Vena tengah duduk pada ayunan yang tersedia dibalkon kamarnya. Jangan tanya bagaimana kabar Vena dengan Adam. Sejak saat kejadian di toilet, Vena mati-matian menghindar dari Adam. Walaupun hati kecilnya merindukan sosok itu.
"Hai!"
"Samudra?! Lo kok bisa ada disini? Sejak kapan?"
"Wes, santai dong mbak kalau nanya. Gue baru aja sampek, lo sih kebanyakan ngelamun. Untung yang dateng gue, bukan setan"
Samdura duduk disamping Vena, Vena tidak membalas ucapan Adam. Dirinya sibuk menatap langit malam yang begitu indah.
"Ven, lo jangan galau kek gini terus ya" pinta Samudra.
"Galau? Siapa yang galau?"
"Gak usah muna deh, gue tau kali kalau lo masih sayang banget sama Adam"
"Sejak kapan gue gak pernah gak sayang Adam?"
"Eh? Maksudnya?" Bingung Samudra.
Vena tak menjawab, dia asik menatap binatang dilangit malam.
"Kalau diajak ngomong itu, tatap orangnya. Bukan natap yang lain" ujar Samudra yang sedikit gemas dengan Vena.
Vena kini mantap Samudra, "Gimana ya rasanya jadi bintang? Terbebas dari segala hal yang menyangkut perasaan" ujar Vena.
"Jangan terlalu berhayal untuk jadi bintang malam. Belajar dari hal sederhana dulu, ya kayak lo ngerasain hati orang yang sekarang ada dihadapan lo" ujar Samudra.
"Sorry Ven, kalau gue lancang ngungkapin perasaan ke lo dengan cara yang malah bikin lo malu. Sorry, kalau gue suka sama lo"
"Suka itu hal yang muncul secara alami dan tanpa adanya dorongan dari pihak manapun. Kecuali, hati lo"
🍰🍰🍰
KAMU SEDANG MEMBACA
Swish
Cerita PendekLavena Radin Bramasta "Kata orang... Adam itu misterius... Dan kejam... Namanya aja gak sesuai dengan sikapnya. Tapi gue sayang Adam, dan gue takut Adam gak sayang gue" Adam Shafiq Malik "Kata orang... Vena itu anaknya hiperaktif... Petakilan... Tap...