5. Dianya ditabrak :(

1.7K 178 14
                                    

*Tessa pov
Tiba-tiba aku terbangun diatas kasurku. Padahal seingatku, aku tertidur didalam mobil Hazza. Jangan bilang kalau Hazza yang menggendongku?

Secepat mungkin aku langsung bangkit menuju kamar Hazza, mengetuk pintunya dengan tidak sabaran.

Cklek!

Suara pintu terbuka. Memperlihatkan pria keriting berdiri di depan pintu dengan kaos putih polos andalannya dan celana pendek hitam.

"Apa?" Suara Hazza yang begitu terdengar seperti baru bangun tidur.

"Lu yang bawa gue ke kamar?"

"Hm" Sambil menaikan kedua alisnya lalu langsung menutup pintunya kembali.

Hampir saja batang hidungku terkena pintu. Dasar Hazza keriting!

Lalu aku pun turun menonton tv sambil menyantap sarapan yang ada ditanganku. Tak lama aku menikmati semua ini sendirian tiba-tiba Hazza turun dari kamarnya. Aku melirikkan mataku sedikit ke arahnya, tampak matanya juga melirik ke arahku sekilas.

Kemudian ia mengambil segelas air putih lalu ikut duduk disebelahku. Dengan tatapan cueknya dia mengganti channel TVku.

"Weh!" Suaraku yang terdengar seperti seruan. Aku langsung merebut remot TVku kembali dari tangannya dan mengembalikkan channelnya seperti awal.

Hazza hanya menatapku tanpa ekspresi. "Senyum tau masi pagi juga" aku menarik kedua sudut bibirnya.

Tapi tetap saja dia tidak bergeming.

"Astaga punya suami gini amat" ucapku lalu kembali menonton acara tv.

Tanpa disadari tiba-tiba Hazza bernyanyi. Wajahnya benar-benar datar sekali sambil pandangan menatap ke arah TV.

"You and i, we don't wanna be like them we can make it till the end, nothing can come between, you and i not even the gods above can separate the two of us. No nothing can come between you and i. Oh you and i" suara Hazza yang sedang bernyanyi. Suaranya benar-benar cantik sekali. Aku saja sampai menikmati nyanyiannya tadi.

"Lagi dong hehe" ucapku membuat Hazza langsung menoleh, menaikan sebelah alisnya membuatku semakin greget melihat wajahnya.

"Lagi..."

"Lagunya untuk Kendall sama gue bukan untuk lo, jadi gak ada pengulangan" katanya dengan ketus, yang langsung membuat rasa sesak didadaku. Ntah mengapa kata-kata itu begitu sangat sakit.

Padahal baru saja kemarin dia bersikap baik padaku. Aku kira dia seterusnya akan bersikap baik seperti itu.

Tapi ternyata tidak, dia kembali seperti Hazza yang pertama kali kukenal.

"Gue mau ke Mini market depan nih" sambil berdiri dari sofa, aku menatap ke arah Hazza. Dengan penuh harap ia mau mengantarkanku.

"Yaampun diem doang, bilang apa kek gitu, sini Tessa biar gue anterin" batinku menggerutu.

Tidak ada sama sekali tanda-tanda Hazza ingin mengantarku. Aku pun langsung berjalan kearah pintu dengan pelan.

Kuharap Hazza akan memanggil namaku lalu mau mengantarkanku.

Ngarep banget yak.

Sudah 3 langkah namun Hazza tidak juga memanggil namaku.

Jangan ngarep banget napasi.

"Sa" dengan suara berat khasnya membuatku langsung membalikan badanku menoleh, mendadak jantungku berdetak kencang.

"Mau kemana?" Tanyanya yang masih terduduk disofa. Ingin sekali aku melemparkan ponsel yang sedang kupegang ini ke kepalanya. Dari tadi aku bicara tidak didengarkan.

"Huffttt sabar...sabar..." aku memejamkan mataku sebelum menjawab pertanyaan Hazza. "Mini market. Napa? Mau nganterin? Kuy lah"

"Gak, gue cuma nanya doang" ucapnya lalu kembali mengalihkan pandangannya ke arah TV.

"Untung cakep"

Sambil mengelus-ngelus dadaku dengan penuh sabar. Aku langsung pergi menuju mini market. Sebanarnya aku juga hanya ingin membeli mie instan dan telur saja sih.

*Harry pov
"Hikssssss" suara tangisan itu membuatku terlonjak kaget, aku pun langsung mengalihkan pandanganku ke sumber suara tersebut.

Dengan plastik yang berisi mie instan ditangannya. Ia tampak terlihat baik-baik saja. Tapi kenapa dia menangis?

"Lu kenapa nangis gitu?" Tanyaku yang langsung menghampirinya. Jujur aku sedikit khawatir dengan Tessa.

Ia menarik ingusnya sebentar lalu menghapus air matanya. "Kucingnya ditabrak. Huaaaaaaaa" tangisannya yang langsung memecah.

"Ck! Alay lo nangis-nangis" kataku yang langsung berkecak pinggang. Aku pikir dia yang kenapa-napa -_-

"Lo yang alay!" Balasnya sambil meletakan belanjaannya diatas meja. "Kucingnya mati bego, kasiannnnn" ucap Tessa lagi sambil memasang wajah cemberut, kelihatannya dia sedikit marah padaku.

Aku melihat dirinya dengan teliti dari atas hingga bawah. Sampai mataku berhenti tertuju pada siku yang sedikit mengeluarkan darah.

"Ini kenapa? Lo jatoh?" Tanyaku, tapi dia hanya diam menatap mataku. Dia tampak menahan rasa sakit saat aku memegang sikunya.

"Jawab gue" dia menganggukkan kepalanya dengan pelan. Tatapan mata birunya masih menatap mataku dengan lembut.

"Bentar gue ambilin betadine"

"Tapi gue gapapa"

"Jangan sepele sama luka"

Aku pun kembali dengan perban dan betadine ditanganku. Lalu membalut lukanya dengan pelan. "Jatoh dimana ini sampe gini?" Tanyaku lagi. Sungguh aku sangat khawatir dengannya sekarang.

"Jatoh...itu nolongin kucing tadi tapi kucingnya gak selamat" jawabnya sambil menatap tanganku yang sedang membalut lukanya.

"Ada ada aja lu, untung bukan lu yang ditabrak" kataku yang masih sibuk membalut lukanya.

"Berarti gue belom dibolehin mati, tar lu kesepian kalo gak ada gue" katanya terkekeh. Aku hanya menggelengkan kepala mendengar ucapannya. Sempat-sempatnya ia berkata seperti itu dengan siku yang baru saja berdarah.

Setelah itu aku kembali duduk didepan tv. "Makasih ya" ucap Tessa dari atas tangga. Aku tersenyum sambil mengangguk.
******
Sebagai reader yang baik vote dunzzz hehe

MY CURLY HUSBAND [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang