42. Bimbang

1.5K 114 69
                                    

BAB XLII
Bimbang

Musim mulai berganti, daun-daun berubah warna menjadi oranye dan cokelat pun berjatuhan tiada henti. Satu demi satu, hingga merontokka pohon-pohon yang berjejer rapi di sekitar jalan desa. Penduduk yang dahulu sering berada di sawah dan kebun, kini berbondong-bondong pergi ke luar desa untuk menukarkan hasil panen mereka dengan bahan pokok lain. Seperti kentang-kentang dengan sekarung tepung atau padi-padi mereka dengan sekarung kacang kedelai atau juga menukarkannya dengan koin-koin emas dan perak.

Menjual hewan ternak, telur-telur dan ikan-ikan di tambak. Desa Kitsune memang sangat subur dan sering jadi incaran para pedagang untuk mendapatkan koin-koin emas.

Dari arah pegunungan, satu-satunya rumah peninggalan Tabib Tua kini dihuni oleh sang cucu yang dijadikan tempat penampungan anak-anak yang sudah kehilangan orang tua mereka. Dengan bantuan dari sang guru yang merupakan Miko di desa ini, Shizuka pun bisa memberikan pelajaran-pelajaran keagamaan kepada anak-anak desa.

Ayoko dan Migumi salah yang merupakan anak perempuan terbungsu di kediaman Shizuka pun sedang asik belajar menghafalkan Sutra bersama Miko Rieshi. Mereka duduk berjejer di teras, satu persatu menghafalkannya. Sambil menunggu hidangan camilan di waktu sebelum petang.

Hana, Kiro dan Eriko yang merupakan kakak tertua berusia kisaran sepuluh sampai dua belas tahun pun sedang asik membuat bubur ketan hitam. Hana sedang mengaduk kudapantersebut, sementara Kiro sedang mengatur api yang ada di tungku. Eriko sendiri sedang mengupas dan memotong telur rebus yang baru saja matang menjadi dua bagian bersama Shizuka yang menyiapkan mangkuk-mangkuk dan sendok.

"Nechaaan! Nechaaan!" Ayoko menghampiri sambil berlari-lari ke dalam, Shizuka yang mendengarnya pun lantas berdiri. Menatap sang anak dan berlutut untuk menyamakan tinggi mereka.

"Iya, ada apa, Sayang?" senyuman menghiaskan wajah Shizuka.

"Itu, Miko-sama bilang, ada elang yang terus bertengger di dekat kolam. Besar sekali, padahal sudah diusih Miko-sama, tetapi terus kembali lag, terus, terus dan terus, Nechan."

Dengan ekspresi girang, kagum dan girang, Ayako menjelaskannya, lengkap dengan tangan yang menirukan elang yang terus terbang dan bertengger di dekat kolam.

Menyadari sesuatu, Shizuka pun lantas keluar rumah, ia ingin melihat apakah elang itu memang pengirim pesan.

"Ah, Shizuka. Aku sudah berusaha mengusirnya, tetapi kelihatannya dia masih berbetah untuk bertengger di tepi kolam. Kalau begitu kita biarkan saja."

"Iya, Reishi Shihou, saya hanya ingin mengecek." Lantas, Shizuka pun memakai sepatu jeraminya. Ia berjalan dan menuju kolam yang berada di depan pekarangan rumah. Di sana dengan matanya Shizuka menemukan seekor burung elang seperti yang diceritakan Ayako dan Reishi. Membuatnya terkesima karena mengenali elang tersebut.

Menyadari kehadiran Shizuka, sang elang langsung mengepakkan sayapnya dan mendekati Shizuka yang masih terdiam.

Mengingat Ryunosuke yang pernah berinteraksi dengan elangnya, Shizuka pun mencontoh. Menaikkan lengannya menjadi tempat untuk elang itu bertengger, kimono yang tebal karena musim gugur membuat Shizuka tak merasa sakit saat kuku sang elang mencengkeram lengannya.

Sebuah gulungan surat kecil ada terikat di pergelangan kaki sang elang, kemudian Shizuka menggunakan tangan yang satunya untuk mengambil. Saat membuang lengannya setelah mendapatkan surat, sang elang tak langsung mengepakkan sayap, namum kembali bertengger di dekat kolam.

"Eh, jadi kau menungguku untuk membalas surat ini dahulu baru kau pergi ke tempat tuanmu, begitukah?"

Bibir sewarna ceri tersenyum, Shizuka lantas masuk dan menuju kamarnya untuk membaca surat yang ada di genggaman tangan.

The Prince's SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang