POV ADIRA
'Gak lagi, udah cukup selama ini kamu bohongin aku Ger'
Sakit itulah yang hanya ku rasakan saat ini dengan semua kebohongan yang terus di ucapkan Gerry. Tak terasa air mataku mengalir dengan deras seiring dengan ucapan nya yang jelas-jelas adalah kebohongan.
"Ini cincin kamu aku pulangin" sudah cukup kesakitan yang ia berikan. Aku berlari meninggalkannya yang masih menatap cincin yang ku kembalikan menuju taxi yang berada di sebrang jalan.
Tapi tiba-tiba tubuhku terhempas ke sisi jalan dengan sangat keras. Sakit yang menjalari seluruh tubuhku saat ini belum seberapa di banding dengan sakit yang ada di hatiku.
'Tuhan aku sulit bernafas apa ini akhir dari segalanya'
Dadaku terasa sesak hingga sulit untuk bernafas. Saat aku merasakan tangan seseorang yang meletakan kepala ku di pangkuannya, aku berusaha membuka mataku yang sangat sulit untuk terbuka.
"Dir buka mata lo dek" ucap kak Adlan dengan menepuk pipiku. Dengan kekuatan yang tersisa aku berusaha membuka kelopak mataku.
"Kak" panggil ku dengan lemah.
"Bertahanlah sayang ku mohon bertahanlah" ucap kak Adlan lagi. Tapi mataku terarah ke sosok yang berlari kearahku dengan tergesa-gesa, tapi tiba-tiba aku tidak bisa melihat dan merasakan apapun lagi saat kesadaran itu mulai hilang dari jiwaku.
☆☆☆☆☆
POV ADLAN
"Adlan bagaimana dengan Adira" tanya mama dengan berlari dan air mata yang mengalir.
"Ma, mama jangan nangis" ucapku seraya memeluk mama nerniat menenangkan mama saat ia berada di dekatku. Tubuh mama bergetar dengan air mata yang tak ingin berhenti.
'Oh Tuhan lindungilah Adira selamatkanlah dia agar aku tidak melihat orang yang ku cintai dan ku sayangi merasakan sakit'
"Adlan"panggil mama lagi seraya melepaskan pelukannya.
"Adira masih diruang oprasi ma nanti dokter bakalan ngasih tau" jawabku berusaha menenangkan mama tapi sepertinya tidak berhasil. Tak lama dari itu seorang suster keluar dari ruang oprasi dengan tergesa-gesa.
"Bagaimana dengan anak saya sus" ucap mama
"Permisi bu saya sedang terburu-buru" jawab suster itu mengabai bpkan pertanyaan mama seraya beranjak pergi tetapi ditahan oleh mama.
"Sus saya mohon jawab pertanyaan saya"
"Bu saya mohon biarkan saya pergi. Saya sedang terburu-buru saat ini anak ibu harus mendapatkan donor darah dengan tepat waktu" ucapnya lagi
"Kalo gitu ambil saja darah saya sus"
"Apakah golongan dar..." ucapan suater itu terpotong saat suster lain membuka pintu dan mengintruksikan untuk segera mengambil darahnya. Suster yang melihat itu langsung bergegas pergi meninggalkan mama yang masih ingin bicara.
"Ma udah jangan di kejer, suster itu juga lagi berusaha nyelamatin Adira. Kalo mama nahan dia terus dia gak bisa nolongin Adira dengan cepat" ucapku berusaha menyadarkan mama. Mama yang mendengar itu hanya mengangguk dan duduk di tempatnya tadi.
Sudah 5 jam oprasi berjalan dan belum ada tanda-tanda oprasi akan selesai. Mama yang sedari tadi menangis kini sudah sedikit tenang. Ku arahkan pandanganku kearah suara langkah kaki yang ternyata papa dan Arlan.
"Bagaimana Adira Dlan" tanya papa dengan raut wajah yang khawatir.
"Dokter ma..." ucapanku terpotong ketika ruang oprasi terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incest (TERBIT)
RomanceBagaimana bisa aku mencintai adik ku sendiri entah sejak kapan aku memiliki perasaan ini tapi yang pasti aku tidak mau ia dimiliki orang lain ~Adlan Alvaro Wijaya~ Kakak ku yang sangat posesive itu tiba-tiba bilang mencintaiku?entah apa yang harus a...