"Ngapain gue nyariin lo! Gak guna! Cuman buang waktu gue doang!" Dumel Vena sambil menonjok-nonjok samsak yang tersedia dibalkon kamarnya. Mata Vena benar-benar sembab, karena dari sore hingga malam dirinya menangis karena Adam.
"Ngapain gue ngawatirin lo! Dasar Adam kurang aja! Gue kesel sama lo! Gue kesel! Gue kesel!! GUE BENCI LO ADAM!" Vena membabi buta menonjoki samsak.
Tok..tok..tok
Ketukan pintu membuat Vena memberhentikan aksi tonjoknya sesaat, "Sayang, ada temen kamu dibawah. Cepet temuin" itu mama Vena. Untung saja Mama Iren tidak mengetahui bahwa mood Vena sekarang kurang baik. "Iya ma,".
Vena segera memperbaiki penampilannya seapik mungkin supaya mamanya tidak curiga. Setelah itu Vena segera menemui tamu yang mencari dirinya.
"Samudra? Kok lo bisa tau rumah gue?"
"Lo tadi jalannya cepet banget, gue aja sampek nyariin lo. Lo tadi naik apa? Kok gue bisa kehilangan jejak lo?" Bukannya menjawab pertanyaan dari Vena, Samudra malah balik bertanya.
"Sorry, tadi gue buru-buru banget soalnya perut gue sakit. Tadi gue lewat gang dalem kok" ujar Vena yang sebenarnya itu adalah kebohongan.
Lo gak bisa mbohongin gue, gue tau semuanya Ven, Batin Samudra.
"Tangan lo! Lo habis berantem?!" Tanya Vena saat menyadari jika tangan Samudra memar. Samudra hanya menjawab dengan senyuman.
"Jawab Sam! Lo berantem sama siapa? Kenapa lo berantem?!" Semprot Vena karena tidak mendapat jawab yang pasti dari Samudra.
"I fight for you"
🍰🍰🍰
KAMU SEDANG MEMBACA
Swish
Short StoryLavena Radin Bramasta "Kata orang... Adam itu misterius... Dan kejam... Namanya aja gak sesuai dengan sikapnya. Tapi gue sayang Adam, dan gue takut Adam gak sayang gue" Adam Shafiq Malik "Kata orang... Vena itu anaknya hiperaktif... Petakilan... Tap...