17 ❤ : seventeen

615 89 17
                                    

Tet.. Tet..

Bel istirahat terdengar begitu merdu di telinga para murid yang jenuh dengan pelajaran. Semua seketika bahagia dan bersiap berhamburan keluar kelas seperti ke kantin misalnya. Atau hanya sekedar ke kamar mandi misalnya. Atau bisa juga cuma di kelas menyandarkan kepala di meja misalnya. Sangat beragam sekali.

Raya memutar tubuhnya untuk melihat ke bangku belakang. Baru mau membuka mulut mengajak ke kantin si pemilik bangku yang tak lain adalah Kevin itu sirna. Bibir Raya kembali tertutup mendapati Kevin malah berdiri dan melangkah pergi melewati Raya tanpa permisi tanpa melirik.

"Sabar."

Raya menghembus nafas lelah dan memang hanya bisa sabar seperti yang Reva ucapkan padanya barusan.

"Noh pacar lo nungguin." Ucap Reva lagi, memainkan dagu menunjuk Mondy yang berdiri di ambang pintu melihat Raya yang masih duduk dengan wajah tertekuk.

Raya menoleh ke ambang pintu lalu mengukir sedikit senyum pada Mondy yang masih melihatnya. 

"Lo gak ke kantin?" Tanya Raya pada Reva.

Reva menggeleng. "Kan gue bawa bekel."

"Oh ya sih." Ucap Raya sembari mengangguk. Kemudian berdiri dan jalan menghampiri Mondy.

Mondy memasukkan dua tangannya di saku celana dan melangkahkan kaki menyamakan langkah Raya. Berjalan beriringan menuju ke kantin. 

Sesampainya di kantin yang super duper ramai namun beruntunglah masih tersisa bangku yang kosong. Raya dan Mondy segera duduk disana.

"Mau apa? gue pesenin." Tanya Mondy.

"Pengen bakso..." Jawab Raya.

"Oke sip wait."

Baru sedetik duduk. Raya tiba-tiba melirik bu kantin yang berjualan snack. Bukan tertarik dengan ibu kantinnya, tapi pengen beli snacknya. Alhasil dia berdiri dan jalan kesana.

Saat Mondy kembali, cowok itu menyerngitkan dahinya melihat Raya tak ada di meja. Kemudian menoleh kanan--kiri ternyata pacarnya sedang berdiri memilih snack untuk dibeli. Mondypun segera duduk.

"Mondy?"

Mondy mendongak melihat ke arah suara. Suara cewek berambut hitam lurus sedang tersenyum dan juga sedang membawa semangkuk mie dan minuman.

"Kosong kan? gue duduk ya."

Belum sempat Mondy menjawab. Cewek itu dengan santai dan lancangnya duduk di depan Mondy yang notabennya adalah tempat duduk Raya.

"Kok lo tumben di kantin? mimpi apa? biasanya juga nitip temen."
"Oh iya, kok lo sekarang gapernah bales wa gue lagi sih mon? biasanya gak pernah absen bales padahal."
"Jangan-jangan gosip lo udah punya pacar itu bener? Jahat banget lo ma gue mon. Seorang Sintya lo pehapein." Cewek itu manyun. Ya, namanya Sintya.

Mondy menghela nafas berat, lalu menoleh datar ke Sintya. "Lo bisa pergi gak?"

Sintya menaikkan alisnya kaget. "Eh sorry ya gue cerewet. Gue diem deh." Lanjut makan.

"Bukan karena lo cerewet. Tapi itu bukan tempat duduk lo!. Itu tempat.."

"Itu tempat gue."

Seketika Sintya dan Mondy menoleh ke arah suara. Suara Raya yang berdiri di samping dekat Mondy dengan tatapan mematikan.

Sintya menyerngitkan dahinya. "Tempat lo?"

"Iya tempat gue." Raya sinis.

Sintya tersenyum smirk. "Jadi lo pacarnya Mondy?"

Kali PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang