Vena tengah berjalan menuju sekolahan seorang diri, biasanya dia naik angkutan umum. Sayangnya uang saku Vena mulai menipis, jadinya dia memilih untuk jalan kaki saja. Toh jarak rumah ke sekolahan tidak begitu jauh, tapi langkahnya terhenti saat melihat Adam tengah bersender pada gerbang sekolahan. Adam berangkat sepagi ini?.
"Adam?" Vena sedikit memastikan.
"Vena! Ven, gue bisa jelasin semuanya Ven" ucap Adam yang langsung menggenggam kedua tangan Vena.
"Muka lo kenapa babak belur? Lo habis berantem sama siapa?!" Tanya Vena tersirat nada khawatir.
"Gue pantes dapetin ini, Ven gue bisa jelasin semuanya ke lo. Cewek kemarin yang lo liat itu bukan pacar ataupun gebetan gue, dia kakak ipar gue Ven. Kenapa beberapa hari lalu gue gak masuk? Bukan karena penolakan mentah-mentah lo ke gue, melainkan gue ada sedikit problem sama keluarga gue. Sorry, gue udah bikin lo khawatir dan sakit hati. Gue bener gak ada niatan bikin lo kayak gitu," jelas Adam, terlihat dari sorot mata Adam bahwa tidak ada kebohongan sama skali dari semua ucapannya.
"Tapi lo udah ngelakuin itu Dam, lo udah dua kali nyakitin gue tanpa lo sadari" suara Vena sedikit bergetar menahan isakan.
"Sorry Ven," ucap Adam mengangkup kedua pipi Vena, saat itu juga tangisan Vena pecah.
"Gue gak bakalan ngulangin itu lagi, gue janji. Jangan nangis lagi,"
"Lo-lo berantem sam-sama Sam-Samudrakan?"
"Gue pantes dapetin ini kok" detik itu juga Adam membawa Vena dalam pelukkannya.
🍰🍰🍰
KAMU SEDANG MEMBACA
Swish
Short StoryLavena Radin Bramasta "Kata orang... Adam itu misterius... Dan kejam... Namanya aja gak sesuai dengan sikapnya. Tapi gue sayang Adam, dan gue takut Adam gak sayang gue" Adam Shafiq Malik "Kata orang... Vena itu anaknya hiperaktif... Petakilan... Tap...