihat menatapnya dalam bisu dengan emerald yang memantulkan cahaya mentari.

"Mereka berlawanan dengan arah mentari bersinar. Apa mereka meremehkan kemampuan Kerajaan Langit dan Bulan?" Ryunosuke mendengar Rei yang berkata dengan suara terendam kekesalan. Ia bisa memahami perasaan pamannya, bagaimanapun juga Kerajaan Suna benar-benar memandang sebelah mata mereka karena memiliki senjata terkuat itu.

Tarikan napas Ryunosuke lakukan, dengan menggunakan kudanya yang hitam, Ryunosuke kini memacu hewan tunggangan itu dengan berlari kecil, mejelajahi sisi-sisi pasukannya untuk memberikan semangat dan membarakan api yang tertanam di dada.

"Prajurit sejati! Kita berada di sini untuk membela negeri kita atas nama kedamaian! Kita berada di sini untuk melindungi negeri kita dan orang-orang yang kita cintai, jadi aku ingin kita semua bisa menanamkan dalam diri, bahwa kita berada di sini untuk melindungi Kerajaan Langit dan keluarga terkasih! Tunjukkan api dalam dada yang membara kala ditiup oleh angin! Kemenangan berada di tangan kita!"sebelah tangan Ryunosuke mengangkat pedangnya dan diikuti oleh seluruh prajurit yang berbaris di sisinya. Teriakan menggema mereka membakar api semangat yang menjadi semakin berkobar.

"Kemenangan berada di tangan kita!"

"Pasukan pemanah! Besiap!"

Ratusan busur ditarik secara bersamaan, menunggu aba-aba sang jendral untuk memerintahkan. Di lain pihak, Sotaru mendekati Shizuka, dan berbisik ke telinga gadis itu. Anggukkan yang terlihat pun menandakan kalau Shizuka menyetujui usulan yang diserukan oleh Sotaru, gadis itu memejamkan kelopaknya, berkonsentrasi untuk meningkatkan energi spiritualnya.

The Prince's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang