"Jangan berdiri. Duduk lagi." Perintah Raya pada Mondy.
Mondy menaikkan alisnya mendapati Raya melarangnya berdiri padahal bel istirahat berbunyi dan ia ingin ke kantin bersama Raya.
"Lo gausah ke kantin. Biar gue aja yang beliin dan makan di kelas." Lanjut Raya.
Mondy berdiri. "Emang kenapa?"
"Gapapa. Udah pokoknya tunggu sini aja gausah ke kantin." Raya menekan bahu Mondy untuk kembali duduk.
Mondy semakin tak paham. "Jawab dulu kenapa?"
"Gapapa mon. Tunggu sini aja oke."
Mondy menahan lengan Raya. "Jawab dulu kenapa?" "Lo malu gue temenin?"
"RAYA TAKUT LO DISAMPERIN MANTAN GEBETAN LO LAGI." Sahut Reva yang sedari tadi di ambang pintu menunggu Raya yang tak kunjung selesai ngomong sama Mondy.
Raya melirik kesal ke Reva. Sedang Mondy menyeringai.
"Oowh gituu, Oke gue disini aja." Kata Mondy yang lalu duduk. "Emang susah sih punya pacar ganteng."
Raya berdecak pelan. "Pede." Kemudian berbalik dan pergi. Meninggalkan Mondy yang terkekeh.
Raya melangkah cepat menyusul Reva yang sudah jauh di depan. Kini mereka sejajar. "Ember banget sih lo." Tukas Raya ke Reva.
"Salah siapa lama." Jawab Reva. "Gatau gue udah laper banget apa." Lanjutnya.
Tak menjawab, mereka berdua kini sudah sampai di kantin dan membeli makanan. Reva beli nasi untuk ia makan di kantin. Sedang Raya pesan dua cilok dan dua minuman untuk ia bawa ke kelas.
"Bye rev." Pamit Raya pada Reva berbalas senyum terpaksa.
Baru beberapa langkah Raya melangkah, badannya sedikit tertabrak oleh badan seseorang. Seseorang itu membawa segelas es coklat hingga tumpah mengenai seragam Raya.
"Eh sorry." Ucap seseorang itu yang tak lain adalah Sintya.
Raya memicingkan matanya. "Lihat-lihat dong kalau jalan." Ucapnya ketus.
"Kok lo nyolot sih, biasa aja kali. Gue juga udah bilang sorry." Balas Sintya.
"Siapa yang nyolot? Emang cara gue ngomong juga kyak gitu." Raya membela diri.
"Yaudah sih gausah melotot-melotot juga kali." Sintya masih tak terima.
"Lah mata-mata gue, terserah gue lah. Udah salah ngeyel lagi. Gara-gara lo ni baju gue basah."
"Sok banget sih lo jadi cewek. Heran gue kenapa Mondy bisa nyantol sama lo daripada gue."
"Masih nanya? Ya karena gue lebih cantik dari lo lah. Minggir." Ia menyenggol bahu Sintya dan melangkah pergi dari kantin dengan rasa dongkol.
Sintya menaikkan ujung bibirnya tersentak mendengar ucapan Raya. Dia terlihat sangat kesal sekarang. Ini pertama kalinya Sintya merasa terhina soal masalah cantik. Sintya adalah salah satu gadis tercantik di SMA. Entah moodnya juga sedang buruk atau bagaimana, intinya ia tak terima Raya berkata demikian. Sintya pun menyusul langkah Raya.
Raya menghentikan kakinya tiba-tiba Sintya berdiri di depannya. "Ngapain lo ngikutin gue?" Tanya Raya.
"Lo ngaca dong, dari sudut manapun tetep cantikan gue daripada lo."
Raya menghela nafas. "Lo nyusul gue cuma gara-gara itu?"
"Iya. Karena gue enek sama kesombongan lo. Sombong bisa pacaran sama Mondy! Bahkan sekarang sombong banget ngomong kalau lo lebih cantik dari gue."
![](https://img.wattpad.com/cover/117238830-288-k415797.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Pertama
Teen FictionJatuh cinta dengan cewek lain saat sudah mempunyai pacar itu rasanya.. Tanyakan pada Boy, dia mengalami itu. Jatuh cinta dengan cewek yang selalu membuatnya marah itu rasanya.. Tanyakan pada Mondy, dia mengalami itu. 💞 Kali pertama mengenal Cinta...