Chapter 21

2.6K 88 10
                                    

Hari menunjukan jam 20.45 yang menandakan hari semakin larut dan gelap. Tetapi dua insan yang berbeda jenis itu tak bergeming dari tempat duduknya.

"Bagian mana lagi yang harus di selesaikan" ucap Adira tetap fokus pada pekerjaannya.

"Yang itu, kita hanya tinggal memberi sedikit polesan hingga sempurna" saut Allard seraya menunjuk tugas mereka yang lain. Sedangkan Adira hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.

"Sayang" teriak seseorang dari pintu mengalihkan perhatian Adira dan Allard.

"Kamu disini?, kenapa tidak memberi tau ku" jawab Adira seraya berdiri dari duduknya dan memeluk Adlan.

"Untuk apa memberi tau kekasihku sendiri, rumahmu rumahku juga" jawab Adlan seraya tersenyum dan mencolek hidung Adira dengan gemas. Perlakuan Adlan yang seperti itu membuat senyuman Adira terkembang.

"Siapa itu" tanya Adlan ketika sadar ada orang lain di ruangan itu.

"Aku tidak akan mengganggu kalian, lanjutkan saja" ucap Allard sebelum Adira menjawab pertanyaan Adlan.

"Siapa kau" tanya Adlan seraya berjalan mendekati Allard, sedangkan Adira hanya mengikutinya dari belakang. Allard yang melihat Adlan menghampirinya pun langsung berdiri tegak di depan Adlan.

"Allard Frans Benedic. Kau bisa memanggilku dengan sebutan Allard. Dan aku kesini hanya ingin mengerjakan tugas, bukan selingkuh dengan kekasihmu. Lagi pula...." ucap Allard menggantungkan kalimatnya seraya tersenyum miring dengan mata menjelajahi tubuh Adlan dari atas hingga bawah berulang kali seakan ingin menelanjanginya. Adlan yang tau Allard sengaja menggantungkan kalimatnya pun merasa penasaran.

"Lagipula?" tanya Adlan dengan satu alisnya terangkat, tidak jauh berbeda dengan Adira yang merasa penasaran.

Allard pun berjalan mendekati Adlan dan mendekatkan bibirnya ketelinga Adlan, karna Adira lebih pendek, jadi bibir Allard berada di atas kepala Adira.

"Lagipula, aku lebih tertarik denganmu dari pada Adira" ucap Allard dengan sensual. Adlan yang mendengar dan merasakan lidah Allard menjilat telinganya dikalimat terakhir pun bergidik ngeri. Sama seperti Adira dengan wajah terkejutnya. Allard yang melihat ekspresi keduanya pun menyeringai puas.

"Kekasihmu tampan Adira, berhati hatilah. Aku bisa saja khilaf dan merebutnya darimu" ucap Allard dengan tertawa keras.

"Sinting" umpat Adlan dan Adira bersamaan. Mereka heran, pria tampan dan gagah seperti Allard ternyata seorang gay.

☆☆☆☆☆

Seminggu telah berlalu dari kejadian hari itu, ketika Adira tau bahwa Allard adalah seorang gay. Mereka pun semakin dekat hingga semua orang salah paham. Orang tua Adira pun merasa senang akan kedekatan Adira dan Allard. Karna dengan begitu mereka tau Adira dan Adlan tidak akan bersama.

Tetapi mereka salah, karna yang mengetahui Allard adalah seorang gay hanya Adira dan Adlan. Keadaan itu dimanfaatkan dengan baik oleh keduanya untuk menutupi hubungan mereka. Adlan pun tidak masalah jika Adira dekat dengan Allard, karna Allard pun telah memiliki kekasih yaitu William Hubert.

"Ndi mau ikut gua gak nanti" tanya Adira

"Kemana?"

"Kerumah Allard, orang tuanya lagi keluar kota. Jadi dia ngajak gua kerumahnya buat seneng seneng" jawab Adira panjang lebar

"Lo yakin" tanya Adira tak percaya.

"Iya, kenapa emang"

"Gak papa sih, nanya aja. Kayanya lo makin deket ama dia. Suka?" tanya Indira dengan senyuman jahilnya

Incest (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang