18 ❤ : Eighteen

566 90 3
                                    

"Hati-hati Rev." Ucap Raya sembari melambaikan tangan pada Reva.

Reva mengangguk serta membalas lambaian dan teriakan hati-hati dari Raya. Kemudian melajukan motornya dengan laju sedang setelah ninja merah di depannya sudah melaju. Ninja merah milik siapa lagi kalau bukan milik si ketua OSIS, Boy. 

Reva sengaja mengikuti Boy. Dia akan mengerjakan tugas yang harus di selesaikan bersama dengan Boy. Menerima tawaran Boy agar mengerjakan di rumahnya, selain bisa mengerjakan  dengan santai disana juga wifi -nya lancar. Mantap.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Boy. Hanya lima belas menit sampailah di salah satu rumah di perumahan elit berpagar hitam tinggi ber-nomor 6. Rumah keluarga Wirawan.

Setelah pagar terbuka otomatis bukan oleh mesin namun oleh tangan satpam. Langsung saja Reva masuk bersama motornya masih di belakang Boy.

"Masuk Rev." Basa-basi Boy mempersilahkan Reva masuk ke rumahnya.

Reva sedikit mengangguk lalu melangkah hendak masuk ke rumah Ketua OSIS nya itu. Mewah. Kesan pertama Reva saat menginjakkan kakinya selangkah dari pintu yang dibukakan Boy.

"Duduk rev." Pinta Boy.
"Bentar ya aku ke kamar ambil laptop." 

"Iya." Jawab Reva kemudian duduk sembari melihat Boy berlari menaiki tangga.

Tak bosan-bosan Reva menelusuri pandangannya melihat seluruh interior rumah Boy. Sesekali Reva  tersenyum melihat beberapa foto kecil Boy yang terpajang di beberapa dinding. Lucu dan imut. Berbeda dengan sekarang, Boy yang keren, dan smart.

Pandangan Reva tiba-tiba teralihkan ke sudut kiri dibalik tembok. Kedua mata Reva sempat memicing seperti merasa ada seseorang yang melihatnya. Namun tidak ada orang ketika ia amati lagi. Mungkin salah lihat batin Reva.

Dia kembali duduk tenang lalu mengambil majalah yang ada di atas meja. Dibukanya majalah itu untuk mengisi kekosongan menunggu Boy keluar dari kamar.

Baru beberapa detik asik membaca artikel di majalah tersebut, Reva lagi-lagi merasakan ada yang mengintipnya dari arah tembok dekat tangga. Setelah Raya fokuskan melihat kesana lagi, nyatanya juga tidak ada orang. 

Menghela nafas. Membuang pikiran menduga-duga. Reva kembali membaca majalah di tangannya. Majalah bisnis yang pasti milik papa nya Boy kalau Reva tebak. 

Dug.

Reva tak salah dengar. Seribu rius percayalah ia mendengar suara orang membentur tembok. Pasti benar ada yang memperhatikan dia sedari tadi. Pikir Reva. Alhasil ia pun penasaran dan bangkit dari duduknya. Dengan langkah ragu dan pasti, Reva melangkah pelan menuju arah suara tersebut.

Tinggal beberapa langkah lagi ia berhasil menuju ke tempat mencurigakan tersebut dan melihat siapa sosok dibalik tembok yang mengintipnya. Masih dengan langkah pelan Reva memajukan kakinya. Penuh rasa penasaran dan curiga yang meninggi. Kalau Reva tak salah lihat, dia sempat melihat samar yang mengintipnya cewek kurus berkepang dua.

"REV"

Kaget. Astaga suara panggilan Boy berhasil mengagetkan dan menghentikan langkah kaki Reva.

Reva memutar tubuhnya melihat ke atas dimana tangga menjulang tinggi dan disana ada Boy yang menuruni anak tangga menuju ke bawah. 

"Lo mau kemana?" Tanya Boy masih di sela langkahnya.

Reva memajukan langkahnya menghampiri anak tangga paling bawah bersamaan Boy sampai juga di bawah. 

"Gak kemana-mana, cuma penasaran." Jawab Reva.

"Penasaran? Penasaran apaan?" Tanya Boy tak paham.

Kali PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang