Setelah mendapat pesan bahwa gurunya ditemukan meninggal di sekolah, pada malam itu juga, Mark, Sohye, dan Jihoon langsung meluncur ke TKP, alias sekolahnya. Meninggalkan Doyeon, Yeri, dan Tzuyu yang masih shock di rumah sakit.
Persetan dengan kejadian seminggu lalu, tapi kali ini mereka kepo berat.
Dan rasanya sayang banget kalau gak melihat ramainya sekolah yang diplesteri oleh garis kuning polisi yang keren itu."Sumpah ini sekolah kita?" Celetuk Mark sambil celingukan melihat suasana yang ramai namun mencekam.
Kini orang-orang yang sibuk berlalu lalang di gedung itu bukanlah siswa. Melainkan segelintir polisi, petugas rumah sakit, beberapa anggota guru, bahkan warga-warga yang kepo sambil bergosip di sudut-sudut tempat.
Bangunan tua yang kalau siang dibenci sebagian murid —lantaran karena bagunan itulah mereka semua harus bangun pagi. Dan sudut-sudut ramai yang biasanya ditongkrongi siswa siswi dari yang berpenampilan rapi, sampai aut-autan itu, kini terlihat sangat menyeramkan.
Pilar-pilar tinggi yang berjejer, dengan tembok yang sudah kotor akibat tidak di cat ulang, bahkan sampai bangku karatan depan yang biasanya ditongkrongi anak-anak untuk menindas orang, sekarang terlihat seperti pemanis untuk suasana yang seram ini.
"Iya ini SMA apa rumah hantu dufan sih? Kok serem amat?" Ujar Sohye polos. Lalu dibalas senggolan dari Jihoon yang berada di kirinya,
"Heh ngawur. Di datengin, lo."Sohye hanya bergidig.
"Lah itu pak Yono" tunjuk Mark ke arah satpam yang tengah mengusir ibu-ibu kepo yang mulai menerobos masuk dari pagar sekolah.
Dan bodohnya, di situasi seperti itu, Mark malah cengengesan lalu melambai, "PAK YON!"
Merasa ada yang memanggil, Pak Yono menoleh. Tapi raut mukanya sedang tidak baik. "NGAPAIN KAMU DISINI? PULANG AJA BAHAYA," teriaknya dari ujung sana.
"Idih diusir" dengus Mark kesal karena sudah diteriaki untuk pulang.
Bahaya? Apanya yang bahaya?
"Ya elo bego ngapain teriak-teriak" kata Jihoon sambil menoyor kepala Mark.
"Napak gak?" Tanya Sohye, mengingat kejadian minggu lalu.
"Napak, bego. Suaranya melengking jelek begitu, setan mana yang bisa niruin?" Ujar Mark sambil menggaruk hidungnya yang gatal.
"Lagian rame gini ya, setan emang berani keluar? Nanti kepergok gak napak, malah digebukin warga" lanjutnya.
"Heh. Gini gini, ini tuh tempat orang baru mati kali. Ngomong lo ati-ati" tambah Jihoon sambil bergidig.
"Meninggal." Koreksi Sohye.
"Iya buset ampun gue ngomongnya di ayak deh" gumam Mark sambil mepet-mepet kedua sahabatnya itu.
Mereka lagi sibuk celingukan, sampai sesuatu menarik perhatian mereka.
"Eh eh itu itu liat yang baru keluar!" Tunjuk Mark ke arah segerombolan pegawai berbaju putih yang sedang berlari sambil mengangkat sebuah tandu yang diatasnya terdapat seseorang —atau sesuatu— yang ditutupi kain putih.
"Itu pak Changmin?" Bisik Sohye pelan ke arah Mark dan Jihoon.
"Gak tau, itu dada ke atas ketutupan masmasnya. Duh. Minggir dong mas!" Ujar Mark dengan suara tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Cursed : school -99 Line
FanfictionLo mau denger kisah seram tentang sekolah kita gak? Genre; horror/mystery/thriller [fanfiction] 600-1000+ words/chapter. Highest Rank: #9 in Mystery/Thriller