2 ❤ : Two

750 92 4
                                    

Plakk

Raya menghentikan langkah kakinya mendengar sebuah tamparan keras mendarat di pipi seseorang.

Gadis yang hendak meletakkan barang yang tak terpakai di kelasnya ke gudang itu mengintip di balik tembok melihat siapa yang menampar dan siapa yang ditampar.

Kedua matanya melotot melihat Mondy memegangi pipinya dan menunduk. Sedang di depannya seorang pria berpakaian rapi sangat berwibawa memarahi Mondy.
Orang itu--Ayahnya.

"Kalau sampai nilai ujian kamu lagi-lagi buruk. Papa terpaksa akan memecat guru-guru disini karena gak becus didik kamu. "

"Pa! Yang nilainya buruk itu aku! Apa urusannya sama mecat guru!"

"Biar kamu ngerasa bersalah! Dihantui rasa bersalah karena gara-gara kamu mereka kehilangan pekerjaan!"

"Paa."

"Pikir kata-kata papa! Tugas kamu hanya belajar dan dapat nilai Bagus!"

Ayah Mondy yang bernama Pradana Caesar itu menghela nafas kasar lalu pergi meninggalkan Mondy.

Reflek Raya menarik tubuhnya menempel tembok agar tak ketahuan. Setelah Pradana sudah berjalan melewati tembok yang ia tempeli, segera Raya melangkah untuk lanjut menuju gudang.

Otomatis Mondy bisa melihat Raya. Pintu gudang itu ada tepat di belakang Mondy berdiri.

Berlaga cuek seakan tak melihat kejadian barusan--Raya terus melangkah ke pintu.

"Minggir." Ucap Raya mencoba sebiasa mungkin.

Mondy melirik sinis Raya kemudian melangkah cepat hingga menyenggol bahu Raya membuat barang bawaan Raya terjatuh berantakan.

Raya menggigit bibir bawahnya kesal--bertambah kesal menoleh ke belakang Mondy terus berjalan tanpa rasa bersalah.

Gadis itu ngedumel sendiri sambil mengambil lagi barang-barang berupa buku-buku hingga penggaris rusak di kelasnya.

"Nyaris gue kasihan sama tu cowok! Gajadi kasihan gue gajadi!!"
"Makhluk ngeselin gitu pantes lah di tampar-tampar bokapnya. Gue team bokapnya sumpah!"

"DOR"

Brakk.

"Ishh." Raya berdiri bersiap memarahi orang yang mengagetinya hingga barang-barangnya kembali berceceran di lantai.

Tak hanya marah--bahkan ingin memakan hidup-hidup setelah melihat orang itu adalah Kevin.

"AW" Rintih Kevin ketika Raya menendang bokongnya. Cowok itu mengelus bokongnya yang nyeri.

"Lo beresin nih! Trus masukin ke gudang!" Bentak Raya kemudian meninggalkan Kevin.

"Yah ray.. Kok di tinggal sih." "Halah..."
Kevin mengekor Raya.

Raya berbalik memelototi Kevin yang mengikutinya.
"Beresin nggak?!"

"Ck. Iya-iya."
Kevin memelas lalu terpaksa kembali dan memunguti barang-barang yang berceceran di dekat kakinya.

Kevin berubah menjadi penurut ketika Raya sudah membentaknya untuk melakukan sesuatu. Lagian ini juga salah dia.

Raya berjalan cepat menuju kelasnya. Melewati ruang perpustakaan yang sepanjang koridor tak banyak siswa--Raya memandang sinis Mondy yang baru keluar dari perpustakaan.

"Anak kurang ajar emang pantes ditampar bokap sih." Sindir Raya pelan ketika melewati Mondy.

Sindiran pelan itu jelas terdengar di telinga Mondy. Mungkin bagi Raya itu lelucon. Tapi bagi Mondy--kata-kata Raya berhasil menusuk hatinya yang terdalam.

Kali PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang