32. Malam Pengantin

1K 133 50
                                    

BAB XXXII

Malam Pengantin

Malam hari setelah upacara pernikahan, pasangan pengantin baru pun dibawa ke sebuah kamar yang sudah dihias dan diberi pewangi yang memesona dan menggoda, lilin dan pelita menerangi malam dengan cahayanya yang redup, menambah kesan romansa untuk muda-mudi yang inign memadu kasih. Kini Shizuka dan Akashi saling berpandangan, sejenak sebelumnya Shizuka melupakan kalau ini adalah malam pertamanya, walau yang mereka jalani ini hanyalah sandiwara belaka. Tetapi tetap saja, di pandangan orang lain hubungan mereka sudah sah menjadi pasangan, bahkan di mata Sotaru.

Telapak tangan Akashi terulur, menunggu Shizuka untuk menyambutnya. Walau lambat, tetapi akhirnya datang juga. Gadis itu berkeringat dingin, napasnya dikeluarkan dengan lambat dan pelan, untuk menenangkan diri. Akashi hanya tersenyum, membawa Shizuka berdiri dan berjalan ke sampingnya menuju ranjang.

"Aku tak akan menyentuhmu lebih jauh, namun untuk meminimalisir risiko nantinya, aku harus melakukan hal ini."

Mereka duduk berhadapan di atas ranjang, Shizuka tidak terlalu mengerti. Ia memang mendapat pelajaran singkat untuk melayani suami, sehari sebelum menjadi pengantin, namun ia sama sekali tak memahami apa yang tengah dibicarakan Akashi.

"Aku hanya ingin membuat mereka memercayainya, kalau kita telah melakukannya. Aku akan membuat beberapa tanda di tubuhmu, juga bukti kalau malam ini kau baru saja melepas keperawananmu." Wajah Shizuka memerah total, usianya baru saja 17 tahun, dan Akashi juga tak jauh lebih tua darinya, lelaki itu nyaris seusia darinya.

"Setelah malam ini kita lewati, dayang-dayang akan kembali memandikanmu, dan jika mereka tidak menemukan tanda percintaan, bisa saja Sotaru mencurigai kita. Jadi, aku akan menutup mataku, dan kau yang membimbingku."

Shizuka menganggukkan kepalanya karena sudah cukup mengerti dengan alasan di balik semua ini, namun tetap saja kegugupan itu datang, ini hanya sekadar membuat tanda-tanda percintaan, tetapi ia bahkan tak pernah besentuhan lebih jauh dengan seorang pria. Tiba-tiba saja nama Ryunosuke menghujam benaknya, jantung Shizuka berdetak tak beraturan, darahnya berdesir hingga tangannya terulur untuk menghentikan tangan Akashi yang mulai mengendurkan obi yang melilit di pinggangnya.

Akashi mendapati adanya gelagat penolakan yang dilakukan Shizuka, ia pun mencoba menenangkan gadsi itu dengan membelai jemari Shizuka, meremasnya pelan guna menyalurkan kekuatan dan keteguhan hati.

"Aku benar-benar memohon maafmu, Nona Shizuka." Laki-laki itu memejamkan kelopak, ia menundukkan kepala, mendekatkan wajah dan menempelkan bibirnya di leher Shizuka, tepat dibagian nadi biru gadis itu. Mengisapnya perlahan, hingga menimbulkan ruam merah sebagai tanda. Gemetar pada tubuh Shizuka dapat dirasakannya, dan Akashi hanya bisa terdiam sambil meremas lebih erat genggaman tangan Shizuka.

Ia lepas kecupan itu pada leher sang gadis, dengan mata yang masih terpejam, ia tegakkan kepalanya untuk memberikan mereka waktu.

"Bimbing aku, Nona Shizuka." Suara berat itu nyaris berbisik, pelan dan dipenuhi rasa bersalah.

Kerah baju dikendurkan Akashi sebatas bawah bahu, dan laki-laki itu bisa merasakan telapak tangan Shizuka yang dingin dan basah ada di wajahnya masih terus membimbing dirinya untuk menyentu dan menandai bagian tubuh Shizuka yang mana saja. Menarik sang lelaki dan membimbingnya untuk kembali mendekat. Akashi merendahkan tubuh, menempelkan bibirnya untuk membentuk sesuatu di bagian kulit sang gadis. Melakukannya berulang, di tempat yang sedikit berbeda di wilayah bahu dan atas dada.

Kimono semakin dikendurkan, bahu mungil itu terlihat dari bayang-bayang cahaya lilin yang temaram. Semakin diturunkan kain pelindung tubuh, hingga terbukalah bagian perut.

The Prince's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang