Play the song while reading this chapt~
Mark Lee termenung di tempatnya. Pandangannya kosong menatap batu yang tertancap di gundukan tanah itu.
Disaat semua orang berlalu lalang dengan tersedu-sedu, Mark hanya terdiam disitu, dengan segala macam kenangan yang berputar di kepalanya.
Langit menggelap, menandakan hari akan hujan, menandakan dunia juga kut bersedih atas kepergian Tzuyu.
Mark tidak habis pikir. Semua ini begitu mendadak. Tidak ada yang menyangka kematian sedekat ini dengannya. Bahkan sampai sekarang Mark masih belum percaya sepenuhnya dengan apa yang ia lihat.
Gundukan tanah yang dipenuhi taburan
Bunga, baginya itu hanya skenario halusinasi kepalanya. Mungkin beberapa hari setelah kejadian ini Mark akan masih terngiang sosok Tzuyu dan masih menyangkal semua ini. Mungkin juga, Mark akan merasa setengah hidup karena sebagian dari dirinya telah hilang.Namun tidak bagi teman-temannya. Mereka pasti akan senantiasa menyadarkan Mark pada kenyataan yang ada. Kenyataan bahwa salah satu diantara mereka telah pergi. Kenyataan bahwa "merelakan" adalah kata yang tepat untuk ditelan kali ini.
Langit menitikkan air yang membuat jas hitam Mark basah. Tapi hal itu tidak membuatnya bergeming. Matanya masih menatap batu bertuliskan nama orang yang ia sayang tersebut. Ia tidak peduli pada air hujan yang membasahi seluruh tubuhnya, hatinya terlalu pedih, sampai ketika hujan membasahi seluruh wajahnya, Mark ikut menitikkan air matanya dalam diam.
Disebelah kanan Mark terdapat Doyeon dan Yeri yang berpelukan sambil tersedu. Sementara disisi kirinya ada Sohye yang menangis dipelukan Jihoon.
Mereka semua basah oleh hujan, sementara para pengantar lain telah pergi meninggalkan batu itu bersama mereka.
"Mark, ayo ke mobil. Hujan." Dari belakang, Lucas menepuk bahu sepupunya dengan pelan. Tangannya membawa payung hitam yang melindunginya dari hujan. Tapi Mark masih mematung disitu, larut dalam pikirannya sendiri.
"Ayo pulang," kata Jihoon pelan, sambil menoleh pada teman-temannya. Yang lain mengangguk, kecuali Mark. Lalu perlahan Jihon, Yeri, Doyeon, dan Sohye meninggalkan Mark dan Lucas ditempat itu.
Lucas sangat tahu rasanya ditinggal. Maka dari itu Lucas sangat mengerti perasaan sepupunya. Setelah ini, yang Lucas harapkan adalah kesadaran seutuhnya dari Mark. Bahwa hidup masih berharga, bahwa ia masih memiliki banyak orang yang menyayanginya.
Tapi, Lucas tahu, "life must going on." Tidak baik bagi Mark untuk berlama-lama ditempat ini.
Lucas menghela nafasnya, lalu berdeham, "Dude, i'm so sorry, tapi lo harus pulang sekarang. Biar dia istirahat. Ayo?"
Mark lagi-lagi tidak mengindahkan sepupunya. Pandangannya masih kosong tertuju pada batu itu. Tapi Lucas tidak memaksa. Lucas hanya bisa terdiam menemani Mark disana untuk beberapa lama. Cukup lama, sampai akhirnya Mark berbicara untuk pertama kalinya dihari itu.
"Lo tau, bahkan gue belom nyatain perasaan gue ke dia." Kata Mark datar. Matanya masih menatap batu itu dengan kosong.
Lucas mengangguk kelu, "gak perlu lo nyatain, dia pasti tau kok kalau lo sayang sama dia. Dia juga pasti tau kita semua sayang sama dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Cursed : school -99 Line
FanfictionLo mau denger kisah seram tentang sekolah kita gak? Genre; horror/mystery/thriller [fanfiction] 600-1000+ words/chapter. Highest Rank: #9 in Mystery/Thriller